Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Mewaspadai Ancaman ISIS di ASEAN
Oleh : Opini
Sabtu | 26-12-2015 | 10:08 WIB
ISIS telegraph.jpg Honda-Batam
(Sumber foto: Telegraph)

Oleh: Rani Putri*

JARINGAN teroris Negara Islam Iraq dan Suriah disinyalir telah masuk ke negara Thailand, Filipina, Malaysia, Singapura dan Indonesia. Kelompok yang sering disebut juga dengan ISIS ini menimbulkan kekhawatiran bagi negara negara anggota ASEAN.

Pasca penembakan dan pengeboman yang terjadi di Paris, ISIS menjadi ancaman nyata bagi keamanan-kemanan negara manapun termasuk negara anggota ASEAN. Kelompok ini berhasil memperluas pengaruhnya dengan memanfaatkan media dan internet serta merekrut warga negara dengan diiming imingi kehidupan yang sejahtera.

Menteri Pertahanan Singapura, Ng Eng Hen membenarkan bahwa ancaman yang ditimbulkan oleh ISIS di kawasan Asia Tenggara semakin besar. Menurut Hen, ancaman tersebut datang dari anggora ISIS asal negara Asia Tenggara yang kembali dari Suriah dan Irak dengan misi untuk membangun kekhalifahan di negara masing-masing.

Mereka memiliki simpatisan,mereka memiliki pejuang asing yang terlatih, yang memiliki motivasi, sarana dan memiliki visi yang sama. Selain itu, ancaman ini semakin besar dengan banyaknya kelompok-kelompok afiliasi al-Qaeda di Asia Tenggara, seperti Jemaah Islamiyah dan Abu Sayyaf yang telah mengutarakan sumpah setia kepada ISIS.

Kekhawatiran tersebut juga melanda pemerintah Filipina. Filipina memperkuat pengawasan terhadap kelompok militan ISIS dan pendukungnya dengan membuat kesepakatan dengan Australia. Dalam kesepakatan tersebut, Australia dan Filipina akan meningkatkan pengawasan serta penyelidikan forensi dan pertukaran informasi yang berkonsentrasi pada arus militan di Asia Tenggara yang berpergian dari dan ke Iraq dan Suriah. Langkah ini diambil pemerintah Filipina karena kelompok militan yang di Filipina menyatakan bai'at kepada ISIS.

Pihak kepolisian Thailand juga mengumumkan bahwa kelompok militan ISIS telah memasuki wilayah Tailand. Sekitar sepuluh warga Suriah yang terkait dengan kelompok militan tersebut datang sejak 15 hingga 31 Oktober lalu. Mereka diduga akan melakukan penyerangan terhadap kepentingan Rusia di Negeri Gajah Putih.

Infomasi tersebut dibeberkan intlijen dari Dinas Rahasia Federal Russia agar kepolisian Thailand memperketat keamanan terhadap sejumlah kepentingan milik Russia dan negara yang melakukan penyerangan terhadap ISIS.

Meningkatnya penyebaran ISIS di kawasan ASEAN harus menjadi kewaspadaan permerintah, aparat keamanan serta seluruh masyarakat Indonesia. Dari seluruh negara Asia Tenggara, Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk beragama muslim paling besar. Serta perlu disadari juga, bahwa saat ini bangsa Indonesia paling mudah untuk 'diadu-dombakan' dengan mengatasnamakan agama. Seperti yang terjadi adanya pemberontakan GAM di Aceh, konflik sampang antara kaum sunni dan syiah, konflik lebaran di Tolikara. Bahkan saat ini sudah ada kelompok militan Islam yang berbai'at ke ISIS, yakni kelompok teroris Santoso di Poso.

Dengan membawa paham ISIS, mereka membenarkan segala tindak kekerasan, pembunuhan dan teror kepada orang yang tidak bersalah dalam menegakkan syariat Islam. Contohnya saja kelompok Santoso yang selalu melakukan teror kepada masyarakat di Poso. Kelompok yang bersarang di Gunung Biru telah menyebabkan keresahan masyarakat serta menyerukan seluruh simpatisannya untuk menegakkan syariah di seluruh Indonesia dan mengancam akan menyerang Polda Metro Jaya serta Istana Merdeka.

Direktur Institut for Policy Analysis of Conflict (IPAC), Sidney Jones menyebut sekitar 200 orang Indonesia sudah bergabung dengan tentara ISIS yang ada di Suriah. Lebih dari 100 orang telah dipulangkan dari perbatasan Turki, karena mereka ingin bergabung. Sebenarnya ada sel kelompok teroris di Jakarta dan sekitarnya yang lebih berbahaya dari kelompok Santoso di Poso Sulawesi Tengah. Sel-sel yang ada di Depok, di Bekasi, di Jakarta, di Surabaya lebih berbahaya.

Tersebarnya sel-sel ISIS maupun simpatisan ISIS memperbesar kemungkinan munculnya serangan teror pada hari besar umat Kristiani, natal serta perayaan tahun Baru. Belum lama ini kelompok ISIS merilis sebuah lagu berjudul “We are Mujahid” dengan berbahasa China dan lagu berdurasi 4 menit 7 detik itu disebarkan ke dunia maya.

Dalam lagu itu, ISIS berusaha membangkitkan para militannya untuk angkat senjata terhadap pemerintah China, jelang Hari Raya Natal. Pengamat dari Nanyang Technology University, Profesor Rohan Gunaratna menyatakan, munculnya lagi rilis dari ISIS itu sudah semestinya ditanggapi serius, untuk memperketat keamanan di China dan Asia Tenggara pada Hari Natal.

Perayaan hari Natal bisa dimanfaatkan ISIS untuk melaksanakan jihad yang mereka maksud. Pada masa ini kedaulatan dan keamanan negara kita akan diuji, sejauh apa pemerintah dan masyarakat mampu bertahan dari ideologi garis keras yang menggerogoti sikap toleransi bangsa.

Masyarakat dan pemerintah harus bersatu dalam menagkal setiap kegaitan penyebaran ISIS ini tentunya. Mereka menyebarkan paham primitif yang mementingkan kepentingan kelompok tanpa memikirkan hak-hak hidup orang lain. Penangkalan penyebaran paham ISIS menjadi tanggung jawab seluruh masyarakat Indonesia.

*) Penulis adalah Peneliti Sosial Politik