Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Mantan Pebulu Tangkis Nasional Buka Warteg di Berlin
Oleh : Redaksi
Senin | 25-07-2016 | 10:07 WIB
warteg.jpg Honda-Batam

Bram adalah mantan atlet nasional bulu tangkis, seangkatan dengan Alan Budi Kusuma dan Susi Susanti buka warteg di Berlin (Sumber foto: republika.co)

BATAMTODAY.COM, Jerman - Kangen dengan masakan Indonesia? Datang saja ke Restoran Nusantara. Khususnya saat berada di Berlin, Jerman. Restoran ini milik pasangan Bram Fernardin (48 tahun) dan Diah Nurhadiati (47 tahun). 

Bram adalah mantan atlet nasional bulu tangkis, seangkatan dengan Alan Budi Kusuma dan Susi Susanti. “Saya kan asli Tegal, jadi ini warteg juga,” katanya, pekan lalu, saat berbincang di warungnya.

Awalnya Bram dan Diah memiliki usaha katering. Bisnis yang dirintis sejak 2007 diminati masyarakat Indonesia di Berlin. KBRI pun kerap menikmati jasanya. Pada 2011, ia mulai membuka restoran. Lokasinya cukup strategis. Datanglah ke Jl Turmstr 18. Tak jauh dari pusat perbelanjaan yang menjadi tujuan wisatawan manca negara. “Kami menyediakan 20 menu,” katanya.

Setiap hari restorannya mampu menghabiskan 40 kg beras per hari. Ada sekitar 150 tamu per hari. “Menu favorit pelanggan adalah gado-gado, tongseng, dan sate,” katanya. Pelanggannya tak hanya orang Indonesia tapi justru kebanyakan orang bule.

Sebetulnya sebutan warteg tidaklah tepat. Karena menunya macam-macam. Ada rawon, nasi rames, oreg tempe, sup, dadar, rendang, ikan, ayam goreng, dan sebagainya. Juga ada mi. Dua kali wartawan ini makan siang di Restoran Nusantara dengan menu berbeda. Semuanya lezat dan benar-benar bercita rasa Indonesia. Hal ini misalnya berbeda saat makan restoran Indonesia di pusat kota Melbourne atau di Tokyo. “Kokinya kan istri saya sendiri. Dia memang pinter masak. Asli Brebes,” kata Bram.

Di kota Berlin memang ada 2-3 restoran yang menyediakan masakan Indonesia. Namun Bram berani menjamin hanya Restoran Nusantara yang benar-benar asli bercita rasa Indonesia dan koki orang Indonesia. “Restoran kami juga memiliki sertifikat halal,” katanya.

Usahanya ini menyerap 10 karyawan. Satu orang pengungsi Suriah dan sembilan orang adalah mahasiswa/i Indonesia yang sedang menempuh studi di Berlin. Restorannya juga menyediakan wifi gratis dan mushola. Restorannya tergolong besar, mampu menampung puluhan pelanggan sekaligus.

Di kancah tepok bulu, Bram seangkatan dengan Alan Budi Kusuma, Ardy B Wiranata, Susi Susanti, Fung Permadi, Hermawan Susanto, dan sebagainya. Ia merintis karier di bulu tangkis sejak remaja. Ia juara kelas junior di Jawa Tengah dan juara antar pelatda. Lulus SMP, ia bergabung ke klub Djarum Kudus. Ia pun pindah dari Tegal ke Kudus pada 1985.

Pada 1988 ia juara tunggal putra saat kejuaraan nasional di Lampung pada 1988. Ia langsung direkrut di pelatnas. Saat ikut seleksi ke olimpiade 1992, ia tak lolos. Saat itu prestasi bulu tangkis Indonesia sedang meroket sehingga persaingan sangat ketat.

Ia pun banting setir. Tahun itu juga ia ke Belanda. Kebetulan oma dan opanya dari garis ibu asli Belanda. Ia tinggal di Haarlem dan bergabung dengan klub Top Sport. Ia pun juara pertama di Harburg Cup pada 1993. Reiner Behnis, pelatih di klub Eintracht Sudring, Berlin, mengajaknya bergabung. Ia pun boyongan ke Jerman. Awalnya menjadi pemain, lalu beralih menjadi pelatih hingga kini.

Saat mudik ke Tegal, ia berjumpa dengan Diah dan menikahinya. Ia memboyong istrinya ke Jerman. Kini ia dikaruniai dua orang anak. Yang pertama adalah Brenda Fernardin (18 tahun) dan yang kedua adalah Febian Fernardin (12 tahun). Keduanya juga digembleng menjadi pebulu tangkis. Pada 2014 Brenda juara tunggal putri untuk kelompok umur 17 tahun. Dua tahun sebelumnya, 2012, Brenda juara ganda putri U-15, berpasangan dengan Yvonne Li. Saat ini Brenda sedang fokus menyelesaikan sekolah menengahnya. Adapun Febian pernah meraih juara ketiga U-11 pada 2014.

Di kartu nama Bram memang tertulis Private Badminton Trainer, lengkap dengan alamat websitenya www.bram-on-court.de. Sedangkan restorannya lebih banyak dikelola Diah, istrinya. Di luar jam melatih, Bram menjadi driver untuk mengantarkan pesanan makanan. Pasangan ini telah memiliki mobil khusus untuk layanan pesan-antar. Mobilnya pun dipenuhi tulisan reklame restoran. (Sumber: Republika.co)

Editor: Udin