Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Potret Generasi Mendatang
Oleh : Opini
Jum'at | 24-07-2015 | 09:47 WIB

Oleh: Amril Jambak*

PERGAULAN bebas hingga hamil luar nikah, tawuran, terlibat narkoba, jambret, begal, dan lain sebagainya. Bagian rapor merah generasi muda saat ini. Tentunya ini tidak bisa ditampik, karena masalah ini sudah tersiar luas, baik di media cetak, elektronik, dan media online.

Apa yang salah dengan generasi kita sekarang ini? Era globalisasi dan informasi yang sedang berkembang begitu cepat merasuk dan banyak mempengaruhi sikap serta mental masyarakat terutama di kalangan anak muda. 

Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia.

Pesatnya perkembangan teknologi informasi selain berdampak positif bagi masyarakat terutama anak muda, dampak negatif pun berkembang dengan pesatnya.

Media-media informasi baik cetak, elektronik maupun internet ikut berperan dalam merubah cara berpikir dan perilaku mereka. Tayangan-tayangan yang disuguhkan sudah melenceng jauh dari kaidah-kaidah agama dan moral.  Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-hari anak muda sekarang.

Langkah-langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi terhadapa nilai nasionalisme yaitu, menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam negeri, menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya, menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya, mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya, selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh dan bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Indonesia merupakan negara di bagian timur yang menganut kebudayaan timur yang pada intinya banyak bersumber dari agama. Artinya kepribadian orang timur terletak pada hatinya. Dengan hatinya mereka menyatukan akal budi, intuisi, intelegansi dan perasaan. Pemikiran timur lebih menekankan unsur terdalam dalam jiwa. Macam-macam kebudayaan yang memiliki nilai timur lebih menekankan disiplin mengendalikan diri, sederhana, tidak mementingkan dunia.

Indonesia sebagai bagian dari wilayah timur yang menganut kebudayaan timur, harus mementingkan kerohanian, perasaan, gotong-royong dan menjaga keharmonisan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan.

Itulah sebabnya macam-macam kebudayaan yang dimiliki indonesi memiliki kriteria yang sama dengan nilai-nilai budaya timur.

Permasalahannya yang kemudian muncul adalah pengaruh budaya barat yang mulai mengena. Perkembangan pesat era globalisasi saat ini, semakin menekan proses akulturasi budaya, terutama pengaruh budaya barat. Berbagai informasi melalui media cetak dan elektronik dengan sentuhan kemajuan teknologi modern mempercepat akses pengetahuan tentang budaya lain.

Namun, perkembangan yang dihadirkan bersamaan dengan pengaruh budaya barat menyebabkan efek, baik positif maupun negatif. Tetapi semua itu tergantung dari cara berfikir individu menyikapi masuknya budaya barat ke negeri ini. Unsur budaya barat hendaknya diserap secara selektif dan hati-hati. Kemajuan orang barat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi patut kita tiru.

Karena negara-negara barat mayoritas memiliki Iptek yang lebih maju jika dibandingkan dengan Indonesia. Seperti halnya dibidang pendidikan, ekonomi dan industri. Begitu pula dengan budaya semangat kerjanya dan berprestasinya yang perlu ditiru. Tetapi tidak semua budaya barat pantas dan layak diterapkan di Indonesia.

Seperti contohnya gaya hidup mewah dan cara berpakaian. Jika budaya yang melanggar norma di negeri ini diimitasi tentu saja sangat tidak cocok dan bahkan wajib untuk ditolak. Orang-orang di negara barat telah terbiasa dengan gaya hidup mewah. Mereka sering menghabiskan uang bahkan untuk hal yang tidak penting sekaligus jika dilihat dari kacamata orang timur.

Misalnya mengoleksi barang-barang mewah seperti contohnya yang dilakukan oleh para artis Hollywood, traveling dan membeli barang-barang bermerek. Dampak yang lebih memprihatinkan lagi adalah cara berpakaian. Cara berpakaian orang barat jika dibandingkan dengan orang timur sangat berbeda. Orang barat cenderung berpakaian lebih minim dan kurang sopan jika dibandingkan dengan orang timur. Kini dampaknya banyak remaja sekarang yang bergaya dan berpakaian seperti orang barat.

Selain budaya barat, kini yang sedang hangat-hangatnya dan populer dikalangan masyarakat adalah budaya yang berasal dari Korea yang disebut dengan budaya korean Pop atau yang biasa disebut dengan budaya K-POP. K-POP seolah-olah telah menghipnotis remaja dunia bahkan di Indonesia.

Banyak remaja di Indonesia yang begitu gandrung dengan budaya ini. Cara berpakaian, style, gaya rambut, musik bahkan Industri musik di Indonesiapun juga ikut terpengaruhi dengan adanya boyband yang mendadak muncul. Para remaja mulai meniru gaya ala idola mereka, bahkan tidak sedikit dari mereka yang justru tertarik dengan budaya yang berasal dari Korea ini. Inilah yang menimbulkan kekhawatiran, begitu mudahnya masyarakat Indonesia menerima budaya Asing yang justru bisa menggeser kebudayaan asli Indonesia.

Menurut Soerjono Soekanto (1990) masuknya budaya asing ke indonesia mempunyai pengaruh yang sangat peka serta memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif, yakni modernisasi yang terjadi di Indonesia yaitu pembangunan yang terus berkembang di Indonesia dapat merubah perekonomian indonesia dan mencapai tatanan kehidupan bermasyarakat yang adil, maju, dan makmur. Hal tersebut dihaarapkan akan mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera baik batin, jasmani dan rohani.

Sedangkan dampak negatifnya adalah, budaya yang masuk ke Indonesia seperti cara berpakaian, etika, pergaulan dan yang lainnya sering menimbulkan berbagai masalah sosial diantaranya; kesenjangan sosial ekonomi, kerusakan lingkungan hidup, kriminalitas, dan kenakalan remaja.

Kesenjangan sosial ekonomi adalah suatu keadaan yang tidak seimbang di bidang sosial dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Artinya ada jurang pemisah yang lebar antara si kaya dan si miskin, akibat tidak meratanya pembangunan.

Apabila jurang pemisah ini tidak segera ditanggulangi dan menimbulkan kecemburuan masyarakat sosial yang dapat menyebabkan keresahan dalam massyarakat. Kesenjangan sosial itu sendiri akan mengakibatkan hal- hal berikut ini, lahirnya kelompok kelompok sosial tertentu seperti adanya pengamen yang banyak berkeliaran di jalanan yang menyebabkan masyarakat terganggu dan keberadaan pengamen tersebut sering menimbulkan masalah yang dapat meresahkan masyarakat sekitar disamping itu juga terdapat kelompok pengangguran yang semakin hari semakin meningkat jumlahnya dan jika tidak ditanggulangi secara cepat maka akan menimbulkan kasus atau kriminalitas, kerusakan lingkungan hidup

Pencemaran yang terjadi di lingkungan masyarakat menimbulkan dampak polusi udara, menyebabkan sesak nafas,mata pedih, dan pandangan mata kabur, polusi tanah, menyebabkan lahan pertanian menjadi rusak, dan polusi air, menyebabkan air tidak bersih dan tidak sehat isi.

Masalah Kriminalitas. Kriminalitas adalah perbuatan yang melanggar hukum atau hal- hal yang bersifat kejahatan, seperti korupsi, pencurian, perkelahian, pembunuhan, pemerkosaan dan lainnya. Dalam kriminologi kejahatan disebabkan karena adanya kondisi dan proses- proses sosial yang sama yang menghasilkan perilaku sosial lainnya. Artinya, terdapat hubungan antara variasi angka kejahatan dan variasi organisasi-organisasi sosial dimana kejahatan tersebut terjadi.sebagaimana dikatakan E.H. Sutherland ( dalam Soejono Soekamto, 1990: 367) kriminalitas (perilaku jahat) merupakan proses asosiasi diferensial, karena apa yang dipelajari dalam proses tersebut sebagai akibat interaksi dalam pola dan perilaku yang jahat.

Kenakalan Remaja. Kenakalan remaja adalah penyimpangan perilaku yang dilakukan generasi muda (sekelompok remaja). Misalnya tawuran, perusakan barang milik masyarakat, penyimpangan seksual, dan penyalahgunaan narkotika serta obat-obatan terlarang. Kenakalan remaja dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor eksternal dan internal.

Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari remaja atau keadaan pribadi remaja itu sendiri. Misalnya, pembawaan sikap negatif dan suka dikendalikan yang juga mengarah pada perbuatan nakal. Selain itu, kenakalan remaja dapat disebabkan karena adanya pemenuhan kebutuhan pokok yang tidak seimbang dengan keinginan remaja sehingga menimbulkan konflik pada dirinya dan kurang mampunya si remaja itu menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri remaja itu artinya, berasal dari lingkungan hidup remaja tersebut. Misalnya kehidupan keluarga, pendidikan di sekolah, pergaulan, dan media massa. Seseorangyang hidup dalam keluarga yang tidak harmonis cenderung akan memepnyai perilaku yang kurang baik dan menyimpang dari norma dan nilai yang berada pada masyarakat. Misalnya seorang anak yang sering melihat orangtuanya bertengkar dapat melarikan diri pada obat-obatan karena ia tidak tahan melihat pertengkaran orangtuanya.

Jadi penulis bisa menyimpulkan, jika masalah ini tidak diantisipasi dari dini, tidak terbayangkan betapa rusaknya generasi mendatang. Indoensia remuk, hancur berkeping-keping. Korupsi merajalela, siapa yang kuat dia yang menang, siapa yang memiliki uang, bisa mendapatkan segala-galanya, dia menguasai negeri yang sekarat, negeri tanpa bentuk, wabah penyakit menebar dari Sabang hingga Merauke.

Maksiat, perjudian, narkoba bukan lagi barang haram. Tidak akan heran lagi jika melihat laki-laki dan perempuan berciuman mesra di tepi jalan, bahkan bersenggama di ruang terbuka. Adat istiadat, agama, yang selama ini menjadi filter dalam menjalani kehidupan tidak lagi berfungsi dengan baik. Semua sibuk mengurusi dirinya sendiri-sendiri, menjadi manusia yang individualistis.

Ngeri sekali membayangkannya, jika masa depan Indonesia dipimpin oleh generasi bermental rapuh! Generasi yang sekian lama telah meninggalkan akar budayanya sendiri yang adi luhung.

Agar Indonesia menjadi negara yang kuat, negara yang mensejahterakan masyarakatnya dan disegani negara-negara asing. Peran orangtua sangat penting, mendidik dan mebina anak-anaknya agar tidak terjerumus kepada prilaku yang negatif. Artinya, komunikasi antara orangtua dan anak harus terjalin dengan baik.

Orangtua harus mampu menjadi tempat berlindung serta menjadi tempat si anak mencurahkan isi hatinya. Selain itu, orangtua juga harus tahu dengan siapa, kemana anak bermain. Masyarakat harus bisa memantau dan mengawasi aktivitas remaja. Jika terjadi aktivitas yang menyimpang sesegera mungkin harus dicegah, sehingga ruang gerak untuk melakukan aktivitas menyimpangpun semakin sempit.  Dan negara juga harus melakukan perlindungan terhadap warga dari serbuan budaya barat yang masuk. Tidaklah memutus rantai, meminimalisir pengaruh tersebut akan sangat membantu generasi kita mendatang menjadi lebih baik. ***

*) Penulis Pemerhati Masalah Sosial Kemasyarakatan, tinggal di Pekanbaru