Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Inilah Makhluk yang Merana dan Berjaya Akibat Perubahan Iklim
Oleh : Deutsche Welle
Rabu | 22-07-2015 | 08:36 WIB
semut_merah.jpg Honda-Batam
Salah satu dampak dari perubahan iklim adalah meningkatnya populasi semut merah. (Foto ilustrasi/net)

BATAMTODAY.COM - PERUBAHAN iklim tak hanya merugikan keragaman hayati. Ada juga yang diuntungkan.

Saat beruang kutub merana, semut sebaliknya berjaya. Namun, serangga adalah indikator dari pemenang dan pecundang dampak perubahan iklim.

1. Tawon Kepanasan
Pemanasan global menciutkan habitat tawon besar di Amerika Utara dan Eropa. Hewan penyerbuk ini gampang kepanasan dan mati gara-gara tubuhnya yang berbulu dan elatif lebih besar ketimbang lebah serta warna gelapnya. Tawon besar juga sulit melakukan migrasi ke kawasan lebih sejuk karena pakannya tergantung pada spesies tanaman tertentu.

2. Lebah Madu Bersaing Ketat
Lebah madu bisa selamat dalam ekosistem lebih panas. Tapi dampak perubahan iklim bisa membingungkan lebah madu, karena tanaman berbunga jauh lebih awal.

Jika terlambat bereaksi, jumlah nektar yang tersedia di saat lebah aktiv mengumpulkan madu sudah jauh menurun. Akibatnya, terjadi persaingan ketat dengan serangga jenis lain dalam memanen nektar.

3. Kupu-Kupu Menderita
Kupu-kupu bersayap motif kotak (Euphydryas editha) habitatnya di kawasan pantai Pasifik di Amerika Utara, dan makanan utamanya adalah bunga tumbuhan semak. Akibat pemanasan global, tumbuhan ini dewasa lebih dini.

Akibatnya, ulat yang akan jadi kepompong terlambat menggemukkan diri. Dampaknya, populasi kupu-kupu menurun drastis.

4. Lalat Glasial Terancam Musnah
Center for Biological Diversity memprediksi lalat glasial (Zapada glacier) akan terancam musnah. Habitat serangga ini adalah aliran air lelehan glasial di taman nasional Montana AS. JIka kualitas air memburuk, serangga ini bisa terancam musnah.

5. Belalang Kritis
Belalang Beydaglari (Psorodonotus ebneri) kondisinya kini kritis. Hewan ini habitatnya sempit di Gunung Tantali pada ketingian 1.800 meter. Belalang ini tidak bisa terbang hingga sulit melakukan migrasi ke kawasan lain yang masih menunjang kehidupannya.

6. Kutu Sengkenit Berkembang Biak
Perubahan iklim juga bisa menguntungan serangga tertentu. Kutu sengkenit (keluarga Ixodes) justru berkembang biak lebih cepat pada kondisi suhu lebih hangat.

Vektor penyakit Lyme yang berbahaya bagi manusia, kini habitatnya makin meluas di kawasan bermusim empat. Penyebabnya, musim dingin yang makin pendek. Pengidap Lyme di AS kini berlipat dua.

7. Semut Merah Merebak
Pemanasan global juga mendorong perkembangbiakan semut merah (genus: Solenopsis). Semut omnivora ini terkenal agresif dengan mangsa dari mulai serangga, cacing, kutu serta laba-laba. Teritorial semut merah makin meluas, karena perubahan iklim memungkinkan binatang ini hidup di kawasan yang dulunya mematikan mereka.

8. Hama Kepik Rakus
Kepik hijau (familiy Pentatomidae) habitat aslinya adalah kawasan hangat di Laut Tengah, Timur Tengah, Afrika, Australia dan Amerika Utara. Tapi beberapa tahun silam, binatang hama ini ditemukan di Inggris yang habitatnya lebih dingin dan secara teoritis tidak memungkinkan kehidupannya. Hama ini merugikan petani Inggris karena menggagalkan panen.

9. Nyamuk Aedes Berkembang Pesat
Nyamuk Aedes yang jadi vektor penyakit demam berdarah Dengue, chikungunya, dan West Nile diuntungkan dengan makin hangatnya temperatur global. Populasi nyamuk meningkat drastis dan habitatnya juga meluas hingga ke kawasan Eropa. Wabah penyakit yang dulunya khas Asia atau Afrika kini juga mulai jadi masalah di Eropa. (*)

Editor: Roelan