Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Terburuk Sepanjang Sejarah, Dam Duriangkang Surut Hingga 1,84 Meter
Oleh : Roni Ginting
Kamis | 30-07-2015 | 09:30 WIB
Daam duriangkang.JPG Honda-Batam
Dam Duriangkang.

BATAMTODAY.COM, Batam - Kemarau panjang yang sempat melanda Batam beberapa bulan lalu masih berdampak terhadap ketersediaan air baku. Curah hujan yang semakin jarang, membuat dam-dam yang menjadi urat nadi Pulau Batam menyusut tajam. Dam Duriangkang yang merupakan dam terbesar dan menjadi andalan PT. Adhya Tirta Batam (ATB) menyusut hingga 1,84 meter. 

"Penyusutan tersebut merupakan penyusutan terbanyak sepanjang sejarah," ungkap Enriqo Moreno, Corporate Communication Manager ATB, kemarin.

Bahkan akibat cuaca yang tidak bersahabat tersebut, Instalasi Pengolahan Air (IPA) Nongsa, bahkan terpaksa harus mengurangi jumlah air yang diolah karena air baku yang tidak cukup. 

"Saat ini Dam Nongsa mengalami penyusutan 3,98 meter dan Dam Sei Harapan menyusut hingga 3,65 meter. Sementara, Dam Mukakuning menyusut 2,95 meter dan Dam Ladi menyusut 2,71 meter," terang Enriqo.

Ia menuturkan, meski ATB terus berupaya menjaga kehandalan suplai air dengan membangun beragam infrastruktur, penyusutan air baku di dam tetap berpengaruh terhadap suplai air kepada pelanggan. Mengingat Batam tidak memiliki sumber daya air alami dan hanya mengandalkan air hujan yang ditampung di dam sebagai sumber air baku.

ATB sudah berupaya meminimalisir dampak berkurangnya air baku dengan melakukan interkoneksi pipa untuk pendistribusian air bersih kepada pelanggan.

"Hal yang utama adalah masyarakat harus ikut menjaga ketersediaan air dengan melakukan penghematan penggunaan air dan penyediaan penampungan air seperti tandon, drum, maupun ground tank. Sehingga, bila terjadi gangguan, pelanggan masih memiliki persediaan air yang cukup," himbaunya.

Apalagi, sambung Enriqo, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan sebagian wilayah Indonesia akan dilanda gelombang panas El Nino Moderat pada rentang Juli hingga Nopember 2015. Kemungkinan terjadi El Nino pada Juni 2015 sekitar 80 persen, sementara Juli ini mencapai 90 persen. El Nino dapat memicu minimnya curah hujan dan berpotensi terjadinya kekeringan.

“Meski Batam diprediksi tidak akan mengalami dampak El Nino secara langsung, namun seluruh lapisan masyarakat wajib merasa waspada. Kemarau bukan tidak mungkin berkepanjangan hingga tahun depan. Bila kemarau hanya terjadi hingga tahun ini, kami masih bisa mengatisipasi, namun bila kemarau terjadi hingga tahun depan kondisi akan semakin sulit," jelasnya.

"Pada periode 1997/1998 Batam juga pernah mengalami El Nino. Batam mengalami kekeringan dan tidak turun hujan selama hampir delapan bulan. Saat itu ATB terpaksa melakukan penggiliran agar pelanggan tetap mendapatkan air bersih meski dengan jumlah yang terbatas karena menyusutnya air baku," pungkasnya.

Editor: Dodo