Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kredit Karbon Dilaporkan Malah Tingkatkan Emisi Hingga 600 Juta Ton
Oleh : BBC
Rabu | 26-08-2015 | 11:11 WIB
ilustrasi_global_warming_-_asap_pabrik.jpg Honda-Batam
Foto illustrasi/net

BATAMTODAY.COM - SEBAGIAN besar kredit karbon yang dikeluarkan oleh Rusia dan Ukraina tak mewakili pengurangan emisi, menurut laporan terbaru. Para penulis laporan tersebut menyatakan bahwa skema kredit karbon yang diciptakan oleh PBB "secara signifikan mengurangi efektivitas" dari upaya-upaya mengatasi perubahan iklim. Namun kredit-kredit karbon tersebut justru malah meningkatkan emisi sampai 600 juta ton.

Dalam beberapa proyek, zat kimia yang diketahui bisa menaikkan suhu iklim malah dihasilkan kemudian dihancurkan untuk mendapat uang.

Sebagai dampak dari "politik dagang sapi" pada negosiasi PBB mengenai perubahan iklim, negara-negara seperti Rusia dan Ukraina diizinkan untuk mengeluarkan kredit karbon dari aktivitas seperti mengurangi polusi dari pembakaran batu bara atau membatasi emisi gas dari produksi minyak bumi.

Dalam skema PBB yang bernama Joint Implementation, negara-negara kemudian memasukkan kredit-kredit tersebut ke pasar karbon Uni Eropa. Perusahaan pun kemudian membeli kredit tersebut alih-alih mengurangi emisi mereka sendiri yang prosesnya akan lebih mahal.

Namun, menurut penelitian dari Stockholm Enviroment Institute, sebagian besar dari kredit yang dikeluarkan Rusia dan Ukraina hanya omong kosong - pengurangan emisi tidak terjadi.

Penelitian tersebut melihat sampel acak dari 60 proyek dan menemukan bahwa 73 persen dari pengurangan emisi yang terjadi tidak memenuhi kriteria "additionality" atau tambahan. Artinya, proyek-proyek ini tetap akan ada meski tanpa bantuan keuangan kredit karbon.

"Beberapa proyek awal kualitasnya bagus, namun pada 2011-2012, ada beberapa proyek yang terdaftar dari Ukraina dan Rusia dan sudah berjalan lama sebelumnya, sehingga jelas-jelas bukan karena kredit karbon," kata Vladyslav Zhezherin, salah satu penulis penelitian tersebut.
"Ini seperti mencetak uang."

Menurut evaluasi tersebut, sebagian besar dari kredit karbon masuk ke Skema Perdagangan Emisi Uni Eropa.

Menurut para peneliti, kredit karbon malah menambah 400 juta ton karbondioksida ke target pengurangan emisi Uni Eropa, yang harganya setara dengan US$2 miliar atau Rp28 ribu triliun di pasaran saat ini.

Tak seperti proyek-proyek di Rusia dan Ukraina, beberapa skema tukar kredit karbon di Polandia dan Jerman memenuhi kriteria yang sangat ketat. "Kami sendiri sangat terkejut dengan hasilnya, tak menyangka jumlahnya akan sebesar ini," kata salah satu penulis laporan Anja Kollmuss kepada BBC.

"Yang terjadi, negara-negara ini bisa langsung menyetujui sendiri proyek-proyeknya tanpa pengawasan internasional, terutama di Rusia dan Ukraina. Tak ada insentif yang menjamin kualitas dari kredit-kredit ini."

Karena Jerman dan Polandia memiliki target pengurangan emisi yang lebih sulit, mereka sangat berhati-hati dalam mengeluarkan sertifikasi proyek kredit karbon. Lain halnya dengan Rusia dan Ukraina.

Sebagian dari hasil penilaian sudah diterbitkan di jurnal Nature Climate Change.

Laporan tersebut membahas aktivitas proyek yang mendapat uang dari penghilangan zat kimia HFC-23 dan sulphur hexafluoride yang justru memperparah pemanasan global. Menurut para peneliti, pada 2011, tiga proyek yang mereka uji secara signifikan dan bergantian menambah jumlah zat kimia yang seharusnya mereka hilangkan.

"Sebagai peneliti kami tak bisa membuktikan pemalsuannya, kami hanya bisa menunjukkan fakta-fakta bahwa dalam kasus HFC ini mereka berupaya mendapat kredit dengan meningkatkan produksi gas rumah kaca supaya bisa dihilangkan, dan aksi ini membuat mereka mendapat kredit yang lebih banyak daripada saat mereka memproduksi dalam jumlah sama seperti sebelumnya," kata Anja Kollmuss.

Para pakar yang mengetahui proyek karbon di Rusia mengatakan bahwa ada masalah-masalah yang sudah sejak lama dalam penghancuran zat kimia untuk memperoleh kredit karbon. Hal yang sama juga terjadi selama beberapa tahun di Cina.

Michael Yulkin, dari Pusat Investasi Lingkungan Rusia, membantah pernyataan bahwa beberapa proyek ini melanggar aturan. "Sama sekali tidak benar," katanya pada BBC.

"Semua proyek ini sudah disahkan dan tambahan pengurangan emisinya juga sudah terbukti - semua mengikuti aturan dan jika aturannya membolehkan data ini masuk, maka Anda harus mengakuinya."

Yulkin mengatakan bahwa proyek-proyek ini tak lagi menjadi masalah. Skema perdagangan karbon Uni Eropa tak lagi menerima kredit dan Rusia juga tak turut serta dalam periode komitmen Protokol Kyoto berikutnya.

Para peneliti laporan berargumen bahwa ini adalah pelajaran bagi mekanisme pasar lanjutan jika ingin dimasukkan dalam perjanjian global baru mengenai perubahan iklim yang harapannya akan ditandatangani akhir tahun ini pada konferensi di Paris.

"Selanjutnya, kita harus berusaha lebih keras dan kita bisa berusaha lebih keras, tapi fokusnya ada pada detail-detailnya dan kita butuh pengawasan yang lebih ketat," kata James Wilde dari Carbon Trust.

"Jika perusahaan-perusahaan akan berinvestasi dalam ukuran harga karbon, mereka harus tahu bahwa skema harga ini, di masa depan, akan kuat dan bertahan sepanjang masa investasi." (*)

Editor: Roelan