Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Idul Fitri dan Semangat Kebangsaan
Oleh : Opini
Selasa | 21-07-2015 | 09:57 WIB

Oleh: Herni Susanti

HARI RAYA Idul Fitri (Lebaran) yang baru saja dirayakan umat Islam merupakan puncak rangkaian ibadah di bulan Ramadan sekaligus sarana pendidikan karakter bangsa. Selepas pelaksanaan shalat id, umat Islam melakukan sebuah tradisi keagamaan, saling sapa, dan saling menyampaikan permohonan maaf antara saudara terdekat sampai terjauh, dan antara tetangga terdekat sampai terjauh, lintas etnik dan bahkan lintas agama, yang dilandasi rasa persaudaraan sebangsa dan setanah air.

Dengan demikian, silaturahim itu bukan lagi identitas keagamaan, melainkan menjadi sebuah identitas kebangsaan sebagai bangsa agamais dan majemuk. Momentum Idul Fitri juga merupakan lesson learned untuk memperkukuh rasa persatuan dan kesatuan melalui prosesi silaturahim yang tidak semata sebagai perintah agama, namun juga dilandasi semangat kebangsaan sehingga tradisi tersebut tidak hanya dilakukan di lingkungan kerabat, tetapi juga seluruh tetangga dan handai tolan lintas etnik dan agama.

Hari Raya Idul Fitri sebaiknya dijadikan momentum untuk rekonsiliasi nasional sekaligus meneguhkan semangat kebangsaan. Dalam suasana Idul Fitri ada baiknya toleransi dijadikan sebagai pesan utama yang dapat memperkokoh tali kebangsaan dan tali kemanusiaan. Harapannya, toleransi akan menjadikan bangsa Indonesia bangkit dari keterpurukan karena tidak ada lagi kebencian dan kekerasan yang dilakukan oleh warganya. Disisi lain, aktivitas kehidupan mulai menampakan sosok dan geliatnya, dimana keseharian pasca Idul Fitri (Hari Lebaran) adalah rangkaian keberlanjutan ibadah puasa yang merupakan momentum memerdekkan nurani dan iringan nafsu duniawi.

Ibadah Puasa dan kewajiban memuliakan sesama adalah refleksi ikatan transedental yang kosmik namun bernilai strategis sebagai upaya memulihkan energi kebangsaan. Mengkonsolidasikan kesamaan visi kebangsaan relevan dianjungkan karena komunitas masyarakat yang rukun sebagaimana terlihat di seantero tanah air merupakan modal bangsa untuk menjalankan cita-cita proklamasi. Masyarakat yang harmonis adalah unsur perekat dan pengikat nilai-nilai kebangsaan Indonesia. untuk mencapai kemenangan bersama sebagai bangsa dalam semangat Idul Fitrii maka yang pokok adalah menjaga semangat kebangsaan NKRI.

Semangat Kebangsaan
Semangat ke Indonesiaan adalah semangat ketaqwaan karena ketaqwaan adalah unsur kekokohan pengabdian yang memiliki nilai semangat kesanggupan untuk berani melangkah dan bergerak. Satu bulan penuh berpuasa adalah kawah candradimuka untuk melahirkan semangat dan tanggung jawab yang baru. Puasa memperkuat kedisiplinan, memperkokoh keyakinan, merekatkan kebersamaan, karena dalam ibadah puasa ada rutinitas kegaitan ibadah seperti berbuka bersama, shalat bersama, dan bangun bersama yang semuanya diawali dengan niat ikhlas untuk menunaikan kewajiban. Pasca Lebaran pemaknaan Ramadhan memasuki ruang aktualisasi yang penuh tantangan.

Fenomena ini harus direspon dengan beragam aktivitas yang berorientasi untuk mengangkat, menempatkan, dan meletakkan ruh Ramadhan sepanjang tahun pada interaksi pembangunan. Sementara para elit yang belakangan terlibat perselisihan agar bisa saling bermaafan, melupakan semua kesalahan dan kembali bersama-sama membangun bangsa. untuk mencapai kemenangan bersama di hari yang fitri ini kita perlu melandaskan semangat Syawal dalam kehidupan kita sehari-hari agar mendapatkan peningkatan prestasi. Jika ada peningkatan dalam setiap dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara pasca-Ramadhan maka spirit Idul Fitri betul-betul terefleksikan dalam kehidupan kebangsaan kita.

Setidaknya ada tiga nilai penting dalam tradisi Idul Fitri yang menjadi pembelajaran bagi bangsa Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas ke-Islaman dan ke- Indonesiaan, yakni peningkatan kualitas keberagamaan, peningkatan kualitas hubungan sosial yang dilandasi kekuatan rasa persahabatan di antara sesama serta semangat cinta damai di antara sesama muslim, dengan melepaskan berbagai perbedaan etnik, budaya, dan aliran keagamaan, serta peningkatan kualitas toleransi dan semangat kebangsaan. Perayaan Hari Raya Idul Fitri tidak hanya menjadi sebuah prosesi keagamaan umat Islam, namun juga menjadi bagian dari kegiatan sosial masyarakat nonmuslim dalam mengembangkan sikap respek terhadap umat Islam. Tidak sedikit komunitas nonmuslim turut melakukan silaturahim terhadap umat Islam yang merayakan Idul Fitri. Demikian pula dengan umat-umat Hindu, Buddha, dan Kong Hu Chu.

Tantangan Kebangsaan
Tantangan kebangsaan saat ini adalah peningkatan produktifitas. Tolak ukurnya kinerja dan capaian-capaian resolutif atas agenda-agenda mendesak pembangunan nasional. Tugas besarnya membumikan visi negara kesejahteraan. Untuk melapangkan akses pencapaian kesejahteraan bagi semua, selain dibutuhkan ketersediaan dan sumber daya, juga memerlukan momentum solidaritas nasional. Satu bulan penuh masyarakat pemerintah dunia usaha dan elemen kebangsaan telah membangun kebersamaan dalam ketulusan.

Warna-warni interaksi kehidupan tidak mengurangi ikatan kehormatan terhadap kesucian bulan Ramadhan di dalam rasionalitas kehidupan selalu menyisakan tanggung jawab nasional. Kesadaran menjaga keluarga, lingkungan dan kegiatan ibadah itulah spirit Indonesia. Semangat Indonesia adalah keterpanggilan, kejuangan dan pembangunan. Pembangunan adalah manajemen waktu untuk mengkondisikan perubahan ke arah kemajuan dengan memaksimalkan sumber daya.  Untuk itu, makna Idul Fitri adalah peningkatan atau kenaikan, karenanya Idul fitri harus dimaknai untuk meningkatkan prestasi dalam semua dimensi kehidupan kebangsaan kita.

Jikalau kita sebagai bangsa makin solid, makin bersatu, makin utuh, makin kompak. Tidak suka konflik, masalah kecil tidak kita besar-besarkan, masalah besar kita carikan solusinya, maka kita dapat menjadi bangsa maju. *

*) Penulis adalah pemerhati masalah kebangsaan.