Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tehnologi GPS Dapat Memicu Kepikunan
Oleh : Magid/Physorg
Rabu | 22-12-2010 | 15:30 WIB

Canada, batamtoday - Tidak semua produk teknologi canggih bisa bermanfaat bagi manusia, ada juga produk teknologi canggih yang justru bisa berakibat buruk pada diri Anda. Teknologi memang hadir untuk memudahkan tugas manusia. Tapi apa jadinya bila kecanggihan teknologi itu justru bisa berakibat buruk pada diri Anda?

Misalnya penggunaan perangkat navigasi berbasis satelit Global Positioning System (GPS). Menurut peneliti, penggunaan GPS yang terlalu berlebihan ternyata justru bisa mengganggu sistem ingatan Anda. Menurut penelitian yang dilakukan oleh tim dari McGill University, Montreal Canada, seperti dikutip batamtoday dari laman  Physorg, Rabu (22/12/2010), pengguna GPS memilki resiko untuk menderita masalah ingatan dan orientasi tempat. Riset ini menggunakan FMRI atau functional magnetic resonance imaging, untuk memindai otak orang-orang yang diteliti.

Penelitian itu menggunakan dua metode yakni metode strategi navigasi spasial dan metode strategi stimulus-respon. Metode pertama yakni membuat orang untuk mengandalkan beberapa landmark (tempat patokan) untuk membangun kesadaran lokasi mereka.

Dengan metode ini. orang yang tersasar akan tetap mengetahui bangunan-bangunan berciri unik atau bangunan yang pernah mereka jumpai di jalan, tanpa bantuan peta fisik maupun GPS.

Adapun metode strategi stimulus-respon, meneliti orang-orang yang melakukan perjalanan dengan rute yang sama secara terus-menerus, menghafal rute perjalanan mereka melalui rutinitas, dan ini merepresentasikan orang-orang yang biasanya menggunakan mode otopilot alias menggunakan perangkat GPS.
Ternyata, dari hasil penelitian terungkap bahwa responden yang lebih muda kebanyakan sangat tergantung dengan teknik navigasi spasial untuk menemukan obyek lokasi yang mereka cari, sementara responden yang lebih tua kebanyakan mengandalkan metode stimulus-respon.

Menurut peneliti, para responden yang menggunakan strategi navigasi spasial (metode non-GPS) berhasil meningkatkan aktivitas hippocampus pada otak mereka, yakni bagian yang bertanggung jawab pada memori dan navigasi.

Sementara para responden yang mengandalkan metode stimulus-respon seperti pada GPS, justru memiliki resiko kemandekan pertumbuhan pada hippocampus di otak mereka. Padahal, beberapa penyakit kehilangan ingatan, seperti misalnya Alzheimer, berefek pada hippocampus terlebih dulu.

“Membangun kesadaran peta (menggunakan metode non-GPS) memang butuh waktu dan usaha, namun, ini seperti “use it or lose it,” bagi penggunaan hippocampus,” kata Veronique Bohbot, kepala tim peneliti dari McGill University, kepada situs Physorg.

Memang, para peneliti tidak menganjurkan agar orang-orang meninggalkan penggunaan GPS sama sekali. GPS tetap merupakan alat yang sangat bermanfaat ketika mencari lokasi baru yang belum pernah disambangi. Namun, mematikan GPS saat pulang tentu akan melatih ingatan sehingga kita juga tidak terlalu banyak bergantung kepada teknologi tersebut.

Menurut Bohbot dengan menggunakan ingatan spasial secara regular, mungkin bisa meningkatkan fungsi hippocampus dan membantu menangkis perusakan kognitif seiring usia yang semakin tua. Bohbot juga khawatir dengan mengurangi penggunaan navigasi spasial justru malah bisa mempercepat serangan Alzheimer’ atau dementia (pikun).