Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

WWF Ungkap Populasi Harimau Sumatera Kurang dari 400 Ekor
Oleh : Redaksi
Minggu | 31-07-2016 | 12:11 WIB
Harimau_sumatera.jpg Honda-Batam

Harimau Sumatera {Panthera Trigis)

BATAMTODAY.COM, Pekanbaru - World Wide Fund for Nature menyebutkan jumlah populasi harimau Sumatera diperkirakan kurang dari 400 ekor, baik liar maupun pada kebun binatang yang tersebar di seluruh Pulau Sumatera.

 

"Diperkirakan harimau sumatera yang tersebar di seluruh Pulau Sumatera ada sekitar 300-400 ekor. Jumlah harimau di dunia menurun selama beberapa puluh tahun belakangan karena perburuan dan kehilangan habitat," kata Humas WWF Riau Syamsidar di Pekanbaru, Sabtu (30/7/2016).

Dia mengatakan, nasib harimau Sumatera kini berada di ujung tanduk dan spesies yang terancam punah. Meskipun katanya ada kelahiran tetapi ada juga kematian karena konflik dengan manusia dan sebagainya. Di Provinsi Riau, berdasarkan data tahun 2007 populasinya diperkirakan hanya tersisa 192 ekor.

"Untuk itu kami mengajak masyarakat untuk berperan aktif menjaga dan melindungi satwa liar maupun yang dilindungi. Kita juga minta dukungan untuk penegakan hukum kepada pelaku penangkap, pemburuan dan perdagangan satwa liar. Kalau kita mendukung adanya penegakan hukum, akan mengurangi kepunahan pada hewan khususnya harimau Sumatera," katanya.

Kemudian katanya, hukum untuk pelaku pemburuan dan perdagangan satwa dilindungi itu sudah ada. Dalam Undang-Undang No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan ekosistemnya. Di sana telah dijelaskan bahwa hukuman pada pelaku perdagangan satwa akan dipidana lima tahun penjara.

"Namun beberapa kasus yang telah terjadi, memprihatinkannya para pelaku tidak mendapatkan sanksi hukum sesuai yang telah ditetapkan, mereka masih saja mendapatkan hukum minimal," paparnya.

Ia berharap dengan adanya tindakan hukum yang tegas terhadap pelaku perburuan, penangkapan dan perdagangan satwa bisa melindungi hewan tersebut dari ancaman kepunahan. Apalagi di Riau ini, jual beli satwa yang dilindungi semakin marak saja.

"Kita pihak WWF bekerjasama dengan Polda Riau akan mensosialisasikan pada masyarakat penegakan hukum terhadap pemburu satwa. Selain itu acara puncak "tiger day" atau hari harimau sedunia akan dilaksanakan pada Minggu (31/7/2016) di jalan Diponegoro, Kota Pekanbaru, bertepatan pada Hari Bebas Kendaraan," ucapnya.

Replika Harimau Sumatera
Sementara itu, WWF Indonesia pada Jumat (29/7/2016) memamerkan instalasi 371 replika harimau Sumatra di Senayan City, Jakarta, untuk merayakan Hari Harimau Sedunia.

Direktur Komunikasi dan Advokasi WWF Indonesia Nyoman Iswarayoga mengatakan 371 replika tersebut representasi dari jumlah Harimau Sumatera itu sendiri.
"Angka Harimau Sumatra dari Aceh hingga Lampung hanya tinggal 371 ekor, sementara di seluruh dunia ada 3.871 ekor. Kepunahan ini terus berlanjut dengan berkurangnya dan terfregmentasi habitat mereka di Pulau Sumatera," kata Nyoman.

Dia mengatakan Harimau Sumatra merupakan salah satu satwa yang permintaannya tinggi dalam perburuan dan perdagangan satwa ilegal.

WWF Indonesia mencatat dalam kurun waktu 2010 hingga 2014 terjadi kematian 19 harimau karena kematian alamiah, konflik dengan manusia maupun perburuan. "Jika tidak segera dilindungi maka Harimau Sumatra akan punah, diperkirakan dunia akan kehilangan seluruh populasi harimau ini dalam lima tahun ke depan," kata dia.

Untuk itu WWF membuat kampanye #DoubleTigers yang dimaksudkan mengajak masyarakat mendukung kegiatan konservasi Hariamu Sumatera. Salah satunya dengan pameran instalasi yang berlangaung selama 10 hari.

Dibantu dengan seniman Bali Artgsm, replika Harimau Sumatera itu dibuat dari bahan kertas bekas yang dilumatkan (papier mache). Replika ini dapat dimiliki dengan harga Rp 3.710.000 untuk satu harimau.

Selain itu publik juga dapat berkontribusi melalui laman kitabisa.com/doubletigers dan memberikan dukungan finansial untuk konservasi Harimau Sumatra. Sejumlah artis pun ikut mendukung gerakan ini seperti Arifin Putra, Ruben Onsu, Wulan Guritno, Zaskia Sungkar, Nugie, dan lainnya.

Editor: Surya