Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Inilah Fakta Rekor Global Perubahan Iklim
Oleh : Mongabay
Kamis | 13-08-2015 | 09:27 WIB
peta_pemasan_global.jpg Honda-Batam
Pemanasan global. (Sumber: NASA)

BATAMTODAY.COM - DALAM satu paket laporan tahunan yang berjudul State of the Climate in 2014 yang dipublikasikan secara resmi oleh State of the Climate report from the National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) and American Meteorological Society pada medio Juli 2015 lalu yang tersusun dari hasil studi iklim dan laporan dari tahun sebelumnya, menyimpulkan berita yang kurang baik. Indikator perubahan iklim telah terjadi di mana-mana. Berbagai rekor buruk bumi, pecah tahun lalu.

Hasil studi setebal 292 halaman tersebut membahas hal-hal yang sangat teknis yang memuat hasil kerja dari lebih empat ratus ilmuwan yang menganalisis segala sesuatu dari perubahan suhu, cuaca ekstrim, atau es yang mencair di berbagai belahan dunia. Namun satu kesimpulan utama dari laporan ini adalah betapa bumi telah begitu berubah, dengan cepat.

"Laporan ini merupakan data dari seluruh dunia, dari ratusan ilmuwan dan memberikan kita gambaran tentang apa yang terjadi pada tahun 2014. Berbagai indikator menunjukkan kepada kita bagaimana iklim kita berubah, bukan hanya suhu tapi dari kedalaman lautan ke atmosfer luar," jelas Thomas R Karl, LHD, Direktur NOAA untuk Informasi Lingkungan.

Berikut adalah tujuh catatan rekor iklim yang terpecahkan pada tahun 2014:

1. Tahun 2014 adalah Tahun Terpanas Sepanjang Masa
Sejak pencatatan global suhu dimulai, maka tahun 2014 dinyatakan sebagai tahun dengan rekor suhu terpanas di seluruh dunia dengan rata-rata suhu permukaan global tertinggi mengacu kepada empat analisis terpisah. Kontinen Eropa dan Meksiko mengalami tahun terpanas, dengan Argentina dan Uruguay mengalami tahun terpanas kedua mereka, dan Australia mengalami tahun terpanas ketiga berturut-turut sejak tahun 2012. Afrika dan Asia juga memiliki suhu di atas rata-rata.

"Kondisi hangat di atas rata-rata ini terjadi di hampir seluruh permukaan darat dan laut selama 2014," jelas laporan itu.

"Ini memberikan kontribusi untuk suhu rata-rata global yang tertinggi sejak pertengahan 1800-an. Di daratan, Eurasia dan Amerika Utara mengalami suhu yang hangat di atas biasanya. Frekuensi suhu ekstrim hangat atas rata-rata terjadi di semua kawasan di bumi selain Amerika Utara."

2. Peningkatan Konsentrasi Gas Rumah Kaca di Atmosfer
Suhu yang meningkat didorong oleh meningkatnya gas rumah kaca, termasuk karbon dioksida, metana dan dinitrogen oksida, yang dilaporkan mencapai rekor konsentrasi atmosfer tinggi. Kadar karbon di Mauna Loa mencapai di atas 400 ppm dari April sampai Juni, dan rata-rata global adalah 397,2ppm. Konsentrasi metana naik juga, dengan peningkatan yang lebih besar dari kenaikan tahunan rata-rata selama dekade terakhir.

3. Peningkatan Suhu Permukaan Laut dan Meningkatnya Siklon
Rata-rata suhu permukaan laut global mencapai rekor tertinggi, suhu terutama hangat di bagian barat Atlantik, serta kawasan tengah dan timur Pasifik. Meskipun kenaikan suhu permukaan laut tidak menyebabkan El nino tahun lalu, namun para ilmuwan meyakini bahwa peningkatan suhu permukaan laut akan menyebabkan El nino akan datang tahun 2015 khususnya di samudera Pasifik tropis.

Kenaikan suhu permukaan laut telah mendorong munculnya siklon tropis dari rata-rata yang terjadi, selama tahun 2014, terdapat 91 siklon tropis, meningkat dari 82 badai yang terjadi rata-rata selama dekade 1981-2010.

4. Peningkatan Suhu Lautan
Peningkatan suhu juga terjadi tidak saja di permukaan laut, tetapi juga pada suhu lautan. Suhu panas lautan telah mencapai rekor baru yang mencerminkan fakta bahwa lautan telah menyerap hingga 90 persen panas yang terperangkat oleh atmosfer bumi oleh gas rumah. Saat gas rumah kaca meningkat di atmosfer, maka hal ini akan menyebabkan suhu laut pun meningkat.

5. Kenaikan Permukaaan Air Laut
Permukaan laut juga memecahkan rekor baru. Kenaikan muka air laut sekarang saat ini diperkirakan sekitar 67 milimeter dari tahun 1993. Faktor-faktor yang menyebabkannya muka air laut ini di antaranya adalah karena mencairnya gletser dan es di permukaan laut, molekul air yang mengembang ketika suhu menjadi hangat serta terjadinya pencairan es di daratan yang airnya mengalir ke lautan.

6. Pencairan Es di Greenland dan Pemanasan Artik
Greenland, pulau terbesar di dunia yang tertutup oleh es abadi dilaporkan 90 persen esnya mulai mencair dengan kecepatan di atas rata-rata setelah musim dingin berakhir. Pada bulan Agustus 2014, rekor sinar matahari yang terpantul dari permukaan Greenland mencapai titik terendah. Pencairan es di permukaan daratan menggelapkan permukaan lapisan es itu, sehingga kurang mampu memantulkan energi matahari.

Demikian pula wilayah Arktik di lingkaran kutub utara dilaporkan terus menghangat. Wilayah Arktik mengalami tahun terpanas keempat sejak pencatatan dimulai pada awal abad ke-20. Salju Arktik rata-rata mencair 20-30 hari lebih awal dari 1998-2010. Di utara Alaska, suhu rekor tertinggi yang dipantau melalui empat dari lima observatorium permafrost.

Wilayah es di Arktik ‘hanya’ mencapai 1,94 juta mil persegi pada 17 September, atau terendah sejak pengamatan satelit dimulai pada tahun 1979. Ini merupakan kedelapan kalinya berturut-turut luasan es semakin berkurang dalam delapan tahun terakhir.

7. Kawasan Laut yang Tertutup Es di Antartika
Apa yang terjadi di belahan bumi selatan juga menunjukkan fenomena perubahan iklim. Kawasan laut yang tertutup es justru semakin meluas, dimana pada tahun 2014 merupakan rekor terluas. Pada 20 September 7,78 juta mil persegi melebihi 7,56 juta mil persegi pada tahun 2013. Ini adalah tahun ketiga berturut-turut dari rekor es laut maksimum batas.

Salah satu alasan yang bisa menjelaskan hal ini adalah perubahan pola arah angin. Angin menghempaskan es-es yang berada di pinggir laut yang kemudian membeku dan menutupi permukaan lautan, tanpa adanya daratan yang cukup tinggi untuk menghalangi arah angin, hal ini akan terus terjadi. Meskipun hal ini seolah-olah terdengar kontradiktif dengan ide planet pemanasan, namun justru hal ini menunjukkan potensi pergeseran atmosfer yang diakibatkan perubahan iklim. (*)

Editor: Roelan