Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ekonomi Kepri Melambat 0,60 Persen pada 2015
Oleh : Roni Ginting
Selasa | 16-02-2016 | 14:07 WIB
IMG_1562.JPG Honda-Batam
Gusti Raizal Eka Putra, Kepala Kantor Perwakilan BI Kepri mengatakan ekonomi Kepri melambat 0,60 persen pada 2015 (Foto : Roni Ginting)

BATAMTODAY.COM, Batam - Perekonomian Kepri melambat pada 2015. Ekonomi Kepri tumbuh 6,02 persen (yoy), melambat dibanding pertumbuhan 2014 sebesar 6,62 persen (yoy). Perlambatan ekonomi terutama dipengaruhi pelemahan kinerja investasi, sejalan dengan perlambatan ekonomi global dan domestik.

"Meskipun mencatatkan perlambatan, pertumbuhan Kepri tersebut merupakan yang tertinggi dibanding Provinsi lainnya di regional Sumatera, juga lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional sebesar 4,79 persen (yoy)," terang Gusti Raizal Eka Putra, Kepala Kantor Perwakilan BI Kepri, Selasa (16/2/216) di Hotel Harmoni One.

Dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi terutama dipengaruhi pelemahan investasi. Pertumbuhan investasi sebesar 3,25 persen (yoy), melambat dibanding pertumbuhan 2014 sebesar 5,79 persen (yoy). Perlambatan investasi tidak terlepas dari kondisi ekonomi yang masih diliputi ketidak-pastian, sehingga menahan investor untuk melakukan ekspansi.

"Selain itu, belanja modal pemerintah pada 2015 sebesar Rp1.661 miliar, menurun dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp2.536 miliar, juga menjadi faktor pendorong perlambatan investasi 2015," tutur Gusti.

Adapun komponen permintaan lainnya yaitu konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah, dan ekspor tercatat menguat, dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 7,09 persen (yoy), 3,25 persen (yoy) dan 20,13 persen (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan 2014 sebesar masing-masing 6,87 persen (yoy), 3,16 persen (yoy), dan 11,95 persen (yoy).

Dari sisi lapangan usaha, perlambatan pertumbuhan terutama dicatatkan dua sektor ekonomi utama Kepri yaitu sektor industri pengolahan dan sektor konstruksi. Kedua sektor tersebut tumbuh 5,82 persen (yoy) dan 3,53 persen (yoy), melambat dibanding pertumbuhan 2014 sebesar 7,03 persen (yoy) dan 9,04 persen (yoy).

Perlambatan sektor industri pengolahan dipengaruhi tingkat permintaan global yang cenderung masih lemah. Adapun perlambatan sektor konstruksi sejalan dengan pelemahan investasi dan penurunan realisasi belanja modal pemerintah.

"Di sisi lain, tingkat konsumsi masyarakat yang tetap kuat pada 2015 mampu mendorong penguatan sektor perdagangan besar dan eceran, yang tumbuh 12,67 persen (yoy), menguat dibanding tahun sebelumnya sebesar 10,62 persen (yoy)," ungkap Gusti.

Sementara itu, laju inflasi Kepri 2015 sebesar 4,40 persen (yoy), lebih rendah dibanding 2014 sebesar 7,59 persen (yoy), dan masih berada dalam kisaran target inflasi nasional 4,1 persen (yoy).

Trend penurunan inflasi 2015 ditopang perlambatan laju inflasi   administered price sebesar 2,26 persen (yoy) sejalan dengan penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) yang beberapa kali dilakukan pemerintah sebagai penyesuaian terhadap penurunan harga minyak dunia.

Inflasi inti juga relatif rendah sebesar 3,32 persen (yoy), ditopang oleh ekspektasi inflasi yang terjaga dan tidak terlepas dari peran kebijakan Bank Indonesia dalam mengelola permintaan domestik, menjaga stabilitas nilai tukar, dan mengarahkan ekspektasi inflasi.

"Namun, komoditas volatile food tercatat cukup tinggi sebesar 10,15 persen (yoy), karena faktor hambatan pasokan khususnya pada komoditas beras dan sayuran," ujarnya.

Ditengah perlambatan ekonomi dan trend suku bunga tinggi, kegiatan intermediasi perbankan tetap berlangsung dengan baik, tercermin dari penguatan pertumbuhan kredit. Penguatan kredit ditopang oleh kebijakan kelonggaran loan/finance to value (L/FTV) untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) maupun Pembiayaan Properti Syariah (KP Syariah) yang dikeluarkan Bank Indonesia, melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/10/PBI/2015, berlaku Juni 2015.

Kredit perbankan tumbuh 10,15 persen (yoy), lebih tinggi dibanding 2014 sebesar 4,85 persen (yoy). Di sisi lain pertumbuhan dana melambat, antara lain karena penurunan penghasilan masyarakat sejalan dengan perlambatan ekonomi dan penarikan simpanan pemerintah pada akhir tahun untuk pembayaran proyek/program kerja 2015.

Demikian juga aset perbankan tercatat melambat. Aset dan dana perbankan masing-masing tumbuh 4,82 persen (yoy) dan 3,62 persen (yoy), melambat dibanding 2014 sebesar 5,48 persen (yoy) dan 4,06 persen (yoy).

"Di tengah penguatan kredit, jumlah kredit bermasalah tetap terkendali pada batas aman dengan indikator Non Performance Loan (NPL) sebesar 1,71 persen. Adapun Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 78,81 persen," katanya.

Untuk total realisasi anggaran pendapatan maupun belanja Pemda pada 2015 menurun dibanding capaian 2014. Penurunan belanja Pemda pada 2015 antara lain dipengaruhi oleh penurunan pendapatan akibat perlambatan ekonomi dan penurunan lifting serta harga minyak bumi, menyebabkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun Dana Bagi Hasil (DBH) dari pemerintah pusat juga menurun.

Faktor lain yang mempengaruhi yaitu realisasi sejumlah proyek pemerintah yang berjalan lambat. Realisasi pendapatan Pemda sebesar Rp8.405 miliar, menurun 8,42 persen dibanding capaian 2014, dan terealisasi 78,6 persen dari anggaran.

"Adapun realisasi belanja sebesar Rp9.044 miliar, juga menurun 18,5 persen dibanding capaian 2014 dan hanya terealisasi 79,8 persen dari pagu anggaran," tutup Gusti.


Editor : Udin