Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Peluang Menggiurkan di Bisnis Industri Telekomunikasi Indonesia
Oleh : Redaksi
Jum'at | 03-06-2016 | 12:02 WIB

Oleh: Achmad Irfandi

MESKIPU jaringan serat optik telah menyatukan pulau-pulau besar di Indonesia, kebutuhan satelit telekomunikasi di Indonesia tetap tinggi. Bahkan setengah dari kebutuhan jaringan telekomunikasi di Indonesia dipasok satelit-satelit asing. Oleh karena itu, prospek industri satelit telekomunikasi di Indonesia masih terbuka lebar.

 

Sebagai negara kepulauan dengan jumlah pulau lebih dari 17.000 pulau yang terbentang dari ujung Sabang hingga Merauke, Indonesia akan tetap membutuhkan ketersediaan satelit guna menunjang sarana telekomunikasi. Ketua Umum Asosiasi Satelit Indonesia, Dani Indra Widjanarko mengatakan, Indonesia butuh 250 transponder dimana 110 telah dipenuhi oleh satelit Indonesia, sedangkan 140 transponder lainnya dipenuhi oleh satelit negara asing. Transponder merupakan perangkat yang terdapat dalam satelit yang menerima, memperkuat, dan mengirim sinyal pada frekuensi tertentu.

Satelit komunikasi pertama diluncurkan pada tahun 1962 berupa satelit telepon dan televise oleh Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan AT&Tís. Kemudian pada tahun 1964, Departemen Pertahanan As meluncurkan Syncom 3. Syncom 3 adalah satelit komunikasi pertama yang orbitnya di atas ekuator bumi. Sejak meluncurnya satelit Palapa dari Indonesia pada tahun 1976, Indonesia juga telah beberapa satelit komunikasi. Hingga saat ini lebih dari 300 satelit komunikasi telah diluncurkan dari berbagai Negara. Indonesia termasuk negara yang memiliki potensi yang besar dalam pengembangan teknologi satelit/satellite, selain letak geografis yang tepat pada garis khatulistiwa sehingga memudahkan dalam peluncuran satelit Indonesia didukung dengan ketersediasan sumber daya manusia yang memadai.

Satelit terbagi atas 6 kelompok besar antara lain satelit untuk riset ilmiah/penelitian, satelit cuaca, satelit Navigasi, satelit Pengamat Bumi, satelit keperluan militer dan satelit komunikasi. Saat ini, Indonesia memiliki empat satelit telekomunikasi yang sedang beroperasi, antara lain Telkom-1 dan Telkom-2 milik PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), Palapa-D milik PT Indosat Tbk, dan PSN VR milik PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN).

Keempat satelit tersebut hanya mampu memenuhi 44 persen kebutuhan transponder telekomunikasi Indonesia. Dengan melihat adanya kebutuhan transponder Indonesia yang mencapai 250 transponder, maka dapat dikatakan bahwa kebutuhan akan transponder demi menunjang ketersediaan telekomunikasi di Indonesia masih kurang dan diperlukan penambahan transponder tersebut.

Penggunaan transponder milik asing oleh konsumen telekomunikasi Indonesia tentunya memberikan keutungan bagi pihak asing tersebut, selain mendapatkan keuntungan dari sisi finansial, penyewaan transponder tersebut juga berpotensi disalahgunakan oleh pihak asing. Ketersediaan satelit sebagai sumber sinyal dalam menunjang aspek telekomunikasi menjadikan adanya kebebasa pihak pemilik satelit untuk mengakses berbagai data yang masuk dan keluar dari satelit tersebut, sehingga rawan terjadi penyalahgunaan data penting yang dapat merugikan pemilik data.

Selain itu, melihat posisi negara kita sebagai negara yang berada di garis Khatulistiwa, hal tersebut ternyata memberikan keistimewaan tersendiri bagi Indonesia karena memiliki orbit geostasioner yang merupakan sumber daya terbatas dan sulit didapat oleh negara lain. Orbit tersebut hanya terdapat di Khatulistiwa dan banyak negara memperebutkan posisi tersebut demi kepentingan negara mereka, sehingga keadaan tersebut akan semakin memberikan kerawanan bagi telekomunikasi Indonesia.

Melihat besarnya potensi yang dimiliki Indonesia dalam bidang telekomunikasi dengan memiliki secara mutlak orbit geostasioner di garis khatulistiwa Indonesia, maka sebaiknya Indonesia mengembangkan industri berbasis satelit dengan menciptakan berbagai penemuan dan inovasi baru di dunia telekomunikasi. Satelit merupakan hal terpenting dalam telekomunikasi, jika hal penting tersebut dipegang oleh pihak asing, maka kondisi tersebut akan berbahaya bagi Indonesia dari sisi telekomunikasi. Indonesia sebaiknya semakin berbenah dan menyadari pentingnya kepemilikan satelit demi menunjang kehidupan masyarakat. *

Penulis adalah Pengamat Bisnis dan Ekonomi