Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Teknik Terbaru Simpan Energi di Bawah Tanah

Energi Terbarukan dari Bekas Pertambangan
Oleh : Redaksi
Senin | 04-04-2016 | 12:44 WIB
bind150514_005_energie_01i.jpg Honda-Batam
Kapasitas tinggi pembangkitan energi alternatif perlu penyimpanan untuk masa paceklik. Jerman kembangkan teknik terbaru penyimpanan di lorong bawah tanah. (foto :ist)

BATAMTODAY.COM, Jerman - Hadirnya era energi terbarukan di Jerman sering menandakan kematian buat tambang-tambang batu bara. Tapi pandangan itu tidak sepenuhnya akurat. Karena bekas lubang tambang masih bisa digunakan buat menyimpan energi berlebih, yang diproduksi oleh kincir angin dan panel surya. Lagipula energi yang tersimpan dalam bentuk air itu, bisa digunakan setiap saat.

Ahli Geologi dari Universitas Duisburg-Essen Ulrich Schreiber berada di lorong pertambangan batu bara di kedalaman ratusan meter di bawah tanah untuk menjajaki apakah pertambangan yang sudah tidak aktif bisa dimanfaatkan kembali untuk hal lain.

Energi terbarukan akan disimpan di bekas pertambangan batu bara di Jerman yang dinonaktifkan. Tim ilmuwan itu hendak meninjau apakah pembangkit listrik cerdas bisa dibangun di dalam tambang.

Ulrich Schreiber mengatakan, kelebihannya di bekas pertambangan, ada lorong berukuran besar. Artinya, truk bisa masuk ke bawah sini dan mengangkut turbin dan transformator. "Muatan berat bisa dibawa kesini. Ini keuntungannya,“ katanya

Akhir-akhir ini, para ilmuwan sering mengunjungi lorong bawah tanah tersebut. Jalur yang sama akan ditempuh oleh air dengan kecepatan lebih tinggi.

Air akan dialirkan ke kedalaman, jika matahari tidak bersinar atau angin tidak berhembus dan energi tetap dibutuhkan. Energi air bisa dimanfaatkan dengan bantuan turbin dan trafo.

Jika matahari dan angin menghasilkan energi lebih banyak dari yang dibutuhkan, energi berlebih tersebut akan digunakan memompa air kembali ke atas ke dalam waduk.

Namun, apakah benar semudah itu?

Para ilmuwan meneliti jalur terowongan pertambangannya. Termasuk di kedalaman 1200 meter yang rencananya akan menjadi tempat penyimpanan air. Informasi untuk dimensi sebuah PLTA pompa dikumpulkan. Seperti, apakah tambang cukup stabil untuk air, bagaimana turbulensinya jika air masuk kedalamnya, kemana larinya udara yang ada dalam sistem lorong jika dimasuki air.

"Jika air ingin disimpan di bawah sini, saya membutuhkan sistem terowongan yang diperluas. Ini harus dilakukan. Atau dari sistem yang ada, saya harus memperpanjang jalurnya," ujar Ulrich Schreiber

Untuk itu, apa yang ada di dalam pertambangan harus dikeluarkan. Pipa baja beton yang kemiringannya ke arah pompa harus dipasang. Air hanya boleh mendapat resistansi sesedikit mungkin dan jika dibutuhkan harus bisa dipompa ke atas kembali.

Para peneliti juga ingin mengetahui, apakah ada ruangan kosong yang muat untuk turbin dan transformator. Juga apakah tambang dan jalurnya cukup stabil juga untuk jangka panjang.

Ide PLTA pompa sebagai baterai raksasa bawah tanah bisa ditiru di seluruh dunia, khususnya di mana masih ada pertambangan batu bara.

“Lihat saja, ada areal sangat luas di sini. Ruang penampungan akan berada dibawahnya dan di permukaan tentu akan diperlukan waduk untuk bisa menjalankan semuanya. Waduk mencakup kawasan luas yang memiliki ketinggian air berbeda. Bisa juga bagian pinggirannya dihijaukan dan terpisah yang memiliki permukaan air yang stabil," kata Ulrich Schreiber optimis.

Kesimpulannya, rencana ini bisa diterapkan, yang diperlukan adalah investor. Dengan kata lain Batu Bara menghilang, tenaga angin akan datang. Dan mungkin juga waduk hijau hasil pemikiran Schreiber bisa merangkul investor yang dibutuhkan. (Sumber : DW Indonesia)

Editor : Udin