Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Diduga Ada Mafia Gula Impor yang Bermain Dibalik Pernyataan Panja Gula DPR
Oleh : Irawan
Kamis | 07-04-2016 | 10:15 WIB

BATAMTODAY.COM, Jakarta-Pemerhati Gula Nusantara Gatot Triyono menyayangkan pernyataan Anggota komisi IV DPR Abdul Wachid yang mendesak pemerintah untuk menutup 9 industri gula rafinasi dari 11 indistri gula rafinasi. 


Pernyataan tersebut dinilai asal bunyi, tanpa solusi dan berpotensi  akan membunuh Industri makanan dan minuman nasional yang meyerap tenaga kerja formal dan informal hampir  18,9 juta pekerja.
 
"Selain itu, juga akan meningkatnya Inflasi secara nasional karena mahalnya harga makanan dan minuman akibat tingginya harga gula," ujarnya dalam siaran pers yang di Jakarta, Kamis (7/4/2016).
 
Gatot yang juga sebagai  Ketua Indonesia Sugar Watch  ini menilai pernyataan Wachid patut dicurigai pesanan para Importir Gula putih  sebagai suatu cara untuk mem-bargain pemerintah untuk membuka kran import gula putih sebagai usaha untuk mengimpor gula putih secara langsung. 

Padahal impor gula putih tersebut tidak memberikan  value added untuk  industri dalam negeri karena tidak melalui proses rafinasi menjadi gula putih  dan menambah beban devisa negara.
 
"Gula impor yang tanpa proses itu tidak terjamin kandungan ICUMSA sehingga bisa membahayakan kesehatan masyarakat yang mengkomsumsi gula putih impor. Gula impor ini juha pada akhirnya akan menghancurkan pabrik gula milik BUMN dan menjatuhkan harga panen tebu petani dan  Petani tebu makin merana nasibnya," tandasnya.
 
Gatot menyarankan pemerintah Jokowi untuk membiarkan 11 Industri rafinasi tetap memproduksi gula kristal sampai dengan tumbuhnya pabrik-pabrik Gula milik BUMN. 

Dari proyeksi kebutuhan gula nasional pada tahun 2015, kebutuhan gula nasional mencapai 5,77 juta ton maka kebutuhan gula nasional  2016  akan meningkat sebesar sebesar 5,97 juta ton.

Sementara jumlah produksi Nasional untuk tahun 2016 akan menurun mendekati 2  juta ton  dibandingkan produksi tahun 2015   yang sebesar 2.9 juta ton.
 
"Dengan kondisi ini, keberadaan industri gula rafinasi sangat dibutuhkan.Jadi pernyataan Anggota DPR tersebut menunjukan ketidakpekaan dengan dampak jika 11 industri rafinasi gula ditutup," katanya.
 
Dijelaskan Gatot, produksi gula 2016 juga diakibatkan oleh el nino pada 2015 da pada akhirnya berdampak pada capaian produksi gula 2016. Tanaman tebu baru yang ditanam pada awal 2015 mengalami stagnasi pertumbuhan akibat kekurangan pasokan air. 

Akibatnya produktivitas berpotensi menurun dari 67,6 ton/ha pada 2015 menjadi 64 ton /ha pada tahun ini.
 
Produksi gula yang terus anjlok ini beribat pada kebutuhan gula nasional  untuk konsumsi langsung sekitar 3 juta lebih  ton tidak cukup  untuk dipenuhi oleh  produksi dalam negeri.
 
"Maka jika 11 Industri gula raginasi asal ditutup maka akan terjadi kelangkaan gula nasioanal dan menyebabkan hancurnya jutaan Industri usaha kecil menengah yang menghasilkan  makanan minuman," katanya.
 
Diberitakan sebelumnya Wakil Ketua Panitia Kerja (Panja) Gula DPR Abdul Wachid meminta pemerintah mengevaluasi keberadaan sembilan dari 11 industri gula rafinasi yang izin operasionalnya sudah habis.
 
Pernyataan legislator Fraksi Partai Gerindra dari dapil Jateng II  tersebut disampaikan dhadapan Dewan Pembina dan DPP Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI),  serta Direksi PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI, PTPN X, PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), dan PT Kebon Agung selaku mitra strategis petani tebu di Surabaya pada 21 Maret 2016.

Editor : Surya