Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Berjuang untuk Berhasil
Oleh : Opini
Rabu | 02-09-2015 | 11:11 WIB

Oleh: Herni Susanti*

SAAT ini diperlukan adanya peningkatan nasionalisme untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebab, selama ini banyak ancaman negara luar untuk menguasai Indonesia. Karena, Indonesia merupakan negara kaya raya, ada sekitar 500 suku bangsa, dengan 1.025 budaya yang tersebar di 17.504 pulau. NKRI merupakan negara subur yang memiliki potensi sumberdaya alam yang kaya raya sehingga, asing terus berupaya untuk merebutnya dengan berbagai cara, sudah ada beberapa pulau yang lepas, sehingga “NKRI harus menjadi harga mati”.

Pendekatan ekonomi kerakyatan juga mengutamakan pembangunan manusia/karakter manusia, yakni revolusi mental melalui pendidikan, sosial dan kebudayaan agar tercipta peningkatan kualitas taraf hidup masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi, kedaulatan pangan, kemandirian energi, pembangunan infrastruktur (Penyeimbangan wilayah yang merata Jawa, Sumatara -Indonesia Timur). “Jagalah harta rakyat dan cegahlah pencurian yang bisa mengurangi kemampuan kita untuk membiayai kehidupan berbangsa dan bernegara dengan layak”.

Mimpi Aceh
Mimpi baru atas Aceh adalah menjadi jangkar dalam bingkai NKRI jangkar yang kuat, tentu, mengingat sedikit sekali konflik terjadi di beragam belahan dunia sekarang yang mengatasnamakan perebutan wilayah. Dalam hal ini, pencapaian tujuan-tujuan berbangsa dan bernegara layak dikedepankan. Tujuan kesejahteraan misalnya, tersublimasi dalam kerja-kerja harian oleh penyelenggara negara. Aceh termasuk cepat dalam meraih kembali harapan hidup. Pertumbuhan ekonomi sudah terasa, transportasi berjalan aman.

Mimpi baru atas Aceh layak dikembangkan oleh seluruh manusia Aceh dan disokong elemen-elemen nasional dan lokal. Arus baru masa depan Aceh sudah terlihat dari kehadiran begitu banyak anak-anak muda yang saling berdiskusi setiap hari. Aceh adalah buah manis buat Indonesia, sebagaimana juga Indonesia bagi Aceh sebagai tanah yang subur bagi perbedaan pandangan. Dalam rangka mewujudkan suasana demikian perlu dijalin kerja sama dari dan oleh semua pihak demi tercapainya target dan tujuan yang telah dirumuskan. Kerja sama antar pemerintah serta antar lembaga mana saja sangat diperlukan untuk keperluan tersebut. Dan apapun namanya, bagaimanapun caranya kerja sama tersebut harus memicu kepada kesempurnaan Aceh masa depan.

Lebih sempurna dan mantap apabila semua itu terjadi dalam konteks ke-Aceh-an, artinya; adat, budaya dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat Aceh tidak terusik oleh upaya-upaya pembangunan Aceh itu sendiri. Satu hal yang amat penting dilakukan dalam upaya membangun Aceh ke depan adalah para pemimpin Aceh harus menggalang persatuan yang baik sehingga tidak ada sedikitpun kesan berpilah-pilah dalam memimpin Aceh. Dengan demikian rakyat akan senang dan mau mengikuti pemimpin mereka untuk menjalankan semua peraturan yang ada. “Ketidakbisaan hanya dimiliki orang-orang yang gagal. Tidak pernah ada kata tidak bisa, walau harus sejuta kali mencoba”.

Membangun Aceh
Globalisasi terus memasuki Aceh. Hal ini dikarenakan yang merekontruksi Aceh agar normal kembali adalah bangsa-bangsa dari luar. Dan giatnya pemerintah mempromosi Aceh sebagai daerah parawisata yang menyenangkan untuk dikunjungi turis asing juga membuat globalisasi mau tidak mau memaksakan rakyat  Aceh untuk  mengikutinya. Untuk membendung itu, maka kesadaran akan jati diri bangsanya perlu diterapkan dalam diri orang Aceh. Sebenarnya rakyat Aceh sekarang telah berbenah dan memperbaiki diri baik dalam mental maupun ideologi yang pernah berkembang masa konflik dulu. Saat ini di kalangan rakyat Aceh semangat nasionalisme keIndonesiaan mulai tumbuh karena pasca perdamaian ketentraman dan kenyamanan rakyat telah dirasakan.

Sementara itu, dibalik cerita positif tsunami dan gempa bumi merupakan salah satu penyebab wujudnya perdamaian antara GAM dengan RI. Dua even besar tersebut telah merobah wajah Aceh dalam limit waktu sangat singkat sehingga kehidupan masyarakat di Serambi Makkah ini terpacu oleh persaingan hidup yang sangat ketat. Kedua kejadian tersebut pula telah memaksa semua pihak untuk memperhatikan dan membangun Aceh kembali menjadi sebuah wilayah yang aman-damai, dan makmur-sejahtera. Pembangunan tersebut telah melibatkan banyak pihak sehingga dalam masa setahun pasca tsunami dan perdamaian Helsinki Aceh lumayan aman dan rakyatnya dapat membenah kembali kehidupannya.

Namun demikian, ada beberapa hal yang sampai hari ini perlu diperhatikan bersama dalam upaya pembangunan Aceh kembali, di antaranya adalah bagaimana kita memastikan semua anak bangsa yang terlibat dalam rehabilitasi dan rekonstruksi serta reintegrasi Aceh dapat bekerja serius, sopan, jujur, akuntabilitas dan transparan. Provinsi Aceh selayaknya melibatkan diri dalam agenda nasional itu. Sejauh ini, belum banyak terberitakan kehadiran sosok berpengaruh asal Aceh dalam masalah nasional. Padahal, Aceh memiliki segudang tokoh yang layak mendapatkan tempat yang baik. Selain itu, pembangunan kembali Aceh pasca gempa, tsunami dan perdamaian Helsinki menjadi sesuatu yang harus dan menjadi tanggung jawab semua pihak karena menjadi issu dan tanggung jawab dunia.

Menjaga dan mengontrol pembangunan fisik serta melestarikan perdamaian abadi di Aceh merupakan kewajiban lain yang mesti wujud di Aceh hari ini. Ini merupakan bagian dari kesejahteraan dunia bila dipandang dari sisi geografis, sosiologis, dan sisi politis. Untuk keperluan tersebut, kerja sama yang intens dan rapi antara Pemda Aceh, BRR, BRA harus wujud dan berjalan lancar, dan patner-patner sebagai fasilitator yang sudah lama bekerja di Aceh diharapkan dapat mengambil bagian dalam upaya mencapai tujuan tersebut.

Kebijakan Ekonomi Rakyat
Dari sisi geostrategis, Aceh akan memainkan peranan terkait dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara tetangga yang jauh lebih dekat dengan Aceh, ketimbang dengan Jakarta. Pengembangan industri berbasis kepentingan rakyat, pembenahan pelabuhan Sabang, sampai kepada pemantauan atas keamanan Selat Malaka memerlukan keterlibatan Aceh secara penuh. Dari sini, Aceh bisa bekerjasama dengan pemerintahan pusat atau dengan pemerintahan daerah yang berbatasan langsung, yakni Sumut, Riau dan Kepri. Keempat pemerintahan ini, termasuk Bangka Belitung, akan menjadi urat air bagi lalulintas ekonomi, terutama di laut.

Kerjasama regional dapat dibangun oleh masing-masing pemerintahan provinsi atau bersama dengan pemerintahan pusat. Dengan mengambil posisi sebagai daerah pertama yang langsung melihat kehadiran kapal berbendera asing di lautannya, Aceh bisa lebih banyak berbicara ketimbang sebelumnya. Kehadiran laksamana-laksamana lautan asal Aceh dalam bentuk yang lebih moderen sudah diambang pintu. Sementara itu, ekonomi kerakyatan bukan teori ekonomi, namun kebijakan yang berpihak pada ekonomi kerakyatan. Indonesia akan menjadi negara yang besar pada kelas menengah yang hampir sama dengan china dan India.

Disampaing itu nntuk menciptakan generasi yang berwawasan ke-Aceh-an dan cinta terhadap negara kesatuan maka pemerintah perlu melakukan cara yang sistematis. Seperti pemerintah pusat mendidik anak bangsa mencintai NKRI yang dilakukan sejak dari SD hingga ke perguruan tinggi, dimana mareka tetap belajar tentang wawasan kenegaraan melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarga Negaraan (PKN). Berharap kedepan Aceh akan diisi oleh generasi yang berbudi luhur dengan cerminan semangat cinta daerah yang tidak diragukan akan rasa nasionalisme sebagai warga negara republik Indonesia. Dengan demikian keseimbangan pemikiran antara kecintaan kepada daerah dan cinta kepada negara kesatuan akan terjadi di Aceh, dan buah manisnya perdamaianpun akan terpelihara untuk selamanya.

Kesejahteraan dan benang merah rasa nasionalisme bahwa aku bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia “. ….NKRI harga mati!! tidak boleh lepas! 

*) Penulis adalah pemerhati masalah kebangsaan