Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Periode Januari 2015, Kenaikan Harga Pangan Akibatkan Tekanan Inflasi di Kepri
Oleh : Roni Ginting
Kamis | 04-02-2016 | 16:43 WIB
inflasi.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Batam - Laju inflasi Kepri pada Januari 2016 masih mengalami tekanan akibat kenaikan harga kelompok bahan pangan. Inflasi IHK tercatat sebesar 0,55 persen (mtm) atau 5,32 persen (yoy) masih lebih tinggi dibanding inflasi Nasional sebesar 0,51 persen (mtm) atau 4,14 persen (yoy). 

Inflasi Januari 2016 relatif sama dengan pola historisnya sesuai rata-rata inflasi Januari 5 tahun terakhir sebesar 0,57 persen (mtm). Dibandingkan provinsi lainnya di Regional Sumatera, inflasi bulanan Kepri berada di urutan keempat setelah Sumut (0,88 persen), Bengkulu (0,67 persen), dan Babel (0,59 persen). 

"Berdasarkan kota, Tanjungpinang mencatatkan inflasi bulanan yang lebih tinggi dibanding Batam. Inflasi Tanjungpinang sebesar 0,93 persen (mtm) atau 3,22 persen (yoy) lebih tinggi dibanding Batam 0,49 persen (mtm) atau 5,67 persen (yoy)," kata Gusti Raizal Eka Putra, Ketua II Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kepri.

Gusti menjelaskan, Kelompok volatile food menjadi penyumbang terbesar inflasi Januari. Komoditas volatile food masih mencatatkan laju inflasi yang relatif tinggi sebesar 2,64 persen (mtm), disumbang oleh komoditas cabai merah, daging ayam ras dan bawang merah. Laju inflasi volatile food tersebut lebih tinggi dibanding pola historis 5 tahun yang rata-rata hanya mencapai 2,28 persen (mtm) yang dipengaruhi terbatasnya posokan bahan pangan dari sentra penghasil, kenaikan harga pakan ternak serta dampak angin musim utara yang mulai menghambat aktivitas nelayan. 

"Kelompok ikan segar mengalami inflasi sebesar 3,54 persen (mtm) setelah 3 bulan sebelumnya mencatatkan deflasi," terang kepala kantor perwakilan BI Kepri tersebut.

Laju inflasi inti relatif stabil sejalan dengan menurunnya permintaan domestik. Inflasi inti 0,16 persen (mtm) meningkat dibanding inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,15 persen (mtm), namun lebih rendah dibanding rata-rata inflasi inti 5 (lima) tahun terakhir sebesar 0,30 persen (mtm). Kenaikan inflasi inti antara lain didorong oleh kenaikan harga komoditas emas perhiasan yang meningkat sebesar 0,50 persen (mtm). Sebaliknya, inflasi gula pasir tercatat mulai mereda sebesar 0,31 persen (mtm) melambat dibanding bulan lalu sebesar 1,73 persen (mtm). 

Masih rendahnya permintaan domestik dan terbatasnya konsumsi pemerintah yang tercermin dari menurunnya tingkat keyakinan konsumen serta penurunan ekspektasi inflasi masyarakat.

"Berdasarkan Survei Konsumen, pada Januari 2015, tingkat keyakinan konsumen menurun dari 159,5 pada Desember 2015 menjadi 95,83 pada Januari 2016," ujarnya.

Kelompok administered prices mengalami deflasi sebesar 0,38 persen (mtm) dipengaruhi oleh penyesuaian harga BBM. Komoditas utama penyumbang deflasi adalah bensin dan solar dengan total andil deflasi sebesar 0,23 persen (mtm). 

Meski demikian, beberapa komoditas administered prices tercatat mengalami kenaikan yaitu tarif listrik dan angkutan udara. Kenaikan tarif listrik merupakan penyesuaian tarif yang dilakukan oleh PT PLN Persero. Sementara, inflasi angkutan udara tercatat sebesar 2,55 persen, relatif stabil namun sedikit meningkat dibanding Desember 2015.

Inflasi Kepri 2016 diperkirakan masih berada pada kisaran target yaitu 4 persen±1 persen. Meski demikian, terdapat beberapa risiko inflasi yang perlu diantisipasi, antara lain terbatasnya pasokan bahan pangan dari sentra produksi yang dipengaruhi pergeseran musim tanam akibat El Nino, meningkatnya permintaan sejalan dengan Hari Raya Imlek dan periode long weekend yang akan mendorong kenaikan jumlah wisatawan.

"Musim angin utara yang masih akan berlangsung hingga Februari  berpotensi menggangu aktivitas distribusi barang serta jumlah tangkapan ikan," tutupnya.

Editor: Dodo