Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Masa Depan BIN Dipimpin Sutiyoso
Oleh : Opini
Kamis | 30-07-2015 | 11:29 WIB
sutiyoso.jpg Honda-Batam
Sutiyoso, Kepala Badan Intelijen Negara.

Oleh: Fadli Hamzah Prawiranegara*

TUJUAN  nasional  negara  adalah melindungi   segenap   bangsa Indonesia dan seluruh tumpah  darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,  perdamaian  abadi, dan  keadilan sosial sebagaimana diamanatkan di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara  Republik Indonesia Tahun 1945. 

Untuk mencapai itu semua tentunya penting dilakukan deteksi  dini  dan peringatan dini  terhadap segala sesuatu yang berbentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang dapat menggagalkan tujuan tersebut dan juga diperlukan untuk mampu    mendukung upaya menangkal segala bentuk ancaman yang membahayakan eksistensi   dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia sehingga nantinya akan mampu mewujudkan tujuan Negara tersebut. 

Untuk  mewujudkan hal itu peran Badan Intelijen Negara (BIN) yang bertugas melaksanakan tugas negara di bidang intelijen sangat dibutuhkan.  Adapun tujuan Intelijen Negara adalah mendeteksi, mengidentifikasi, menilai, menganalisis, menafsirkan, dan menyajikan Intelijen dalam rangka memberikan peringatan dini untuk mengantisipasi  berbagai kemungkinan  bentuk dan sifat ancaman yang potensial dan nyata terhadap keselamatan dan eksistensi  bangsa  dan Negara serta peluang yang ada bagi   kepentingan dan keamanan nasional.

Di sinilah Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) memiliki peran yang penting dalam menjaga pertahanan, keamanan dan stabilitas negara. Kepala BIN harus mampu memberikan masukan kepada presiden. Pada hari Rabu tanggal 8 Juli 2015 Presiden Joko Widodo mengambil sumpah jabatan dan sekaligus secara resmi melantik Sutiyoso sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) yang baru. Letjen TNI Purn Sutiyoso. telah menjalani fit and proper test dan disetujui sebagai calon tunggal Kepala BIN oleh DPR.

Menurutnya dalam pemaparan visi visi misi Sutiyoso akan membuat BIN lebih terbuka  karena BIN membutuhkan banyak informasi dari masyarakat. Kemudian menegaskan pentingnya modernisasi pada BIN dengan menggunakan peralatan yang canggih agar kita siap menghadapi Cyber war serta akan loyal kepada Presiden dan menjalankan perintah-perintahnya. BIN juga harus mampu menyediakan intelijen secara cepat, tepat dan akurat dalam rangka deteksi dini untuk mencegah, menangkal dan menanggulangi segala bentuk ancaman yang membahayakan eksistensi, keutuhan, keamanan dan kepentingan nasional.

Di satu sisi pasti ada pro dan kontra dalam penunjukan Sutiyoso Sebagai Kepala BIN yang pertama adapun pihak-pihak yang menolak atau keberatan dengan pencalonan Sutiyoso umumnya menyoroti kasus pelanggaran HAM yang dituduhkan sejak lama kepadanya, yaitu kasus Kudatuli (akronim dari Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli). Dinamika seperti di atas sebetulnya bukan hal baru di Indonesia dan beliau juga merupakan seorang Ketua Partai Politik.

Terlepas dari kontroversi yang terjadi atas penunjukan Sutiyoso menjadi Kepala BIN  oleh Presiden Joko Widodo tentunya  memiliki pertimbangan dan dengan kata lain “kita harus menerimanya”. Dengan alasan paling penting seperti; Sutiyoso memiliki pengalaman di militer mapun di jabatan sipil , dianggap mumpuni dari segi pengalaman dan setia kepada Presiden, berpengalaman di Jakarta guna menghadapi birokrasi yang diperlukan untuk menekan birokrasi yang ‘membandel’ dan tentunya mengawal program pemerintah kedepanya dengan mendorong revolusi mental untuk mengubah perilaku untuk mendukung kekuatan Negara. 

Untuk itu, pembuktiannya kita mesti lihat  bagaimana kinerja Sutiyoso. Jangan juga belum-belum ditolak untuk sesuatu yang pembuktiannya saja belum kita lihat. Coba kita lihat bagaimana Sutiyoso bekerja sebagai Kepala BIN. Cermati dan kritisi jika memang harus. Sebagai awal jabatan tantangan berat Sutiyoso adalah memegang amanah sebagai Kepala BIN adalah terjadinya penurunan perekonomian serta pilkada serentak. Sebagai badan intelijen strategis, BIN melakukan pulbaket sembilan komponen intelstrat, diantaranya adalah komponen ekonomi. Peran intelijen yang juga menganalisis perekonomian dunia dan khususnya Indonesia akan menjadi salah satu masukan bagi Presiden Jokowi  dalam pengambilan keputusan. Intelijen menilai ekonomi dari sisi kekuatan, kemampuan bertahan serta kelemahan (kerawanan) yang ada. Dari hasil analisisnya, intelijen akan memberikan masukan dan saran dari sudut pandang keamanan serta resiko dan bahaya yang diperkirakan akan muncul.

Hasil kajian BIN jelas komprehensif, karena dengan adanya jaringan di dalam dan Luar Negeri , BIN bisa mendapat informasi cepat dan akurat dari beberapa mitra intelijen yang ada baik dalam dan negara lain. Dalam era globalisasi, buruknya kondisi perekonomian sebuah negara akan bisa mempengaruhi perekonomian negara lain. Hal yang terpenting, diharapkan Sutiyoso mampu mengoordinasikan dan mengarahkan seluruh lembaga intelijen yang ada di dalam negeri untuk memberikan dan mensinergiskan semua informasi yang dimiliki untuk diolah dan dianalisis oleh BIN, mengingat berdasarkan UU yang ada, maka seluruh komponen intelijen di negara RI dikordinir dan dikomandoi oleh intelijen negara yang dalam hal ini memiliki kewenangan tersebut adalah BIN, semua komponen tersebut harus tunduk dan patuh melaksanakannya. Semoga Sutiyoso dapat mengoordinasikan dan mensinergiskan.

Maka sangat tepatlah sosok Sutiyoso yang menjabat sebagai Kepala BIN. Jelas bahwa kepentingan Negara Indonesia membutuhkan sosok Kepala BIN yang jelas mumpuni serta mampu menguatkan ketahanan Negara. Besar harapan masyarakat dan bangsa akan kinerja pemimpin baru BIN kedepan, semoga Bang Yos dapat mengemban amanah menjadi Kepala BIN dan semoga membawa  perubahan yang lebih baik. *

*) Penulis adalah pengamat militer dan aktif pada Kajian Ketahanan Kebangsaan Untuk Kemakmuran.