Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Alamak, Asap Lama Belum Padam, Muncul Titik Api Baru
Oleh : Redaksi
Rabu | 07-10-2015 | 13:23 WIB
151006112037_willem_rampangilei_640x360_bbc_nocredit.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Kepala BNPB Willem Rampangilei, menunjukkan titik-titik api baru. (Foto: BBC)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyatakan dalam dua hari terakhir ada titik-titik panas baru di Kalimantan Timur karena lahan masih terus dibakar dan kebanyakan di kebun milik masyarakat. Titik panas baru terdapat baik di lahan yang sudah terbakar dan dipadamkan, atau di lahan yang belum pernah terbakar sama sekali.

Sementara penanganan kabut asap melalui hujan buatan juga sulit karena sampai dengan minggu ini -terutama untuk Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah- awannya tidak cukup untuk disemai.

Data sebaran titik panas di Sumatra dan Kalimantan pada Selasa (06/10) pukul 08:00 WIB menemukan 502 titik panas di Sumatra, dengan 466 terletak di Sumatra Selatan. Selain itu ada 17 titik panas di Jambi, delapan di Lampung, enam di Sumatra Barat, tiga di Bangka Belitung, dan dua di Riau.

Sedangkan di Kalimantan, tercatat 700 lebih titik panas. "Intensitas kebakaran masih tetap di OKI (Ogan Komering Ilir). Di Kalimantan ada 712 titik, Kalimantan Timur ada 333, dan kebanyakan di lahan pertanian, kebun masyarakat, setelah kita teliti di lapangan," kata Kepala BNPB, Willem Rampangilei.

Willem menambahkan bahwa penanganan kebakaran hutan dan lahan di Ogan Komering Ilir (OKI) lambat karena tingkat kelatenan kebakaran yang terjadi.

Jika tak cukup air, upaya pemadaman di lahan gambut malah menimbulkan asap lagi. "Memadamkan api di lahan gambut perlu teknik dan upaya tertentu. Bagaimana kekuatan dan kemampuan kita? Untuk situasi di OKI, lahan gambut di sana terlalu dalam sehingga pemadaman dengan kalkulasi bahwa kebakaran dengan upaya dan kekuatan kita itu, imbang-imbang saja. Kalau kebakaran dihadapkan pada kekuatan yang lebih besar, akan padam," kata Willem.

Oleh karena itu, BNPB menambah kekuatan TNI dan Polri serta helikopter baik ke Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan, ke Kalimantan Tengah, maupun ke Kalimantan Timur.

"Memang karakteristik gambut, perlu proses untuk memadamkan, jika airnya tidak cukup, akan banyak menimbulkan asap, itulah yang kita hadapi. Salah satu tantangan buat kita, ciri khas kebakaran gambut, proses pemadaman pasti melahirkan asap," kata Willem.

Berdasarkan citra satelit, kebakaran banyak terjadi di daerah perbatasan kabupaten atau provinsi. Willem menduga hal ini terjadi karena infrastruktur jalan yang tidak terlalu bagus, sehingga patroli aparat tidak sampai ke sana.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan saat ini titik api yang mengeluarkan asap di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, terjadi di Distrik Air Sugihan, Simpang Heran, di konsesi hutan tanaman industri milik PT Bumi Andalas Permai dari grup Sinar Mas.

"Kurang lebih 600 hektar terbakar sejak 2 Oktober 2015. Saat ini masih dilakukan pemadaman oleh aparat perusahaan sebanyak enam regu. HTI jenis akasia mangium usia lima tahun, habis semua," ujar Sutopo usai konferensi pers soal percepatan penanganan kabut asap, Jakarta (6/10).

Selain itu, menurut Sutopo, asap sisa kebakaran yang mengeluarkan asap pekat juga ada dari Distrik Simpang Heran, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, dari lahan seluas 2.300 hektar lebih. Seluruh tanaman akasia mangium usia tiga tahun habis terbakar.

"Gambutnya masih mengeluarkan asap tebal. Terjadi kebakaran hutan sejak 25 Agustus 2015," ujarnya.
Presiden Joko Widodo sudah mengatakan bahwa proses pemadaman kebakaran hutan dan lahan untuk hilang sepenuhnya butuh waktu tiga tahun.

Terhadap pernyataan presiden ini, Willem menambahkan, "Perintahnya bapak presiden ke saya bukannya tiga tahun, perintahnya tahun depan tidak boleh ada asap. Saya berpegang pada perintah beliau, bahwa tahun depan tidak boleh ada kebakaran," ujarnya. (Sumber: BBC)

Editor: Dardani