Oleh: Herni Susanti*
DALAM perjalanan sejarah bangsa, Pancasila telah teruji sebagai alternatif yang paling tepat untuk mempersatukan masyarakat Indonesia yang sangat majemuk di bawah suatu tatanan yang inklusif dan demokratis. Sayangnya wacana mengenai Pancasila seolah lenyap seiring dengan berlangsungnya reformasi.
Berbagai macam kendala yang sering kita hadapi dalam mensukseskan kerukunan antar umat beragama di Indonesia, dari luar maupun dalam negeri kita sendiri. Namun dengan kendala tersebut warga Indonesia selalu optimis, bahwa dengan banyaknya agama yang ada di Indonesia, maka banyak pula solusi untuk menghadapi kendala-kendala tersebut.
Dari berbagai pihak telah sepakat untuk mencapai tujuan kerukunan antar umat beragama di Indonesia, seperti masyarakat dari berbagai golongan, pemerintah, dan organisasi-organisasi agama yang banyak berperan aktif dalam masyarakat.
Keharmonisan dalam komunikasi antar sesama penganut agama adalah tujuan dari kerukunan beragama, agar terciptakan masyarakat yang bebas dari ancaman, kekerasan hingga konflik agama. Kerukunan antar umat beragama dapat diwujudkan dengan saling tenggang rasa, saling menghargai, toleransi antar umat beragama, tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu, melaksanakan ibadah sesuai agamanya, dan mematuhi peraturan keagamaan baik dalam agamanya maupun peraturan negara.
Jati Diri Bangsa
Jati Diri adalah ciri khas atau karakteristik suatu bangsa yang membedakannya dari bangsa yang lain. Pancasila yang menjadi filsafat dan pandangan hidup bangsa Indonesia itu, sebenarnya digali dari tradisi masyarakat berbangsa sepanjang sejarahnya. Pancasila sebagai dasar falsafah negara merupakan model ideal pluralisme ala Indonesia.
Di dalam Pancasila terkandung nilai-nilai yang merupakan ciri khas kepribadian bangsa dan itulah yang seharusnya terus kita pakai sebagai patokan hidup. Sebagai rakyat Indonesia kita wajib menjaga jati diri bangsa Indonesia, dimana dalam hal ini Pancasila adalah salah satu jati diri yang dimiliki bangsa Indonesia yang berperan penting dalam menjaga jati diri bangsa. Oleh sebab itu, kita sebagai generasi penerus bangsa harus selalu menjaga jati diri kita dalam mengenalkan bangsa dimata dunia. Pancasila sebagai dasar falsafah negara merupakan model ideal pluralisme ala Indonesia.
Pancasila adalah hasil perpaduan dari keberhasilan para Bapak Pendiri yang berpandangan toleran dan terbuka dalam beragama dan perwujudan nilai-nilai kearifan lokal, adat, dan budaya warisan nenek moyang. Jati diri bangsa merupakan suatu pilihan, dan jati diri bangsa Indonesia merupakan pencerminan atau tampilan dari karakter Bangsa Indonesia. Pancasila dan Jati Diri tidak boleh dipisahkan dan tidak terpisahkan.
Pancasila sebagai landasan idiil, landasan filosofis bangsa, sumber dari segala hukum di negeri Indonesia ini, sedangkan jati diri adalah implementasi sehari-hari, sebagai perilaku insan Indonesia, sebagai wujud bahwa Indonesia adalah bangsa yang beragama, yang percaya akan adanya Tuhan YME, yang beriman dan bukan murni negara sekuler.
Bangsa yang menghormati HAM di dalam negara hukum kekuasaan negara/pemerintah dilaksanakan sesuai dengan dasar dan prinsip keadilan, sehingga terikat pada UU (rule of law). Prinsip negara hukum adalah adanya pembagian kekuasaan dan ada jaminan atas hak asasi manusia untuk rakyatnya.
Bangsa yang cinta tanah air mempunyai rasa kebanggaan, rasa memiliki, rasa menghargai, rasa menghormati dan loyalitas yang dimiliki oleh setiap individu pada negara tempat ia tinggal yang tercermin dari perilaku membela tanah airnya, menjaga dan melindungi tanah airnya, rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negaranya, mencintai adat atau budaya yang ada dinegaranya dengan melestarikannya dan melestarikan alam dan lingkungan.
Bangsa yang demokratis, sistem politik yang memungkinkan semua warga bangsa mempunyai kesempatan mewujudkan aspirasinya. Bangsa kebersamaan, atau bangsa yang menghormati kebersamaan. Slogan Bhinneka Tunggal Ika tidak hanya nyaring dikumandangkan dalam berbagai wacana. Lebih dari itu, slogan tersebut ada dalam sanubari pendiri bangsa serta tecermin dengan jelas dalam sikap dan perilaku mereka.
Bhinneka Tunggal Ika
Bangsa Indonesia dilahirkan tidak lahir dengan dipersamakan namun ditengah-tengah perberdaan baik suku agama maupun adat istiadatnya, namun Bhinneka Tunggal Ika berbeda beda namun tetap satu jua.
NKRI lahir atas perbedaan-perbedaan yang disatukan, sehingga persoalan agama kalau bisa harus dipererat agar bisa saling menghormati antar umat beragama. Keberagaman seharusnya untuk memperkokoh NKRI, oleh karena itu kita semua harus saling menghormati, dan saling bertoleransi untuk mewujudkan negara yang kuat. Bangsa Indonesia adalah suatu bangsa yang kokoh, namun apabila antar umat beragama dipecah belah, maka semuanya harus bisa menahan diri.
Seperti kasus pembakaran rumah ibadah yang terjadi di Kab. Tolikara, Papua, tidak hanya menjadi perhatian pemerintah pusat. Namun, telah menjadi perhatian seluruh masyarakat Indonesia dan dunia internasional melalui pemberitaan media. Untuk itu, Tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat dan elite partai mengantisipasi agar isu peristiwa Tolikara tidak dihembuskan menjadi konflik SARA oleh kelompok-kelompok tertentu untuk memancing di air keruh.
Kemajemukan bangsa Indonesia berpotensi memunculkan kerawanan jika tidak dikelola secara arif dan bijaksana. Segenap anak bangsa perlu meneladani pendiri dan pemimpin bangsa yang berhasil mengelola kemajemukan hingga menjadi sumber kekuatan dan kekayaan negeri.
Menuju Pluralisme
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Kerukunan beragamapun akan sangat membantu manusia sebagai makhluk sosial yang berarti membutuhkan bantuan orang lain. Jadi, dengan rukunnya antar agama akan mendorong interaksi yang baik dan saling menguntungkan. Dapat pula kita menyambung tali silaturahmi antar sesama manusia. Dalam konteks sosial, masyarakat dapat berinteraksi dengan siapapun tanpa adanya batasan agama. Jadi kita saling berbaur tanpa memandang agama.
Pluralisme merupakan cara pandang dalam interaksi sosial di mana masing-masing kelompok memiliki rasa hormat dan toleransi satu dengan yang lain, sehingga mereka berada secara saling menguntungkan dan berinteraksi tanpa konflik. Semangat keberagamaan yang cenderung memuja fundamentalisme menjadi akar masalah serius seringnya pluralitas berpeluang menjadi bencana daripada rahmat. Pluralisme biasanya dibicarakan dalam konteks hubungan antaragama. Dalam perspektif tersebut, jelas dikemukakan tentang pengakuan dan penghargaan terhadap pluralitas suku dan agama.
Pluralisme juga merupakan kelanjutan dari model keberagamaan yang bercorak inklusif. Inklusivisme meniscayakan adanya pemahaman bahwa agama lain memiliki kesamaan-kesamaan sehingga ada keinginan untuk mencari titik temu. Berbeda dari inklusivisme, pluralisme justru mengakui adanya perbedaan-perbedaan.
Pemahaman terhadap pluralisme Indonesia sebagai satu kesatuan dan merupakan aset bangsa yang berperan besar dalam proses pembangunan dan pencapaian tujuan dan cita-cita bangsa dengan berasaskan Pancasila. Karena Pancasila sebagai dasar negara menjadi falsafah hidup dan landasan pergerakan ke-Indonesia-an.
Di dalam Pancasila terkandung nilai-nilai yang merupakan ciri khas kepribadian bangsa dan itulah yang seharusnya terus kita pakai sebagai patokan hidup. Pancasila sebagai dasar negara menjadi falsafah hidup dan landasan pergerakan ke-Indonesia-anâ€.
*) Penulis adalah pemerhati masalah kebangsaan