Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Doktor Nano dari Indonesia Ini Hobi Panjat Tebing
Oleh : Redaksi
Senin | 01-08-2016 | 11:26 WIB
panjat-tebing-1.jpg Honda-Batam

Melissa Dewi memanjat dinding di Snake Pit di The Grampians di Victoria (Sumber foto: ABC)

BATAMTODAY.COM, Australia - Mellisa Dewi adalah warga asal Indonesia yang sekarang menyandang gelar doktor di bidang Teknologi Nano, dari University of South Australia di Adelaide. Sekarang menetap di ibukota Australia Selatan tersebut, Melissa juga memiliki kegiatan lain yaitu memanjat tebing. Apakah ada kesamaan antara teknologi nano dengan panjat tebing?

Melissa datang ke Australia pada tahun 2011 karena mendapat beasiswa dari Institut Penelitian "Ian Wark" di Universitas Australia Selatan, di Adelaide. Berasal dari Jakarta, ia menyelesaikan gelar sarjana dengan di Universitas Curtin, Sarawak- Malaysia.

Berikut percakapan Melissa Dewi dengan wartawan ABC Australia Plus Indonesia L. Sastra Wijaya mengenai pekerjaan yang ditekuninya, dan hobinya memanjat tebing.

Melissa Dewi bekerja untuk Zeiss, sebuah perusahaan Jerman di Adelaide (Sumber foto: ABC)

Setelah menyelesaikan pendidikan doktoral di UniSA, apa yang Anda lakukan sekarang?

Saya sekarang bekerja sebagai researcher di ZEISS Vision Care business group - perusahaan optik ternama di dunia yang memiliki kantor pusat di Jerman. Saya bekerja di bagian Penelitian dan Pengembangan (Research and Development) yang dimiliki ZEISS Vision Care di Adelaide.

Mengapa memutuskan untuk (sementara) menetap dan bekerja di Adelaide, apakah memang pekerjaan ini sesuai dengan apa yang Anda pelajari dan kehendaki?

Bekerja di industri seperti ZEISS memberi pengalaman saya untuk belajar lebih banyak. Sebagai peneliti, pekerjaan saya mengandalkan ilmu saya yang berlatar belakang kimia dan sains mengenai material. Dengan latar belakang itu, saya terlibat dalam berbagai macam riset seperti test material lensa, riset lebih detil mengenai lensa ophthalmic, mengembangkan produk baru, menulis laporan teknik, presentasi hasil riset dan yang lainya.

Selain itu, bekerja di industri seperti ZEISS, membuat saya untuk juga belajar di aspek lain seperti project management, kepemimpinan (leadership) dan juga berhubungan dengan konsumen (customer engagement) yang semua itu berguna untuk saya pribadi dan juga perusahaan. I am a proud “ZEISSIAN” (Saya bangga sebagai Zeissia) dan saya suka sekali dengan pekerjaan saya.

Ini yang saya impikan sejak saya kecil, bekerja di bidang riset ilmu pengetahuan dan nilai plus adalah bekerja di perusahaan internasional ternama. Di samping itu, saya juga bertemu dengan pasangan hidup saya (Sam Weckert) di Adelaide. Adelaide membuat saya senang dan Adelaide adalah tempat untuk saya sekarang ini.

Apakah ada rencana untuk pindah ke tempat lain, dan kemungkinannya ke mana?

Sampai saat ini belum ada rencana apapun. Kalau ditanya, saya mau ke Jerman dan bekerja di ZEISS Germany. ZEISS di Jerman pastinya mempunyai fasilitas R&D yang sama dengan Australia dan bahkan lebih canggih. Jadi saya rasa, bekerja di sana merupakan kesempatan baik buat saya untuk membangun karir saya.

Selain itu, saya sekarang sedang kursus Bahasa Jerman, dan dengan hidup di Jerman, saya bisa mempraktekan Bahasa Jerman saya dengan orang-orang lokal di sana.

Bagaimana dengan Indonesia? Apakah karena ilmu Anda belum bisa diterapkan di sana?

Andaikan saya harus balik ke Indonesia, saya punya impian untuk menyalurkan ilmu pengetahuan saya yang saya dapatkan di Indonesia kepada anak-anak bangsa. Saya ingin menjadi guru volunteer yang datang ke sekolah-sekolah untuk mengenalkan materials science dan pastinya nanoteknologi kepada generasi muda Indonesia.

Di samping itu, saya juga ingin memotivasi mereka melalui cerita hidup saya untuk selalu punya cita-cita dan mimpi yang tinggi. Karena dengan kemauan yang kuat, apapun pasti bisa kita dapatkan. Jadi jangan pernah berhenti bermimpi.

Expand