Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pejabat dan Birokrat Gabung ISIS

Kasus Dwi Djoko Bisa Jadi Contoh Bahaya ISIS di Indonesia
Oleh : Surya
Rabu | 11-11-2015 | 14:10 WIB
Hardi_Hood.jpg Honda-Batam
Ketua Komite III DPD RI Hardi Selamat Hood, Senator asal Provinsi Kepulauan Riau

BATAMTODAY.COM, Jakarta-Ketua Komite III DPD RI Hardi Selamat Hood mengatakan, keterlibatan Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Dwi Djoko Wiwoho ke dalam jaringan teror Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) bisa menjadi sample atau contoh bahwa pejabat dana birokrat Indonesia sudah masuk ISIS.


"Ini peringatan keras bahaya ISIS, bahwa pejabat bisa terkontaminasi pemikiran fundamentalis dan masuk ISIS. Kita bisa mendapatkan sample peringatan keras dari kasus Djoko (Dwi Djoko Wiwoho)," kata Hardi di Jakarta, Rabu (11/11/2015).

Menurutnya, bergabungnya Dwi Djoko ke ISIS, makin membuktikan bahwa ISIS telah berkembang pesat di Indonesia. 

Namun, secara pribadi Hardi tetap tidak percaya Dwi Djoko gabung ISIS, karena yang bersangkutan tidak mencirikan sebagai seorang fundamentalis seperti berjenggot dan aqidah agama yang kuat.

"Saya mengenal baik Dwi Djoko, makanya saya kaget dan tidak percaya gabung ISIS. Penampilannya biasa-biasa saja dan tidak mengesankan seorang fundamentalis yang ekstrim dan berjenggot, tidak ada sama sekali," katannya.

Senator asal Kepulauan Riau (Kepri) ini mengungkapkan, sebelum menghilang,  pada lebaran lalu Dwi Djoko sempat ke rumahnya untuk bersilaturahmi dan berhalal bi halal saling maaf memaafkan antara satu dengan lainnya.

Hardi memperhatikan memang ada perubahan dalam diri Dwi Djoko seperti suka menyendiri, lebih tenang kepribadiannya dan gaya bicara lebih teratur.

"Tapi saya tetap tidak percaya ikut ISIS. Dia di BP Batam itu jabatan dan kedudukanya sangat mapan, serta pergaulannya dengan orang-orang bisnis. Dari berita-berita dia mengenal ISIS melalui istrinya," ungkap Hardi.

Komite III DPD RI, kata Hardi, merasa perlu melakukan investigasi lebih jauh terhadap kasus Dwi Djoko gabung ISIS untuk disampaikan ke kementerian/lembaga terkait.

"Saya akan ke BP Batam untuk menyelidiki lebih jauh. Kita akan cari tahu keseharian Djoko," katanya.

Hardi menambahkan, hasil penyelidikan Dwi Djoko bisa menjadi catatan mengenai bahaya ISIS di Indonesia.

Ia menilai intelijen Indonesia kebobolan dalam kasus Dwi Djoko, sehingga diharapkan lebih waspada lagi, serta melakukan pengawasan terhadap para pejabat di pusat dan daerah. Karena bukan mustahil mereka juga direkrut ISIS seperti Dwi Djoko

"Agak sulit memang membedakan orang ikut ISIS atau tidak, beda dengan narkoba dapat diketahui dengan cepat. Tapi paling tidak dideteksi melalui paham ideologis mereka saat berdiskusi," katanya.

Editor : Surya