Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Manusia Indonesia Harapan Bangsa
Oleh : Opini
Senin | 07-12-2015 | 11:37 WIB

Oleh: Fajri Permana*

PERKEMBANGAN terkini bangsa Indonesia cenderung berbagai permasalahan sederhana berkembang menjadi permasalahan yang besar karena dipengaruhi oleh kepentingan politik dan kepentingan kelompok tertentu yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tatanan demokrasi dan kehidupan bermasyarakat.

Akibatnya, masyarakat kurang memiliki rasa kepedulian terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara terutama rasa cinta kepada Negara yang mulai terpinggirkan. Dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini sudah semakin mengkhawatirkan, akibat dampak para pemimpin/elite politik bangsa saat ini tidak memiliki jiwa kepemimpinan sebagai negarawan dan lebih mengedepankan kepentingan kelompok tertentu.

Saat ini pemahaman nilai-nilai kepahlawanan sudah mulai pudar semangat berjuang tidak lagi berkorbar yang dominan adalah semangat mengedepankan kepentingan pribadi dan golongan karena pengaruh dari dalam maupun luar negeri. Pahlawan mempunyai pengertian adalah jiwa berbakti kepada bangsa dan negara dengan membela tanah air dan membela kebenaran. Nilai-nilai kepahlawanan pada hakekatnya adalah jiwa, semangat dan nilai-nilai-nilai kejuangan Bangsa Indonesia untuk menegakkan NKRI banyak para korban dari rongrongan musuh yang akan mengganti dasar negara Pancasila.

Para generasi muda harus meniru perjuangan para pahlawan dengan terus berjuang yang penuh keberanian dan tanpa pamrih maka nilai luhur perlu diamalkan dalam berbangsa dan bernegara dimanapun berada. Pemuda dan pelajar sebagai kekuatan bangsa dan kiranya disadari bahwa pemuda dan pelajar merupakan basis kekuatan bagi suatu bangsa untuk merintis masa depannya, dengan kesadaran yang demikian itu merupakan suatu hal yang wajar, kalau pemuda akan selalu mendambakan hari depan yang lebih baik melalui proses pembangunan pembaharuan dan pengembangan.

Pergeseran nilai nasionalisme tidak akan pernah terjadi dan stabilitas keamanan NKRI tetap utuh. Oleh karena itu, dewasa ini kita dapat menyaksikan bahwa kemajuan pembangunan suatu bangsa tidak lagi ditentukan semata-mata oleh kekayaan investasinya yang klasik seperti sumber daya alamnya, melainkan lebih ditentukan oleh pembentukan kualitas sumber daya manusia.

Membentuk Pemuda, Pelajar dan Mahasiswa Berwawasan Kebangsaan, perlu ditanamkan rasa cinta tanah air dan cinta bangsanya agar memiliki wawasan kebangsaan. Suatu pemahaman empat pilar kehidupan berbangsa bernegara, sebagai warga negara Indonesia yang sangat majemuk dari berbagai latar belakang suku, agama, kultur budaya dan pendidikan tidak dapat dipungkiri dalam implementasinya berbeda apabila menafsirkan kedudukan Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.

Mencegah timbulnya pergeseran nilai Nasionalisme, wawasan kebangsaan sebagai modal dasar yang harus dimiliki oleh warga negara Indonesia, khususnya bagi generasii muda yang secara konsisten estafet akan melanjutkan perjalanan tugas bangsa Indoensia. Posisi kedudukan generasi muda yang sangat strategis itu didalamnya mengandung harapan, tetapi juga sekaligus kekhawatiran dan keprihatinan.

Untuk menghindarkan terjadinya pemanfaatan posisi dan kedudukan startegis generasi muda secara tidak bertanggungjawab, maka langkah yang perlu dilakukan antara lain perilaku hidup warisan nenek moyang yang ditanamkan pada generasi penerusnya adalah tatanan hidup paguyuban bukan tatanan kehidupan yang patembayan.

Departemen yang menangani generasi muda harus memiliki program terpadu terhadap kebutuhan anggaran yang dibutuhkan dan ini harus terprogram dari tingkat kelurahan/desa sebagaimana Otonomi Daerah, serta ikut memperhatikan perkembangan pergaulan generasi muda disamping orang tua, pihak keluarga dan lembaga kemasyarakatan dan pemerintahan desa bersikap aktif untuk mengetahui perkembangan pemuda yang ada di desanya dan mewaspadai terhadap adanya pengaruh kelompok ekstrim yang melakukan proppaganda dan berpotensi merugikan pemuda dan pemerintah.

Arus globalisasi semakin menyebabkan nilai-nilai yang mengikat persatuan bangsa menjadi terabaikan, dan semakin melunturnya semangat nasionalisme yang tidak merasa terikat terhadap bangsanya, tidak merasa memiliki kebangaan sebagai warga negara Indonesia. Bebarapa pengaruh yang muncul sebagai akibat dari globalisasi memang tidak secara langsung akan berpengaruh terhadap nasionalisme suatu bangsa. Akan tetapi, secara keseluruhan pengaruh globalisasi tersebut dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa dan negara menjadi berkurang atau hilang.

Bahwa dalam pendekatan ketatanegaraan bahwa kita sudah merdeka namun kita belum merdeka dari segi ekonomi, pendidikan, kesehatan dll, akibatnya terjadi krisis kepemimpinan pada level generasi muda. Oleh karena itu, saatnya kita mempersiapkan generasi muda yang memahami Nasionalisme dan kebinekaan secara utuh dan harus diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahwa apa yang terjadi akhir-akhir ini akibat dari kurangnya pemahaman dan implementasi terhadap semangat nasionalisme dan Siwalima karena kurangnya ruang-ruang publik yang diciptakan oleh generasi tua terhadap generasi muda.

Negera telah mengatur bagaiman kita hidup berbangsa dan bernegara, apalagi di Indonesia yang mempunyai kekuatan budaya harus menjadi perakat perdamaian karena kalau kesejahtraan dan pembangunan infrastruktur itu mau berjalan maka faktor pembangunan itu yang paling di utamakan. Investor mau berinvestasi maka keamanan harus menjadi indikator utama.

Oleh karena itu sebagai orang Indonesia mestinya budaya dan adat istiadat dijadikan alat sebagai perakat perdamiaan sehingga pembangunan itu dapat berjalan dengan baik. Mungkin banyak yang salah kaprah dalam mengartikannya, karena negara kesatuan itu harus dijaga. Kedepan kita sebagai warga negara Indonesia harus mempertahankan NKRI melalui tegakkan Pancasila, iman dan tagwa kepada Tuhan YME, galang persatuan dan kesatuan, gotong-royong solidaritas sesama tetangga, kembangkan semangat musyawarah, taat aturan dan hidup hemat.

"Cintailah perbedaan karena perbedaan itu adalah pemberian Tuhan, jadi jangan kita membeda-bedakan karena itu adalah awal dari disintegrasi bangsa. Hanya pancasila yang dapat mempersatukan bangsa ini, bukan agama. Musuh tidak akan bisa menyerang Indonesia jika kita tidak terlalu mudah emosi dalam menyikapi setiap adanya isu SARA. Selama surga masih menjadi rebutan maka itu akan digunakan oleh bangsa asing untuk mengadudomba antar anak bangsa".

*) Penulis adalah Pemerhati Masalah Bangsa