Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Mabes Polri Ingatkan Umat Syiah Jadi Target Serangan Teror
Oleh : Redaksi
Rabu | 23-12-2015 | 08:13 WIB
densus_88_di_sby_by_bbc.jpg Honda-Batam
Anggota Densus 88 Anti Teror menggerebek rumah di Surabaya Jawa Timur. (Foto: BBC)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Kepolisian Indonesia mengukuhkan bahwa umat Syiah menjadi salah satu target kemungkinan serangan oleh simpatisan atau anggota jaringan kelompok militan yang menamakan diri Negara Islam, ISIS, yang ditangkap oleh polisi akhir pekan lalu.


Menyusul penangkapkan sembilan terduga teroris di lima tempat di Pulau Jawa akhir pekan, kepolisian menyatakan kelompok Syiah di Indonesia menjadi salah satu kemungkinan target aksi teror pada akhir tahun.

Menurut juru bicara Mabes Polri, Anton Charliyan, informasi ini didasarkan dari penyelidikan dan pemeriksaan dari para tersangka yang tertangkap. 

"Kemudian kalau kita hubungkan dengan situasi yang terjadi di Suriah, kelompok itu (Syiah) dan kelompok ISIS kan bertentangan. Dari hasil IT dan pemeriksaan itu ada korelasinya," kata Anton.

Anton menolak menjelaskan apakah para tersangka teroris yang ditangkap adalah mereka yang kembali dari Suriah. "Itu tidak perlu tahu, yang penting itu salah satu bentuk ancamannya. Sebuah informasi, kalau bukan dari orang yang belum pernah pulang dari Suriah..yang jelas ini ISIS, mereka anggota ISIS," ujar Anton lagi.

Kebencian yang menguat di Indonesia, menurut Anton, berdasarkan hasil pengamatan intelijen polisi, mereka mengidentifikasi ada 1.008 pendukung ISIS di Indonesia dari sembilan kelompok berbeda.

Pengamat terorisme dari Yayasan Prasasti Perdamaian, Taufik Andrie, mengatakan kelompok-kelompok radikal yang berbeda tersebut dalam dua hingga tiga tahun terakhir sudah menunjukkan kebencian menguat terhadap komunitas Syiah yang dianggap 'musuh bersama' baik melalui media sosial maupun secara fisik lewat pembubaran acara.

Eskalasi kebencian, menurut Taufik, terjadi beriringan dengan meletusnya konflik di Suriah. Dia mencatat untuk pertama kalinya kelompok Syiah disebut sebagai 'sasaran' dalam rencana aksi pengeboman karena sebelumnya aksi intimidasi berlangsung dalam bentuk propaganda kampanye hitam atau pembubaran acara.

Taufik belum bisa memastikan apakah ancaman yang disebut oleh polisi tersebut berdasar atau tidak namun ada kesamaan pandangan atas Syiah.

"Setidak-tidaknya, di kalangan radikal, tidak ada debat. Mereka semua sepakat ya, baik yang pro-ISIS maupun anti-ISIS, bahwa Syiah itu bukan bagian dari Islam ya, makanya itu 'sah' untuk diserang," jelasnya.

Ketua Yayasan Ahlul Bait Indonesia -organisasi yang menaungi penganut Syiah di Indonesia- Ahmad Hidayat, menyatakan apresiasinya atas aksi penangkapan yang dilakukan polisi.

Meskipun begitu, dia juga menyesalkan 'kepasifan' aparat keamanan karena banyak langkah pencegahan yang seharusnya bisa dilakukan polisi namun tidak diambil sebelum ajaran kebencian terlanjur menyebar seperti sekarang.

"Saya kira polisi paham betul, karena polisi punya instrumen, bahwa setiap minggu, sejumlah mimbar masjid di seluruh Indonesia dijadikan sebagai ajang fitnah, ujaran kebencian, bahkan tuduhan tak berdasar pada Syiah di Indonesia, ini betul-betul jadi sesuatu yang harus mendapat perhatian dari aparat kepolisian," kata Ahmad.

Aksi lain yang menonjol, tambah Ahmad, bahwa pada peringatan acara Asyura yang berlangsung dua tahun lalu di Kelapa Gading, Jakarta, ada 100-an orang yang datang dan membawa bendera ISIS dan 'mereka sudah menfatwakan untuk membunuh orang-orang Syiah'.

Polisi, menurut Ahmad lagi, saat itu seharusnya bisa menunjukkan atau mengambil tindakan tegas terhadap aksi penyebaran ujaran kebencian yang terjadi.

Sebelumnya, pada Oktober 2015 lalu, Wali Kota Bogor Bima Arya mengeluarkan surat edaran yang berisi penolakan terhadap semua bentuk kegiatan keagamaan Syiah. Selain itu, aksi penolakan terhadap acara Asyura juga terjadi tahun ini di Balikpapan, Kalimantan Timur. 

Sementara itu, pada Minggu (20/12), sembilan terduga teroris ditangkap di perbatasan Banjar-Cilacap, Tasikmalaya, Sukoharjo, serta Mojokerto karena ' hendak melakukan aksi pengeboman di sejumlah tempat di Indonesia' pada Desember ini. (Sumber: BBC Indonesia)

Editor: Dardani