Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

30 Tahun Tragedi Chernobyl, Bahaya Masih Mengancam
Oleh : Redaksi
Selasa | 26-04-2016 | 14:30 WIB
hernobyl-victims-BBC.jpg Honda-Batam

Warga menyalakan lilin di monumen korban bencana nuklir Chernobyl di Ukraina. (Sumber foto: BBC)

BATAMTODAY.COM - Ukraina telah memulai berbagai kegiatan untuk memperingati 30 tahun tragedi nuklir di Chernobyl. Sirene didengungkan bersamaan dengan waktu ledakan pertama reaktor Chernobyl, pada subuh hari 26 April 1986.

Kerusakan akibat ledakan tersebut disebut sebagai yang terburuk dalam sejarah bencana nuklir dunia.

Ledakan yang tidak dapat dikontrol tersebut, meluluh-lantakkan atap reaktor, menyebabkan kepulan asap yang mengandung radioaktif menyebar di sepanjang perbatasan Ukraina, Rusia, Belarusia dan sejumlah negara di Eropa utara.

Pada peringatan kali ini, berbagai kegiatan dipusatkan di kota Slavutych, yang dibangun setelah tragedi untuk menampung para pekerja yang tinggal di dekat bekas reaktor nuklir.

Rencananya, Presiden Ukraina Petro Poroshenko, Selasa (26/4/2016) ini akan menghadiri sejumlah prosesi di sekitar reaktor, sementara kebaktian akan dilaksanakan di Kiev untuk keluarga korban.

Terlantar dan tak terurus
Menjelang peringatan 30 tahun tragedi ini, sejumlah warga kembali ke area reaktor, yang kini tampak tidak terurus tersebut.

Salah seorang warga, Zoya Perevozchenko, 66, kepada Reuters menyebutkan, “Saya nyaris tidak bisa lagi menemukan apartemen saya. Sekarang sudah jadi hutan. Pohon-pohon tumbuh di jalanan, bahkan menembuh atap apartemen. Seluruh ruangan kosong. Kaca-kaca jendela lenyap, semuanya hancur.
Tingkat radioaktivitas di sekitar reaktor hingga saat ini ditengarai masih tinggi.

Meredam yang tersisa
Donor dari berbagai penjuru dunia telah menyumbangkan US$99 juta, setara Rp1,3 triliun untuk membangun fasilitas penimbunan limbah nuklir bawah tanah yang baru, di Chernobyl.

Ukraina masih membutuhkan dana US$11 juta, setara Rp148 miliar lagi untuk bisa membangun fasilitas tersebut.

Pengerjaannya telah dimulai pada 2010 lalu, dengan membangun sebuah peti seberat 25.000 ton untuk menyegel uranium yang tersisa di reaktor yang telah hancur, yang beratnya diprediksi mencapai 200 ton.

Sejumlah ahli mengkhawatirkan, jika fasilitas baru tidak segera selesai dan bagian dari reaktor yang tersisa, hancur atau bocor, materi radioaktif akan kembali menyebar ke atmosfer.

Sumber: BBC
Sumber video: YouTube
Editor: Dodo