Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Insiden AirAsia 'Pelajaran' Penting Bagi Industri Penerbangan'
Oleh : Redaksi
Rabu | 02-12-2015 | 08:52 WIB
serpihan_air_asia_by_bbc.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Serpihan badan pesawat AirAsia yang naas. (Foto: BBC)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Direktur Eksekutif AirAsia Tony Fernandes menyebut insiden yang dialami salah satu pesawatnya yang jatuh Desember 2014 lalu menjadi pelajaran untuk industri penerbangan.


Dalam cuitan Twitter, Fernandes menulis, “Banyak yang bisa dipelajari untuk AirAsia, pembuat pesawat, dan industri penerbangan.”

Pihak AirAsia, lanjutnya, akan memastikan industri penerbangan belajar dari insiden tragis yang menimpa pesawat dengan nomor penerbangan QZ8501.

Cuitan Fernandes mengemuka seiring dengan dilansirnya laporan investigasi jatuhnya pesawat AirAsia, pada Desember 2014 lalu, oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi.

KNKT mengatakan masalah pada sistem kemudi pesawat yang telah berulang ditambah dengan respons pilot mengakibatkan pesawat AirAsia rute Surabaya-Singapura jatuh.

Melalui laporan itu, KNKT mengatakan masalah pada sistem kemudi pesawat yang telah berulang ditambah dengan respons pilot mengakibatkan pesawat AirAsia rute Surabaya-Singapura jatuh sehingga menewaskan seluruh 162 orang di dalam pesawat.

KNKT menyimpulkan bahwa pesawat Airbus A320 milik maskapai AirAsia yang jatuh Desember 2014 lalu disebabkan oleh gabungan beberapa faktor.

Pertama, retakan solder pada modul elektronik sistem kemudi menyebabkan masalah terjadi empat kali. Awak pesawat melaksanakan prosedur yang sesuai pada tiga gangguan pertama. Pada gangguan keempat, rekaman data penerbangan mencatat sistem komputer dinyalakan ulang sehingga mengakibatkan arus listrik komputer terputus.

Hal ini menyebabkan autopilot dan autothrust tidak aktif. Kendali penerbangan juga berubah dari normal law ke alternate law.

“Dalam kondisi normal, saat semua sistem berfungsi baik, pesawat Airbus ini memiliki beberapa proteksi. Salah satunya, pesawat tidak akan roll lebih dari 33 derajat. Dalam alternate law, proteksi-proteksi tersebut tidak aktif sehingga pesawat bisa roll lebih 54 derajat bahkan 104 derajat,” kata Ketua Subkomite Kecelakaan Udara Kapten Nurcahyo Utomo.

Berkat data rekaman penerbangan, KNKT dapat mengetahui sejumlah faktor di balik peristiwa jatuhnya pesawat AirAsia. Saat pesawat berubah ke alternate law, lanjut Nurcahyo, pesawat kehilangan daya angkat dan tidak mampu dikendalikan pilot serta kopilot.

Meski demikian, pengamat penerbangan Heru Gunawan menepis kemungkinan faktor kesalahan manusia. Pria yang berprofesi sebagai konsultan penerbangan itu mengatakan bahwa pesawat Airbus A320 memiliki sistem komputer yang canggih sehingga pesawat dijaga tetap berada di dalam batas-batas penerbangan atau flight envelope. Konsekuensinya, pilot tidak pernah di-training terbang di luar flight envelope.

“Kalau pesawat sudah rusak secara elektronik, pesawat berada di luar flight envelope sehingga sulit dikendalikan. Jadi memang, human error, saya tidak terlalu yakin,” ujarnya kepada wartawan BBC Indonesia, Jerome Wirawan.

Dia menduga bahwa temuan KNKT amat mungkin dijadikan bahan kajian Airbus guna memastikan pesawat-pesawat produksinya tidak mengalami insiden serupa.

Seiring dengan dirilisnya laporan investigasi insiden AirAsia, KNKT akan memastikan semua maskapai di Indonesia menjalankan rekomendasi keamanan penerbangan, termasuk pengecekan pesawat secara berkala. (Sumber: BBC Indonesia)

Editor: Dardani