Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Dialog, Solusi Permasalahan Bangsa
Oleh : Redaksi
Kamis | 25-06-2015 | 10:50 WIB

Oleh : F. Permana

KOMPLEKSITAS dan berlapisnya masalah di Papua menjadi tantangan yang tidak mudah untuk menciptakan Papua Tanah Damai. Distorsi sejarah dan tingginya ketimpangan pembangunan wilayah Papua yang menyebabkan perekonomian dan pendidikan masyarakat di bawah garis kemiskinan adalah beberapa pokok persoalan dari banyak persoalan yang ada.

Meski Pemerintah sudah memberikan otononomi khusus atau Otsus sejak 2001, namun persoalan Papua masih saja mengemuka, bahkan kini muncul tuntutan agar pemerintah pusat memberikan Otsus plus dengan hak-hak yang lebih besar lagi pada Papua dalam urusan keuangan dan juga luar negeri. Sementara itu, masih adanya sikap pro dan kontra dalam masalah penyelesaian konflik separatis di kalangan pemerintah pusat dan masyarakat Papua hendaknya menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan.

Dialog dapat menjadi wacana alternatif penyelesaian konflik di Papua karena dalam dialog dilakukan rekognisi atau pemikiran dan pemahaman yang lebih baru, lebih terfokus dan lebih terarah pada pembangunan masyarakat Papua, khususnya masyarakat asli yang selalu berada dalam ancaman. Rekognisi ini dapat menjadi satu paket dengan strategi kebijakan dan agen politik afirmatif yang secara khusus mendorong dan menciptakan proses sosial agar masyarakat Papua dapat meningkatkan kemampuan dalam perebutan, penguasaan, dan pengelolaan sumber daya simbolik, sosial, budaya, ekonomi dan politik yang diperlukan bagi kesejahteraan masyarakat Papua.

Papua sama seperti wilayah-wilayah Indonesia yang status hukum dan politiknya adalah tertib sipil sehingga, fungsi TNI melakukan pembinaan teritorial dan membantu serta melindungi masyarakat agar tidak terganggu. Membangun Papua Tanah Damai, maka dialog adalah satu-satunya jalan. Bagaimanapun harus ada pihak pemerintah yang mau berdialog dengan tokoh-tokoh atau pihak-pihak yang berkonflik. Demi terciptanya perdamaian, pemerintah tidak perlu merasa rendah diri dengan melakukan dialog dengan pihak-pihak tersebut. Namun, perlu terobosan-terobosan bentuk dialog, sebagaimana pernah dilakukan Wapres Jusuf Kalla di Aceh.

Harapan terhadap langkah-langkah progresif mengambil bentuk dialog untuk Papua Tanah Damai. Selain itu, pertemuan informal sebelum dialog sangat penting untuk proses menyamakan persepsi dan proses menumbuhkan kepercayaan antara pemerintah pusat dan Papua. Jika telah dicapai persamaan persepsi dan telah timbul rasa percaya antara kedua belah pihak, maka proses selanjutnya adalah menyusun draf kerangka acuan bersama yang akan menjadi bahan pembicaraan dalam dialog bersama. Dialog bersama Jakarta-Papua hendaknya berpegang teguh pada prinsip penyelesaian damai, menyeluruh, dan bermartabat tanpa ada pihak yang merasa dirugikan dan harus ada tindak lanjut yang nyata setelah adanya kesepakatan bersama dalam dialog. Dialog juga harus mempunyai tujuan yang jelas, yaitu perdamaian di Papua.

Perlunya Dukungan Tokoh Agama
Untuk memulai dialog perlu dibangun suatu niat baik antara pemerintah pusat dan masyarakat Papua (khususnya kelompok perlawanan yang menginginkan kemerdekaan Papua, OPM). Sebelum memulai dialog, kelompok perlawanan (OPM) harus meninggalkan tuntutan kemerdekaan sebagai suatu upaya untuk mendukung jalannya dialog. Di samping itu, pemerintah pusat juga harus menanamkan sikap percaya terhadap terhadap kelompok perlawanan Papua.

Hal ini tentunya bukanlah suatu hal yang mudah, oleh karena itu sangat diperlukan pertemuan awal, informal, antara masing-masing utusan (dari Papua dan Jakarta) untuk membicarakan hal-hal teknis mengenai dialog sebelum dialog itu dimulai. Pertemuan ini sebaiknya diprakarsai oleh pemerintah pusat untuk dapat mendengarkan dan memahami aspirasi dari berbagai kelompok dan masyarakat di Papua. Jangan sampai komitmen untuk melakukan dialog damai sudah muncul, namun dialog tersebut belum pernah benar-benar terjadi, karena belum adanya rasa percaya dari pihak-pihak yang berkonflik.

Dukungan tokoh agama membawa misi agama dalam menciptakan persekutuan adalah untuk mewujudkan perdamaian. Karena itu, agama-agama di Tanah Papua secara tegas harus menolak pihak-pihak yang terus membuat Papua bergejolak, termasuk terhadap orang-orang Indonesia yang jiwanya bukan Indonesia, karena menolak prinsip dasar negara Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika. Untuk dapat menghidupkan rasa aman dan damai, OPM harus bisa menghargai terlebih dahulu orang Papua lainnya yang ingin hidup aman dan tertib dalam wadah NKRI. Karena masyarakat Papua, sudah tidak lagi percaya kepada elite politik yang berasal dari Papua termasuk OPM karena mereka sudah tidak bisa lagi bicara jujur tentang apa dibutuhkan di Papua.

Anak Papua Bangga Menjadi NKRI
Sesungguhnya banyak sekali warga termasuk anak-anak di Papua yang merasa bangga menjadi bagian Indonesia. Mereka juga gembira membawa bendera merah putih. Tapi, faktor komunikasi pusat-daerah dan persepsi yang keliru di sebagian pejabat baik pusat dan daerah, menyebabkan isu atau masalah Papua selalu mengemuka. Silaturahim dan persahabatan yang didasarkan atas niat tulus membangun ke-Indonesiaan di Papua dan berbagai daerah, serta pertukaran pelajar dan pemuda dari berbagai provinsi, dan pemuda serta masyarakat Papua juga dapat tinggal di berbagai belahan republik, maka saling pengertian dan akhirnya menjadi Indonesia itu adalah suatu keniscayaan.

Masyarakat Papua menginginkan bergabung dengan NKRI dan bersama-sama membangun Tanah Papua untuk menuju masyarakat yang mandiri, maju dan sejahtera disegala aspek kehidupan. Masyarakat Papua patut bangga sebagai anak Indonesia, rasa bangga memiliki tanah air yang indah dan kaya raya. Bangga memiliki bangsa yang beradab, ramah tamah, serta memiliki keanekaragaman dan bangga memiliki kebudayaan dengan keunikan yang tidak dimiliki oleh bangsa lain.

Untuk itu, masyarakat Papua harus bangga memiliki bangsa yang menjunjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan yakni Bangsa Indonesia. Rasa bangga sebagai anak Indonesia tidak cukup hanya diucapkan atau ditulis dengan kata-kata mutiara.  Rasa bangga sebagai anak Indonesia harus kita tunjukkan dengan berperilaku yang menunjukkan rasa bangga sebagai anak Indonesia.  Perilaku yang menunjukkan rasa bangga sebagai anak Indonesia di antaranya adalah bersikap baik, kerja keras, rajin belajar, taat beragama, ulet, serta mempunyai daya juang yang tinggi dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Indonesia. *

*) Penulis, adalah Pengamat Masalah Bangsa