Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Gegara Nunggak Kredit Mobil, Perwira Polres Bintan Disebut Ancam Sales Oto Financial
Oleh : Harjo
Jum'at | 02-09-2016 | 18:50 WIB
Kapolres-Bintan.gif Honda-Batam

Kapolres Bintan Ajun Komisaris Besar Polisi Febrianto Guntur Sunoto (Foto: Harjo)

BATAMTODAY.COM, Tanjunguban - Kapolres Bintan Ajun Komisaris Besar Polisi Febrianto Guntur Sunoto menanggapi adanya seorang oknum perwira yang bertugas di Polres Bintan, dilaporkan atas dugaan penggelapan kendaraan roda empat oleh PT Oto Finance, akhir Agustus 2016 lalu.

Kepada BATAMTODAY.COM, Jumat (2/9/2016, Kapolres Bintan menyampaikan, sebagai pimpinan pihaknya telah melakukan mediasi agar permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan musyawarah antara kedua belah pihak.

"Namun, kita juga tidak bisa memaksakan pendapat, semuanya dikembalikan kepada pihak yang terkait karena mereka masing-masing punya hak yang sama," ungkap Guntur.

Guntur menambahkan, kalau memang pihak dealer merasa ada ancaman, silahkan melapor ke Propam Polri, sesuai dengan fakta pendukung yang akan dilaporkan. "Kalau memang ada ancaman, silahkan buat laporan ke Propam," tegasnya.

Dari informasi yang diperoleh, bagian legal PT Oto Finance, Imelda Fransiska, mengatakan, oknum polisi berpangkat AKP tersebut sudah menunggak pembayaran satu unit mobil Avanza Veloz BP 1062 HM berwarna hitam selama enam bulan terakhir.

Namun, saat pihaknya menagih tunggakan cicilan mobit resebut, anggota Polres Bintan yang bertugas di bagian humas itu malahan mengancam akan menembak para pekerja finance ‎yang datang menagih.

"Nunggak sudah enam bulan terakhir ini‎. Per bulan seharusnya yang bersangkutan membayar Rp4,8 juta. Pernah ditagih sekali malah mengancam akan menembak anak buah kami. Itu sekitar tiga bulan yang lalu kejadiannya atau bulan Juni 2016, ujar Imelda.

Imelda juga mengatakan, kasus ini pun sempat dimediasi oleh Waka Polres Bintan agar permasalahan bisa segera diselesaikan.

"Kami tunggu-tunggu, ternyata tidak dikembalikan juga, ataupun dibayarkan kewajibannya. Kami masih terus menagih, tapi bapak itu susah sekali. Ditemui ke rumahnya di Tiban tidak pernah ada orang, ditelepon pun nomor handphonenya gonta-ganti terus," tutur Imelda.

Editor: Udin