Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Petani Sagu di Lingga Rindukan Teknologi Pengolahan yang telah Dicanangkan Pemerintah
Oleh : CR7
Senin | 29-08-2016 | 19:10 WIB
Pabrik-sagu-di-Lingga.gif Honda-Batam

Proses produksi sagu di Lingga. (Sumber foto: batampos)

BATAMTODAY.COM, Daikllingga - Sejumlah petani sagu di Lingga merindukan teknologi pengolahan sagu yang telah dicanangkan oleh pemerintah daerah beberapa bulan yang lalu, dengan menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Pasalnya di tengah gencarnya Bupati Lingga, Alias Wello, menggalakkan pertanian sawah maupun penanaman ubi (tapioka), masyarakat Lingga khususnya petani sagu, juga menanti kerja sama pengelolaan tersebut untuk dilakukan.

Salah seorang warga Daik Lingga, Jang (30) sangat menyayangkan jika sagu yang ada di Pulau Lingga tersebut tidak termanfaatkan. Karena sagu yang ada di Lingga mengandung karbohidrat alternatif untuk pemenuhan ketahanan pangan.

"Sagu di tempat kita (Lingga) beda sama yang ada di daerah luar seperti Meranti, pengolahannya masih tradisional.  Kalau di sana itu kebanyakan agak kemerah-merahan. Kalau yang kita kan putih, apalagi sagunya bersih" ujarnya Senin (29/08/2016), kepada BATAMTODAY.COM

Pengolahan sagu yang ada di Lingga sebagian masih menggunakan sistem pengolahan manual. Seperti yang dilakukan petani sagu di Desa Panggak Laut, Kampung Budus, Desa Kudung, Keton, Kudung, maupun Teluk.

Sebagai petani sagu yang masih menggunakan sistem manual, Jang sangat merindukan teknologi pengolahan sagu yang memudahkan kerja petani dalam memproduksi sagu yang siap di distribusikan ke pasar.

"Kita sangat merindukan teknologi yang memudahkan pengolahan sagu. Jika teknologi itu ada, tentu petani bekerja bisa lebih mudah. Walau harga Sagu Lingga saat ini murah dan paling tinggi cuma Rp3 ribu perkilogramnya, kan kasihan masyarakat," terangnya.

Sebelumnya, ketika penandatangan MoU tersebut, selain fokus mencetak sawah, serta mengandeng berbagai investor dan pemerintah pusat, Bupati Lingga, Alias Wello juga tak menutup mata dengan potensi sagu yang telah berkembang sejak zaman kesultanan Lingga 200 tahun lalu. Dengan sentuhan teknologi pengolahan modern, sagu Lingga akan semakin terangkat begitu juga ekonomi 3.000 lebih masyarakat di 12 desa di Kabupaten Lingga.

"Sebagai daerah kepulauan yang selama ini memiliki ketergantungan bahan pangan dari daerah lain, kita perlu pengembangan sumber karbohidrat alternatif, seperti sagu yang memang sudah tumbuh secara turun temurun di Lingga," ujar Awe saat melakukan penandatangan MoU terkait teknologi pengolahan sagu bersama BPPT pada Mei 2016 lalu.

Sebagaimana lahan sagu yang kini tumbuh secara alami dalam bentuk hutan di Kabupaten Lingga, luasnya  mencapai 2700 hektar (Ha). Lahan seluas itu, tersebar di dua belas desa dengan jumlah tempat pengolahan sekitar 140 unit.

Begitu juga, jumlah produksi sagu di Lingga saat ini, sekitar 7898 ton per tahun. Rinciannya, sagu kotor 7038 ton, sagu bersih 620 ton dan sagu kering 240 ton per tahun. Semua itu, diciptakan dengan sistem pengolahan yang masih sangat tradisional.

Editor: Udin