Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Memahami Makna Perayaan Hari Kemerdekaan
Oleh : Opini
Rabu | 12-08-2015 | 10:47 WIB

Oleh: Satrio Merdeka Kertapati*

MEMBICARAKAN hari kemerdekaan selalu menjadi hal yang istimewa. Hari peringatan Kemerdekaan adalah hari yang penting bagi bangsa Indonesia. Pada hari itu, langsung atau tak langsung, bangsa ini diingatkan tentang buah manis pencapaian usaha tidak kenal lelah para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan. Pemaknaan terhadap hari penting tersebut oleh masyarakat pun tentu sangat beragam.

Bagaimana tidak, menjelang peringatan kemerdekaan biasanya semangat nasionalis menggelora kembali, pekik merdeka dimana-mana. Semua elemen masyarakat bergelora, bahkan berbagai media massa (elektronik, online dan cetak) terus membahasnya dalam satu runtutan kisah yang mengharukan dan sekaligus membakar semangat. Sedangkan di berbagai pelosok negeri, peringatan hari kemerdekaan diwujudkan dalam berbagai event perlombaan. Perlombaan-perlombaan (panjat pinang, makan krupuk, balap karung, pecah air, mengambil koin dalam semangka, bakiak, sepakbola ibu-ibu, baris-berbaris dll.), jalan sehat, karnaval, tabur bunga dimakam pahlawan, membuat gapura dan aneka hiasan, serta masih banyak hal menarik lainnya.

Namun, setelah tanggal 17 Agustus berapa banyakkah elemen masyarakat yang masih mampu mengingat dengan hangat semangat nasionalisme yang terasa begitu menggelora tersebut?. Rasanya begitu cepat lenyap diterbangkan angin yang bergerak perlahan. Bahkan pekik merdeka yang beberapa hari lalu mampu menggetarkan dunia, kini terasa kosong dan hampa tanpa makna.

Semua kembali menuju aktivitas rutinnya masing-masing, yang korupsi kembali korupsi, yang miskin tetap sulit memenuhi kebutuhan hidupnya, dan yang menengah kembali acuh dengan tetap mengerjakan pekerjaan rutinnya. Gambaran rutinintas seperti itulah yang terus terjadi dari tahun ke tahun, tanpa mengalami perubahan yang berarti.

Terasa bahwa pemahaman tentang hari kemerdekaan telah mengalami beraneka ragam makna, tapi hanya sedikit sekali yang benar-benar mampu merenungkan arti kemerdekaan dengan sesungguhnya. Betapa para pejuang yang terdahulu begitu gigih mengupayakan kemerdekaan, merelakan segenap harta dan nyawa merebut kemerdekaan meskipun mereka sadar bahwa pada akhirnya tidak dapat ikut menikmatinya. Akan tetapi, memperjuangkan hasil perjuangan mereka adalah sesuatu yang mutlak dilakukan.

Untuk itu, terlepas dari hingar bingar perayaan yang terlanjur menjadi rutinitas tahunan rakyat Indonesia. Pada momentum perayaan hari kemerdekaan 17 agustus di tahun ini, tentu harus menjadi bahan perenungan yang luar biasa guna melakukan revolusi mental terhadap pemaknaan hari kemerdekaan bangsa Indonesia itu sendiri. Masyarakat harus mampu memaknai secara lebih prinsip tentang hari kemerdekaan Indonesia tersebut.

Kita menyadari bahkan sangat sadar bahwa kualitas dan kuantitas sumber daya alam (SDA) Indonesia begitu berlimpah dan luar biasa. Namun, hal ini tidak diimbangi dengan kualitas SDM Indonesia, sehingga pada akhirnya rakyat Indonesia selalu menjadi “budak” bangsa lain, meskipun saat ini bangsa Indonesia telah merdeka.

Menyadari hal itu dan sejalan dengan konsep yang dicetuskan oleh Presiden RI ke-7, Joko Widodo, yaitu Revolusi Mental. Berarti bahwa pembangunan tentang konsep manusia Indonesia seluruhnya dan manusia Indonesia yang seutuhnya adalah hal mutlak. Rakyat Indonesia harus berpendidikan agar mampu berdiri di kaki sendiri dan menikmati SDA yang dimiliki tanpa adanya intervensi dapi bangsa lain. Sesuai amanat UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini disebabkan karena selama Rakyat Indonesia tidak cerdas, maka akan selamanya bangsa ini akan dijajah oleh bangsa lain, dijajah secara ekonomi dan dijajah secara manusiawi.

Mengacu hal tersebut pemerintah pun telah mengeluarkan berbagai kebijakan agar rakyat Indonesia dapat terbangun dari tidur panjangnya, agar rakyat indonesia mampu merancang masa depan yang telah terbentuk dari mimpinya. Dan tugas kita saat ini adalah mendukung dan mengawal kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut agar tetap berada di jalurnya. Bukan hanya diam ataupun mengkritik tanpa memahami maksud dan tujuan pemerintah tersebut terlebih dahulu. Karena kritik tanpa solusi adalah kepalsuan. Semoga Indonesia dapat benar-benar MERDEKA! 

*) Penulis adalah Peneliti di Lembaga Kajian Kemandirian dan Pembangunan Bangsa