Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Konservasi Alam Harus Dilakukan dengan Bijaksana
Oleh : Mongabay
Selasa | 11-08-2015 | 09:27 WIB
Siti-Nurbaya_-_menteri_lhk.jpg Honda-Batam
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya. (Foto: net)

BATAMTODAY.COM, Ujungkulon - Kondisi hutan di Indonesia memprihatinkan akibat alih fungsi, penebangan sampai kebakaran. Padahal Indonesia memiliki keragaman hayati, 17 persen flora fauna dunia ada di sini.  Untuk itu, konservasi memegang peranan penting dalam menjaga keragaman hayati ini.

"Mengelola hutan harus bijaksana," demikian Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, saat memperingati Hari Konservasi Alam Nasional yang dipusatkan di Taman Nasional Ujung Kulon, Senin (10/8/2015).

Menurut Siti, kerusakan hutan lindung, mangrove, perlu menjadi perhatian.

Kehadiran Siti bersama ratusan rimbawan di seluruh Indonesia itu membahas berbagai hal, mulai soal kebakaran hutan hingga perburuan satwa dan pencemaran lingkungan akibat limbah plastik. Tak ketinggalan diskusi soal konservasi.

Dalam menjalankan konservasi, katanya, harus memperhatikan kesejahteraan dan keadilan. "Harus ada introspeksi kita semua, bagaimana melaksanakan dan menjalankan konservasi yang sebenarnya," kata Siti seperti dinukil dari Mongabay.

Siti merujuk banyak terjadi di Indonesia, kala wilayah konservasi atau kawasan hutan, masyarakat kesulitan mendapatkan akses. "Ini harus dilakukan dengan baik," katanya.

Konservasi, sebenarnya tak hanya tanggung jawab KLHK, tetapi kementerian lain terkait termasuk masyarakat. "Menjaga kekayaan dan sumberdaya alam genetik, sekaligus menjaga komitmen internasional yang didorong IUCN, sangat penting. Diharapkan dukungan semua pihak melalui kampanye. Kekayaan dan milik bersama untuk keseimbangan dan kemajuan bersama," ujarnya.

Dia juga membahas bagaimana meningkatkan populasi satwa langka dan terancam di sejumlah kawasan taman nasional dan hutan lindung. Dia menargetkan, dalam lima tahun, diharapkan bisa menjaga karagaman hayati, dan mengembalikan populasi (peningkatan 10 persen) 25 spesies terancam, seperti badak, gajah, orangutan, harimau dan lain-lain.

Caranya, kata Siti, dengan memperbanyak kelompok penangkar yang konsen dan fokus pengembangbiakan. "Harus ada peningkatan populasi oleh penangkar untuk mencapai target ini. Semua pihak mulai pengusaha hingga pendamping komunitas peningkatan konservasi harus mendukung ini," terangnya.

Siti juga menyinggung keterlibatan pemerintah daerah, yang mempersiapkan taman nasional agar bermanfaat ekonomi bagi rakyat, salah satu melalui konsep ekowisata yang tidak merusak hutan. Untuk mendukung itu, jajaran KLHK harus reorientasi perencanaan. Konsepnya, membangun Indonesia dari wilayah pinggiran untuk mencapai kesejehteraan bangsa.

"Jaga ekosistem, jaga sumberdaya genetik agar tidak hilang. Taman nasional harus memberikan nilai ekonomi bagi warga. Itu pesan Presiden," katanya.

Soal peningkatan ekonomi lingkungan, katanya, jika 1980-1990,  masih bersandar pada kayu, sekarang sudah tidak bisa lagi. Taman Nasional Ujung Kulon, TN Gunung Leuser, dan sejumlah taman nasional lain di Indonesia yang memiliki keindahan luar biasa, harus dimanfaatkan dan bernilai ekonomi tinggi bagi masyarakat sekitar.

Hal ini, katanya, sudah dilakukan di Tangkahan, Langkat. Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL), menggunakan konsep peningkatan ekonomi masyarakat melalui ekowisata. Peluang ini,  harus terus dikembangkan karena sukses di sejumlah taman nasional.

Siti juga mengingatkan soal limbah plastik termasuk yang dibuang di taman nasional dan hutan lindung. Dia sudah meminta kepada pemerintah daerah mulai bupati hingga gubernur agar memberikan peringatan kepada supermarket dan hotel  mengurangi steoroform dan plastik. "Ini agar menekan limbah, termasuk  di kawasan hutan yang dibawa pengunjung," ujar Siti.

Siti juga menyinggung kebakaran hutan di sejumlah daerah. Jadi, katanya, daerah-daerah rawan seperti Riau, Sumsel, Jambi, Kalteng, Kalbar, terus dikontrol KLHK. "Setiap hari selalu ada laporan lalu diambil langkah-langkah penanggulangan," terangnya

Menurut dia, September 2015, Lampung, Jawa, NTB, NTT dan Sulsel harus waspada dan menjadi fokus perhatian soal kebakaran hutan. "Saya sudah dapatkan menu baru menggunakan bahan kimia Polly Sacarida, yang akan digunakan mematikan api sebagai alternatif jika air tidak ada sama sekali," kata Siti. (*)

Editor: Roelan