Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Mengapa Orang Jepang Biasa Tidur di Tempat Umum
Oleh : Redaksi
Minggu | 29-05-2016 | 14:08 WIB
tidur.jpg Honda-Batam

Orang Jepang melakukan "inemuri" - tidur di tempat publik (Sumber foto: BBC).

ORANG JEPANG tak pernah tidur, kata orang terutama orang Jepang. Itu tidak benar, tentu saja. Akan tetapi pernyataan itu sangat menarik apabila ditinjau dari perspektif budaya dan sosiologi.

Saya pertama kali menemukan sikap unik terhadap tidur ini ketika pertama kali tinggal di Jepang pada akhir 1980-an. Pada masa itu Jepang sedang di puncak Gelembung Ekonomi. Hal ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari yang padat.

Orang-orang memenuhi agenda mereka dengan pekerjaan dan rekreasi, dan hampir tak punya waktu untuk tidur. Gaya hidup di masa ini dengan jitu diringkas dalam slogan iklan minuman berenergi yang sangat populer waktu itu: "Dapatkah Anda berjuang selama 24 jam? / Businessman! Businessman! Japanese businessman!”

Banyak orang mengeluh: "Kita orang Jepang memang gila karena bekerja sebanyak ini!" Namun dalam keluhan ini saya menangkap rasa bangga karena mereka lebih tekun, dan karena itu lebih bermoral dari seluruh umat manusia. Pun begitu, pada saat bersamaan, saya mengamati banyak sekali orang mengantuk di kereta bawah tanah dalam perjalanan ke tempat kerja setiap hari. Beberapa orang bahkan tidur sambil berdiri, dan tak seorangpun tampak kaget oleh pemandangan ini.

Dua sikap ini bertolak belakang. Citra positif seorang "lebah pekerja", yang mengurangi jam tidur di malam hari dan benci bangun kesiangan di pagi hari, tampak dibarengi dengan toleransi yang sabar pada "inemuri", tidur di transportasi publik dan selama rapat, kelas, dan kuliah. Perempuan, laki-laki, dan anak-anak tidak malu-malu untuk tidur kapanpun dan di manapun mereka inginkan.

Jika tidur di atas ranjang atau matras dianggap tanda kemalasan, lalu mengapa tidur selama acara berlangsung atau bahkan saat bekerja dianggap pertanda kemalasan yang lebih besar? Untuk apa mengizinkan anak-anak begadang untuk belajar, kalau besoknya mereka tidur di kelas? Kontradiksi jelas ini mendorong saya mendalami tema tidur dalam tesis doktor saya beberapa tahun kemudian.

Tidur dapat memuat bermacam-macam makna dan ideologi; menganalisis pengaturan waktu tidur dan wacana seputar itu dapat mengungkap sikap dan nilai yang tertanam dalam suatu masyarakat.

Expand