Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Sambut Tahun Baru dengan Semangat Baru
Oleh : Opini
Rabu | 30-12-2015 | 11:21 WIB

Oleh: Syafitri Hana Nirbaya*

AKHIR tahun memiliki cerita sendiri bagi masyarakat di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Akhir tahun menjadi penutup kisah panjang perjalanan hidup selama satu tahun. Suka, duka, canda dan tawa yang telah terjadi selama tahun ini, akan diakhiri di bulan ini. Semua masyarakat bersiap menyambut hari baru yang bahagia di tahun depan.

Kebahagiaan akhir tahun terlebih dirasakan oleh umat Kristen. Pasalnya bulan Desember bertepatan dengan perayaan Hari Natal dan Tahun Baru. Di hari itu, masyarakat larut dalam bahagia menikmati perayaan tahunan tersebut.

Sebagai negara dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa dan berlatar belakang berbeda baik ras, suku, dan agama, dan kepercayaan, masyarakat Indonesia hidup dalam kebersamaan sesuai dengan semboyan negara kita “Bhinneka Tunggal Ika”. Berdasarkan semboyan tersebut, keberagaman di Indonesia merupakan salah satu tonggak dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, bukan sebagai pemecah belah bangsa.

Namun demikian, kiranya perayaan Natal dan Tahun Baru kali ini tidaknya menjadi seremonial belaka yang selalu dilakukan tiap tahun tanpa makna. Makna yang dimaksud di sini adalah adanya peningkatan rasa tolernsi beragama, hidup rukun antar tetangga, tenggang rasa, hormat-menghormati dan sebagainya.

Selain itu, hal yang tidak kalah penting bahwa di Tahun Baru kali ini masyarakat harus semakin siap. Siap dalam menghadapi tantangan globalisasi, terutama terkait dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA merupakan salah satu dampak dari adanya globalisasi ekonomi. MEA adalah perdagangan bebas yang diadakan oleh negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Dengan adanya perdagangan bebas ini negara asing akan lebih mudah dan bebas menjual produknya ke Indonesia, dan sebaliknya. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa mau tidak mau, suka tidak suka Indonesia saat ini telah menghadapi pasar global. Dimana masyarakat dituntut harus mampu bersaing dengan masyarakat dunia jika tidak ingin menjadi budak di negaranya sendiri.

Presiden Jokowi sendiri telah memastikan kesiapan Indonesia akan diberlakukannya MEA mulai tahun 2016. Tentunya hal ini bukan tanpa pertimbangan, Indonesia sebenarnya memang berpeluang besar karena memiliki produk-produk andalan. Dalam memasuki pasar bebas produsen Indonesia tentunya harus memiliki rencana. Mereka harus dapat membuat produk yang menarik dengan harga yang relatif lebih murah dari produk asing, namun tentunya tidak mengurangi kualitas produk itu. Para produsen harus memiliki inovasi baru agar dapat menciptakan produk yang dapat mengungguli produk asing. Namun tentunya strategi yang baik tidak akan berhasil tanpa adanya turut serta dari masyarakat. Dalam hal ini masyarakat Indonesia harus menumbuhkan rasa cinta pada produk dalam negeri. Mereka harus dapat mengurangi untuk mengonsumsi produk asing. Hal ini tidak akan terwujud tanpa adanya kesadaran dari masyarakat itu sendiri.

Untuk menerapkan hal itu, masyarakat Indonesia harus senantiasa menjunjung tinggi prinsip humanisme, pluralisme, persaudaraan, kerukunan, dan kekeluargaan dan menghindarkan diri dari pemaksaan kehendak. Semangat kekeluargaan tersebut dapat diwujudkan dengan membantu mewujudkan situasi yang kondusif saat peringatan Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Toleransi harus didepankan dalam mewujudkan bangsa yang besar.

Untuk itu, terdapat beberapa cara yang perlu dilakukan masyarakat dalam menyambut tahun baru kali ini, yaitu Pertama, revolusi mental. Revolusi Mental jelas bukanlah sesuatu yang gampang untuk dilakukan serta membutuhkan campur tangan banyak pihak. Sudah saatnya pemerintah dengan berbagai lembaganya membuat perencanaan yang matang dan terukur agar konsep “Revolusi Mental” tidak hanya menjadi sebatas wacana dan jargon belaka. Keikutsertaan berbagai kelompok masyarakat yang ada juga sangat dibutuhkan untuk mewujudan Revolusi Mental ini. Sebagaimana pesan Soekarno, revolusi mental bukanlah pekerjaan satu-dua hari, melainkan sebuah proyek nasional jangka panjang dan terus-menerus. “Memperbaharui mentalitas suatu bangsa tidak akan selesai dalam satu hari, Revolusi Mental merupakan hal yang penting sebagai upaya menjadikan bangsa yang bersih dari mental-mental pemalas, mental koruptor, dan lain sebagainya."

Kedua, mensukseskan pembangunan nasional dengan cara mendukung segala kebijakan pemerintah, menjaga kondusifitas iklim investasi, iklim hukum, politik dan sebagainya. Masyarakat harus percaya sepenuhnya kepada pemerintah bahwa segala kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah akan selalu bermuara pada satu titik, yaitu kesejahteraan rakyat. Maka dari itu, marilah kita dukung berbagai kebijakan tersebut agar tetap berada di jalurnya. Semoga di tahun depan kesejahteraan rakyat menjadi semakin meningkat. Selamat Natal dan Tahun Baru 2016, semoga di tahun baru kita semua tercapai tujuan apa yang diinginkan”

*) Penulis adalah Pengajar Sekolah Kepribadian, Aktif pada Lembaga Pengembangan Arus Gender