Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Proyek KA Cepat Dinilai Abaikan Konsep Pembangunan Maritim yang Digagas Jokowi
Oleh : Surya
Selasa | 02-02-2016 | 18:00 WIB
Fahri1.jpg Honda-Batam
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Wakil Ketua DPR-RI Fahri Hamzah mengkritisi rencana pembangunan kereta api cepat (KAC) atau high speed railway (HSR) Jakarta-Bandung. 

Menurut Fahri pembangunan KAC menunjukkan pemerintah lupa dengan konsep maritim yang telah dikampanyekan saat pemilihan presiden.
 
Dalam Diskusi Publik yang bertajuk 'Stop Rencana Pembangunan KA Cepat Jakarta-Bandung' di Gedung DPR/MPR Jakarta, Selasa (2/2/2016), Fahri mengatakan, sudah terlalu lama negara terfokus pada pembangunan daratan, dan melupakan pembangunan laut atau maritim yang digagas Presiden Joko Widodo (Jokowi) sendiri.
 
Fahri meyakini bahwa saat ini, kebesaran bangsa Indonesia bisa diraih dengan pembangunan sektor laut. 

"Saya yakin hanya dengan membangun laut dan kelautan kita, bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar," tegasnya disambut tepuk tangan riuh dari para peserta diskusi.
 
Politisi dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) ini mengingatkan kembali bahwa prespektif kepemimpinan Jokowi, di dalam fisinya adalah pembangunan poros maritim sebagai prioritas nasional. 

Namun nyatanya, menurut Fahri, presiden tidak konsisten dengan prinsip yang bermartabat dan dijunjung tinggi ini.
 
Padahal menurut pengakuan Fahri, kosep poros maritim Pemerintahan Jokowi-JK adalah konsep yang dia kagumi. 

"Konsep maritim Jokowi adalah konsep yang saya kagumi semenjak kampanye dulu. Saya kagum dengan orang yang meneliti tentang maritim," ungkapnya.
 
Fahri yang pernah menjadi Ketua Bidang Pembinaan Cendekiawan Muda ICMI tahun (2000-2005) beranggapan, secara konseptual, kultur dan teknis kereta cepat Jakarta-Bandung salah alamat. Bahkan dia mengungkapkan proyek ini tidak relevan dengan konsep bernegara Indonesia yang integral. 

"Wajar jika kita bertanya kok kita pergi ke gunung katanya poros maritim, kenapa kita mendaki," kritis Fahri. 
 
Fahri melanjutkan, jika pemerintah konsisten dengan konsep poros maritim, maka fokus kerjanya pada pembangunan Indonesia Timur, termasuk juga Nusa Tenggara Barat (NTB).

Pembangunan di Indonesia Timur, lanjutnya, masih banyak daerah yang terbelakang dalam segi pembangunan. 
Dia mendorong pemerintah untuk memperhatikan pembangunan bagian timur Indonesia pada segi ekonomi dan kultur kebudayaan. 
 
"Jadi kalau pemerintah mau membangun tol laut dengan segala sumberdaya alam yang dimiliki, saya bukan hanya mendukung tapi juga terpukau, dan membayangkan hasil-hasil yang luar biasa bagi rakyat-rakyat kita," katanya.
 
Dia juga menambahkan seharusnya masyarakat tidak perlu sedih dan kecewa jika mega proyek ini ditunda. Sebab, proyek ini yang bekerjasama antara PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia dengan China Railway Internasional punya unsur kapitalis yang tamak.
 
"Rakus itu bagus kata orang kapitalis, kota tidak pernah tidur, uang tidak pernah tidur, bergegas-gegas dan terburu-buru, tapi kan kultur Indonesia alon-alon asal kelakon, biar lambat asal selamat, takkan lari gunung dikejar, itu kultur Indonesia, dan gunung yang dikejar itu namanya Bandung," ujar Fahri

Editor: Surya