Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tegakkan Pancasila Sebagai Identitas Bangsa
Oleh : Opini
Kamis | 03-12-2015 | 11:08 WIB

Oleh: Andi Zulfikar*

PENETRASI budaya Korea di Indonesia semakin menjamur. Budaya asing ini telah masuk melalui dunia musik, gaya hidup, gaya berpakaian serta dunia perfilman. Dunia hiburan Indonesia kini juga telah berkiblat ke budaya Korea tersebut dengan banyaknya grup musik yang menirukan K-pop serta cukup banyaknya film korea yang ditayangkan di pertelevisian Indonesia. Banyak anak-anak muda yang terpengaruh, menyukai hingga menirukan budaya korea dalam kehidupan sehari-harinya. Bahkan anak-anak muda tersebut rela mengeluarkan sejumlah uang untuk menghadiri konser-konser grup K-Pop. Hal itu membuktikan bahwa Pancasila kurang diminati oleh bangsa Indonesia sendiri.

Saat ini, kita masih dipersatukan oleh budaya dan tren asing, bukan oleh budaya sendiri. Tergerusnya budaya sendiri akan memperbesar terjadinya potensi perpecahan bangsa. Masyarakat akan mulai terkotak-kotakkan oleh kepentingan masing-masing, tidak memperdulikan saudara sebangsa.  Adanya primordial kelompok memicu munculnya konflik-konflik sosial hingga tidak mempedulikan saudara sebangsa.

Hilangnya Pancasila tidak hanya dinilai dari budaya-budaya asing yang diterapkan oleh remaja-remaja kini, banyaknya gerakan terorisme, radikalisme dan separatisme merupakan bukti adanya proses penghilangan Pancasila dari kehidupan bermasyarakat. Gerakan terorisme seperti yang terjadi pada peledakan bom di Mall Alam Sutera. Motif pengeboman terungkap karena ego pribadi yang ingin mendapatkan keuntungan secara instan dengan mengorbankan orang lain. Beruntung pada saat itu tidak menyebabkan banyak korban. Akan tetapi nilai nilai Pancasila tak mendukung adanya pemaksaan kepada orang lain hingga menimbulkan teror di masyarakat.

Permasalahan radikalisme di Indonesia harus diwaspadai karena mengganggu eksistensi Pancasila. Dari paham agama islam garis keras hingga komunisme yang terlihat ingin kembali eksis. Banyak orang yang tidak menyadari bahwa geradakan radikal ini mengendap-endap masuk untuk menggusur posisi Pancasila. Tak jarang juga paham radikal ini menjadi titik awal munculnya kelompok terorisme. Seperti kelompok teroris Santoso di Poso, mereka menganut paham Islam garis keras yang berkiblat pada kelompok ISIS di Timur Tengah.

Gerakan radikal yang lebih lembut juga ada di Indonesia. Banyak organisasi-organisasi yang menyebarkan paham-paham radikal secara diam-diam ataupu frontal. Salah satunya adalah keberadaan Organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Secara jelas kelompok ini melakukan aksi-aksi unjuk rasa dan mengeluarkan statemen yang tak jarang menyudutkan pemerintah dan Pancasila. Menurut mereka, sistem khilafah harus ditegakkan di Indonesia. Khilafah dan Pancasila memiliki perbedaan nilai-nilai. Sangat tidak cocok jika Khilafah ditegakkan di Indonesia yang terdiri dari berbagai mancam etnis, budaya dan agama.

Sementara gerakan separatisme  terjadi di beberapa wilayah Indonesia seperti Papua, Aceh dan Maluku. Dari beberapa daerah tersebut, Papua adalah daerah yang memiliki tantangan yang besar. Kelompok aktivis separatis Papua bergerak di dalam dan luar negeri. Mereka menggadang-gadangkan isu genosida dan pelanggaran HAM walalupun sebenarnya tidak pernah terjadi.

Hilangnya eksistensi Pancasila disebabkan oleh bangsa sendiri yang tidak peduli dan tidak waspada. Kenyataan yang ironis bahwa bangsa sendiri lebih menyukai label orang lain dari pada label sendiri. Bahkan sampai menimbulkan kerugian bagi saudara sendiri dan mencela saudara sendiri. Bung Hatta pernah mengatakan, "jatuh bangunnya negara ini, sangat tergantung dari bangsa sendiri. Makin pudar persatuan dan kepedulian, Indonesia hanyalah sekedar nama dan gambar seuntaian pulau di peta. Jangan mengharapkan bangsa lain respek terhadap bangsa ini, bila kita sendiri gemar memperdaya sesama saudara sebangsa, merusak dan mencuri kekayaan Ibu Pertiwi".

Jika kita ingin bangsa ini menjadi bangsa yang besar, maka semua berawal dari kita sendiri. Mulailah dengan memahami kembali niat dari pendiri-pendiri bangsa untuk membangun negeri, yaitu dengan memahami, mengamalkan dan mengutamakan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Saat ini, Indonesia terus tumbuh dan berkembang dalam mencapai cita-cita bangsa. Dalam mencapai cita-cita tersebut, akan banyak tantangan dan hambatan terhadap kesistensi Pancasila sendiri. Oleh karena itu, sebagai rakyat Indonesia kita wajib melindungi Pancasila sebagai identitas bangsa dengan mengamalkan dan mewariskannya ke generasi-generasi penerus bangsa.

*) Penulis adalah Pengamat Sosial