Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Sri Mulyani Kritik Target Pajak Dua Tahun Pemerintahan Jokowi
Oleh : Redaksi
Sabtu | 06-08-2016 | 09:26 WIB
srimulyani.jpg Honda-Batam

Menteri Keuangan, Sri Mulyani. (Foto: Katadata)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Baru enam hari menjadi Menteri Keuangan, Sri Mulyani telah mengusulkan perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016. Dia menganggap target penerimaan dalam anggaran tahun ini tidak kredibel dan tidak realistis.

 

Hal ini dikarenakan basis perhitungan target penerimaan pajak masih menggunakan angka ekonomi yang cukup tinggi, yaitu target penerimaan dalam dua tahun terakhir. Padahal realisasi penerimaan, terutama penerimaan pajak tidak pernah mencapai target.

“Perhitungan untuk penerimaan pajak itu menggunakan angka yang direncanakan bukan angka yang direalisasi, kata Sri usai Sidang Kabinet Paripurna, di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (3/8), seperti dikutip di laman Sekretariat Kabinet.

Perhitungan ini membuat tekanan terhadap anggaran tahun ini semakin tertekan. Karena angka basis perhitungannya sudah terlalu tinggi dari realisasi, target penerimaan yang ditetapkan tahun ini pun menjadi semakin tinggi.

Pada 2014, kekurangan penerimaan pajak sekitar Rp 102,8 triliun atau realisasinya sebesar 92 persen dari target dalam APBN-P. Sedangkan pada tahun 2015 kekurangannya bertambah besar yakni mencapai Rp 248,9 triliun atau realisasinya hanya mencapai 83 persen dari target dalam APBN-P.

Penerimaan perpajakan dalam dua tahun terakhir mengalami tekanan yang sangat berat. Penurunan harga komoditas menjadi penyebab utama. Sumbangan komoditas seperti migas, batu bara, sawit dan pertambangan sangat besar. Ketika harganya jatuh, penerimaan negara pun jadi rendah.

Kegiatan ekonomi di sektor-sektor seperti perdagangan, konstruksi, juga tertekan. Ini terlihat dari volume aktivitas operasionalnya yang menurun. Sampai hari ini, kata Sri, pertumbuhan di sektor ini melambat, hanya separuh dari persentase pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya.

Di sisi lain, kondisi perekonomian dunia juga mengalami pelemahan. Akibatnya perdagangan luar negeri mengalami kontraksi. Ini terlihat sejak kuartal pertama 2015 dan masih terjadi hingga pertengahan tahun ini.

Meski akan ada tambahan penerimaan dari program pengampunan pajak (tax amnesty), realisasi penerimaan pajak tahun ini masih sulit mengejar target yang sudah terlalu tinggi. Apalagi perekonomian Indonesia belum sepenuhnya pulih.

Sri memperkirakan penerimaan negara dari sektor pajak tahun ini masih defisit hingga Rp 219 triliun.
Makanya perlu ada penyesuaian dari sisi belanja agar APBN-P 2016 menjadi kredibel. Sehingga defisitnya bisa tetap terjaga dan tidak menimbulkan krisis kepercayaan terhadap anggaran negara. Dia pun telah melaporkan usulan ini kepada Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan dalam forum sidang kabinet.

“Jadi kredibilitas, confidence, dan trust itu harus ditegakkan, mulai dari angka-angka APBN yang bisa mencerminkan realita ekonomi yang kita hadapi,” ujar Sri.

Dalam Sidang Paripurna Kabinet kemarin, Sri mengusulkan untuk mengurangi belanja Rp 65 triliun pada anggaran kementerian dan lembaga (K/L) dan Rp 68,8 triliun untuk dana transfer daerah. Pemangkasan anggaran terutama ditujukan untuk aktivitas K/L yang dianggap kurang prioritas. Sementara untuk transfer daerah adalah dengan mengurangi dana bagi hasil daerah

“Secara prinsip disetujui sepenuhnya oleh Bapak Presiden dan juga Bapak Wakil Presiden, dan keputusan ini mengikat bagi seluruh kementerian lembaga dan juga yang lainnya,” kata Sekretaris Kabinet Pramono Anung.

Sumber: Katadata
Editor: Dardani