Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Masyarakat Indonesia Tolak Paham Komunis!
Oleh : Opini
Kamis | 17-09-2015 | 10:10 WIB

Oleh: Anshory Rahmat*

POTENSI lahirnya kembali gerakan komunisme di Indonesia sangatlah besar. Demokrasi kini memberikan ruang untuk siapa saja bebas menyuarakan pendapat, bebas memiliki keyakinan. Kebebasan ini ditafsirkan oleh kelompok berpaham komunis sebagai strategi untuk memperkuat pengaruhnya. Dengan demikian, paham komunis akan mengakar kuat pada masyarakat Indonesia.

Sinyal hidupnya kembali gerakan komunis telah ramai dibicarakan pada Agustus lalu. Pada 5 Agustus 2015, netizen sempat heboh karena adanya postingan gambar yang menampilkan berkibarnya bendera bergambar palu arit berjajar di sebuah jembatan, tepatnya di Salatiga Jawa Tengah.

Saat itu juga, pihak kepolisian Salatiga mengkonfirmasi bahwa gambar tersebut adalah rekayasa. Walaupun demikian, gambar tersebut tetap menjadi sebuah pertanyaan yang belum memiliki jawaban bagi masayarkat, apakah paham komunis benar telah tiada di Indonesia?

Era reformasi ini, oknum Partai Komunis Indonesia (PKI) menggunakan taktik pemutarbalikan fakta untuk menutupi dosa-dosa PKI di masa lalu. Hal ini terbukti dengan munculnya desakan kepada Presiden untuk memberikan pidato kenegaraan pada 15 Agustus 2015 yang akan meminta maaf kepada keluarga PKI.

Tentunya melalui pidato ini akan membuktikan bahwa PKI tidak bersalah atas peristiwa 1965. Sebaliknya, jika pidato ini terjadi maka secara jelas maknya yang bersalah atas peristiwa September1965 adalah Pemerintah Indonesia dan TNI.

Pidato tersebut akan membuka pintu yang selebar-lebarnya kepada ideologi komunis untuk kembali mewarnai dunia perpolitikan Indonesia. Walaupun presiden batal melakukan pidato kenegaraan meminta maaf pada PKI, tetap perlu disadari bahwa kelompok komunis Indonesia tetap berusaha memperkuat eksistensinya.

Bahkan kampanye kelompok komunis ini juga dapat dikaitkan dengan munculnya logo-logo PKI dan foto tokoh PKI pada karnaval HUT RI di Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Politikus Partai Gerindra, Fadli Zon, menilai bahwa munculnnya atribut PKI di Pamekasan merupakan usaha-usaha pihak tertentu yang sedang melakukan uji coba untuk melihat reaksi masyarakat (18/8/2015). Keberadaan atribut-atribut PKI pada karnaval ini merupakan sinyal eksistensi kelompok komunis Indonesia.

Waspadai Kebangkitan Komunis di Indonesia
Masyarakat Indonesia harus waspada terahada munculnya komunis gaya baru (KGB) di Indonesia. KGB akan menyelimuti seluruh kegiatannya melalui kegiatas sosial, masuk ke dalam pemerintahan, dan bahkan di sektor ekonomi untuk meguasai pemerintahan.

Aksi mereka bertujuan untuk menghapuskan TAP MPRS XXV/1966 tentang larangan paham komunisme di Indonesia. Penghapusan TAP MPRS ini akan menjadi titik awal penguatan landasan hukum kelompok komunis di Indonesia.

Pada era demokrasi ini, kita tidak menyadari bahwa banyak eks-PKI dan keluarga PKI telah menguasai berbagai aspek kehidupan dan bahkan sampai ke legislatif dan pemerintah. Keberadaan mereka bukan harus kita benci tetapi harus kita waspadai sebagai orang-orang yang sangat mungkin berada dalam lingkaran komunisme. Sangat besar kemungkinan jika mereka menguasai pemerintahan akan memberikan lampu hijau kepada paham komunisme.

Lalu, bagaimanakah kita harus bertindak sebagai warga negara Indonesia yang menjunjung demokrasi terhadap paham komunis? Banyak cara yang dapat dilakukan sebagai bentuk antisipasi dan kewaspadaan yang dapat dilakukan dalam mengantisipasi munculnya kembali paham-paham komunis.

Penolakan langsung terhadap munculnya atribut dan lambang-lambang komunisme tentu akan memberikan suatu ketakutan sendiri bagi kelompok komunis. Seperti yang terjadi pada 2 September 2015 lalu, seorang warga negara Rusia, Maslennikov Dmitri (49) mengibarkan bendera merah berlambang palu arit dan bintang berwarna kuning di Desa Pererenan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Aksi ini dilaporkan warga setempat kepada aparat berwajib, Bendera langsung diturunkan oleh polisi, anggota TNI, dan aparat desa setempat.

Penolakan langsung keberadaan atribut dan simbol komunis adalah cara yang tepat dan tegas. Penolakan ini harus berlangsung terus menerus dan cepat tanggap oleh seluruh rakyat Indonesia.

Hal ini tentunya akan menghambat dan mengurangi keinginan kelompok komunisme untuk berkembang di Indonesia. Apalagi bulan september adalah momen dimana biasanya kelompok komunis Indonesia memutar balikkan fakta pemberontakan PKI 30 September 1965.

Oleh karena itu, mari secara tegas kita tolak keberadaan komunis dan mendukung serta mengamalkan Pancasila sebagai Ideologi negara. 

*) Penulis adalah Relawan Pelajar Pesantren Indonesia