Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Imel, Kisah Nyata Anak Desa Terisolir yang Mengukir Prestasi
Oleh : Nurhjali
Minggu | 19-06-2016 | 11:57 WIB
Imel-ok1.jpg Honda-Batam

Imel Esfandari (Foto: BATAMTODAY.COM/Nurjali)

BATAMTODAY.COM, Senayang - Desa Batu Berlubang merupakan desa yang terletak di Kecamatan Senayang di penghujung Kabupaten Lingga. Tinggal di desa tersebut, tidak membuat anak-anak desa itu menjadi lemah dalam prestasi belajar.

Keinginan belajar yang tinggi, meski dengan kemampuan ekonomi seadanya, membuat Imel Esfandiari tetap bisa meningkatkan prestasi belajarnya. Berikut kisah Imel, anak Desa Batu Berlubang, seperti dituturkan wartawan BATAMTODAY.COM, Nurjali. Simak kisahnya!

Berbekal semangat dan kecerdesan, anak si penjual kue ini mampu meraih prestasi menjadi siswa dengan nilai tertinggi di desanya. Anak seorang nelayan ini memperole nilai rata-rata UN 259,5 dan mengantarkan sekolahnya menjadi peringkat dua UN SD se-Kabupaten Lingga.

Ruslan Herawady, guru yang mengajar di kelas Imel mengatakan, Imel merupakan anak periang. Imel selalu aktif di kelas, sehingga sehari-harinya Imel dipanggil Mak Ngah oleh teman-teman dan saudaranya.

"Bahkan guru ada juga yang memanggil Imel dengan Mak Ngah, karna keunikannya dalam berperilaku," kata Ruslan, Minggu (19/6/2016).

SD Negeri 10 Desa Batu Berlubang, Kecamatan Senayang, memang jauh dari lika-liku kota. Bahkan untuk mendapatkan sinyal telepon seluler (handphone) saja tidak mudah di desa ini.

Namun, keterbelakangan desa ini tidak menyurutkan semangat belajar anak-anak desa itu hingga tetap mampu bersaing dengan anak-anak yang tinggal di perkotaan dengan segala fasilitas yang mumpuni.

"Anak-anak di desa ini memiliki semangat belajar yang tak kalah dengan anak-anak di perkotaan. Mereka tak kenal gadget atau apapun itu. Punya HP senter sudah suykur, karena jaringan 3G atau GPRS pun tidak bisa," cetusnya.

Hal ini dibuktikan dengan kemampuan belajar Imel, anak dari pasangan Zainudin yang berprofesi sebagai nelayan dan Nurhayati yang hanya berjualan kue kering keliling, dan teman-temannya.

Saking semangatnya, anak-anak di desa kecil di penghujung Kabupaten Lingga ini, Ruslan menceritakan, Imel dan teman-temannya menginisiator untuk mengadakan upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), yang biasanya hanya dilakukan di tingkat kecamatan.

Namun, karena tidak mampu mengikuti Upacara Hardiknas di kecamatan apalagi di ibukota kabupaten, akhirnya satu-satunya desa yang melaksanakan upacara Hardiknas mungkin hanya di Desa Batu Berlubang.

"Kita prihatin mereka ini, tidak pernah ikut Upacara Hardiknas dan ingin merasakan bagaimana apel upacara tersebut. Sehingga anak-anak dan kita selaku pembina melaksanakan upacara Hardiknas di tingkat desa, dan mungkin satu-satunya desa yang melakukan itu hanya kita," ujarnya.

Meski jauh dari perkembangan teknologi, anak-anak membuktikan bahwa mereka di desa juga bisa berprestasi. Tak hanya kemampuan belajar di akademik yang dimiliki Mak Ngah (sapaan Imel). Tapi juga kemampuan lainnya, seperti tarian, menyanyi, baca puisi dan kemampuan agama seperti mengaji juga mampu dibuktikan anak-anak di pedesaan ini.

Kepala Sekolah SD Negeri 10, Aizul, membenarkan apa yang telah dilakukan Imel bersama para guru di sekolah tersebut. Berkat kerjasama semua pihak hampir semua kegiatan hari-hari besar nasional dan agama mereka laksanakan. Semua acara tersebut terlaksana berbekal semangat dan kemampuan seadanya.

"Alhamdullillah, selain Imel kita juga punya anak-anak lain yang memiliki semangat yang sama. Ini semua berkat keinginan anak-anak yang tidak mau tertinggal dengan mereka yang tinggal di perkotaan, dan juga guru yang tanpa pamrih," jelasnya.

Edtor: Surya