Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Cari Nafkah dari Mendulang Timah, Kebiasaan Ratusan Tahun yang Bertahan Hingga Kini
Oleh : Nurjali
Minggu | 04-09-2016 | 12:15 WIB
penambangtimah.jpg Honda-Batam

Giman, warga Batukacang, Singkep Selatan, Kabupaten Lingga, tengah mendulang timah

BATAMTODAY.COM, Singkepselatan - Mendulang timah bagi masyarakat Singkep adalah pekerjaan yang sudah ratusan tahun digeluti secara turun temurun. Logam yang ditambang melalui penambangan rakyat ini memang memiliki nilai jual yang tinggi. Tak heran, jika masyarakat tahan hingga berjam-jam untuk mengumpulkan butiran pasir timah untuk di dulang.

Wartawan BATAMTODAY.COM, Nurjali melaporkan kebiasaan turun temurun masyarakat Singkep tersebut, hingga kini bisa bertahan. Berikut laporannya.

Proses mendulang ini memang tidak sebanyak tahun-tahun yang lalu, seiring kemajuan teknologi banyak masyarakat yang menggunakan mesin bor dengan kapasitas kecil untuk mengambil logam ini.

"Kalau dulu orang tak kenal mesin, jadi semua mendulang," kata Giman (40), warga Batukacang, Singkep Selatan, saat ditemui sedang mendulang timah di proyek reklamasi pasca tambang di Batu Putih, Minggu (4/9/16).

Jika dibandingkan dengan menggunakan mesin bor, meskipun berkapasitas kecil, cara menambang timah dengan mendulang tentu lebih ramah terhadap lingkungan. Karena prosesnya tidak harus membuat lubang yang besar, dan membuat air menjadi keruh. "Kalau dulang cuma pakai ayak ini (benda seperti panci, red)," sebutnya.

Giman yang mengaku sudah menggeluti pekerjaan mendulang timah selama belasan tahun mengatakan, dalam sehari dengan berendam berjam-jam di kolong atau danau bekas galian PT Timah, dirinya bisa mendapatkan belasan kilogram. "Dari jam 10 sampai jam 4, pernah dapat sampai 16 kilo," ujarnya.

Meskipun selalu berhasil mendapatkan timah yang dihargai 70 sampai 80 ribu rupiah perkilogram ini, tak jarang para pendulang ini mengalami kesulitan untuk menjual.

"Waktu ada penangkapan besar-besaran para penampung timah, kami tidah tahu harus menjual kemana," jelasnya.

Dampaknya saat itu, masyarakat para pekerja timah ini menukarkan timah dengan beras atau benda yang bisa dimakan karna tidak punya uang. "Kalau tak ada penampung, kami sering tukarkan timah dengan makanan," ujarnya.

Menurutnya, untuk mencari timah di Pulau Singkep tidaklah sulit. Hampir di setiap pelosok pulau ini terdapat kandungan timah. Bahkan, banyak juga masyarakat yang mendulang timah di pesisir pantai Pulau Singkep. Khusus untuk wilayah pesisir pantai, memang sangat dilarang menggunakan mesin, karena membahayakan dan akan merusak ekosistem laut.

Dari cerita sang pendulang timah ini, tak banyak yang diharapkan dari Pemerintah Kabupaten Lingga. Yang mereka harapkan hanyalah jangan larang mereka untuk mendulang. Dan jika selama ini penjualan timah itu ilegal, maka mereka berharap agar dicarikan solusi untuk mereka menjual timah tersebut.

"Kalau pakai mesin mungkin merusak, kalau kami ini pakai dulang tak pakai mesin. Cuma ini pekerjaan dan keahlian kami untuk menafkahi keluarga," jelasnya.

Editor: Surya