Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Spirit Ramadhan untuk Membangun Bangsa
Oleh : Redaksi
Senin | 15-06-2015 | 11:41 WIB

Oleh: Ahmad Qurnia Solahudin*

AKSI  kekerasan masih marak terjadi di masyarakat, yang pada akhirnya  masyarakat pun setiap hari mendapat suguhan berita seputar kekerasan diberbagai media. Hal ini tentunya tidak baik bagi psikologis masyarakat, mereka akan senantiasa khawatir seolah-olah hidup tanpa jaminan keamanan.

Selain menibulkan kekhawatiran yang berlebihan, suguhan berita kekerasan setiap hari akan berdampak pula pada sikap masyarakat yang akan memafhumi bahwa kekerasan adalah sebuah kebiasaan sehingga mereka pun menyelesaikan segala persoalan dengan kekerasan.

Sementara kita tahu persis bahwa Negara kita Indonesia ini adalah Negara yang berideologi Pancasila dan berlandaskan hukum. Dimana salah satu sila pancasila yaitu Kemanusiaan yang adil dan berada bartinya bahwa rakyat Indonesia senantiasa menghormati nilai-nilai kemanusiaan dalam bertindak dan menjunjung tinggi hukum dalam menyelesaikan segala persoalan atau pun sengketa bukan dengan otot.

Indonesia dengan beragam suku dan budaya memiliki potensi yang cukup tinggi terjadinya konflik, namun dengan landasan Pancasila dan motto Bhineka Tunggal Ika, dimana nilai-nilai Pancasila senantiasa menjunjung tinggi penghargaan dan penghormatan kepada sesama dan menghargai perbedaan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika yang berarti Berbeda tetapi satu artinya berbeda dalam budaya, suku, bahasa maupun Agama tetapi dipersatukan oleh ikatan kebangsaan, tanah air dan bahasa Indonesia.

Sehingga tidak alasan untuk mempertentangkan perbedaan tersebut karena perbedaan tersebut justru menjadi daya tarik bangsa-bangsa lain untuk lebih mengenalnya dan menikmatinya. Demikian juga dengan perbedaan agama, tidak ada agama manapun yang mengajarkan kekerasan tetapi semua ajaran agama mengajarkan kasih saying dan penghormatan terhadap sesame manusia.

Mempraktekan kasih sayang dan penghormatan kepada sesama manusia merupakan pelaksanaan dari ajaran agama, dengan mengamalkan ajaran kasih saying dan penghormatan kepada manusia berarti menghindari tindakan kekerasan dalam penyelesaian segala masalah dan perbedaan, namun lebih mengutamakan musyawarah dan penyelelesaian secara hukum. Dengan demikian suasana tertib dalam masyarakat akan terwujud sehingga masyaraka merasa tentram untuk menjalan segala aktivitas sosialnya.

Apabila setiap umat beragama dapat menjalankan ajarannya untuk senantiasa saling mengasihi dan saling menghormati sesama manusia.  Menjalankan ajaran agama   dengan baik berarti mereka melaksanakan ibadah secara taat. Sebagaimana halnya menjaga ketertiban dalam masyarakat dalam wujud menghindari tindakan kekerasan berarti mereka mentaati ajaran agamanya. Dengan demikian suasana tertib dalam masyarakat akan terwujud sehingga masyaraka merasa tentram untuk menjalankan segala aktivitas sosialnya.

Seiring dengan hal tersebut di bulan Juni 2015 ini, umat muslim kembali menjalankan bulan Ramadhan. Shaum Ramadhan menurut Abul ‘Ala al-Maududi merupakan sebuah perjuangan dan kegigihan seorang hamba untuk bisa memenuhi keinginan utama yaitu menjadi orang bertakwa, artinya hamba tersebut tidak hanya sebagai muslim tapi mukmin dan meningkat menjadi muttaqien (tingkat tertinggi).

Sementara Ibnul Qayyum Al-Jauzi mengartikan shaum ramadhan sebagai bentuk pencucian jiwa (tazkiyatun nafs) sebelum dapat menapakkan kakinya menuju tingkat atau derajat lebih tinggi, sebuah bentuk hijrah dari kotor menuju bersih. Ramadhan dapat diartikan sebagai sebuah perjuangan. Perjuangan seorang mukmin menjadi lebih baik yaitu muttaqien. Ramadhan mengajak umat muslim mengerti bahwa untuk lulus ujian muttaqien harus ada perjuangan melewati rintangan yaitu puasa.

Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa  saat ini  bangsa Indonesia masih kerap mengalami konflik (konflik horizontal, disintegrasi dan termasuk aksi-aksi kekerasan yang marak seperti yang dijabarkan diatas) Menurut agama Islam, puasa dapat menjadi obat mujarab untuk mengobati berbagai penyakit. Menurut Elson M. Haas, MD (Direktur Medical Centre of Marin), fungsi puasa secara medis adalah: (1)  mengurangi purifikasi, (2) peremajaan, (3) istirahat pada organ pencernaan, (4) antiaging, (5) mengurangi alergi, (6) mengurangi berat badan, (7) relaxasi mental dan emosi, (8) perubahan kebiasaan dari kebiasaan makan yang buruk menjadi lebih seimbang dan lebih terkontrol, dan (9) meningkatkan imunitas tubuh.

Selain itu, puasa dapat mengobati penyakit seperti Influeza, bronkitis, diare, konstipasi, alergi makanan, asma, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes, obesitas, kanker, epilepsi, sakit pada punggung, sakit mental, angina pectoris (nyeri dada karena jantung), panas dan insomnia (Elson dalam Liza 2008).

Terkait dengan hal tersebut seperti yang kita ketahui bersama bahwa bangsa ini sedang mengalami berbagai persoalan yang “multikompleks”. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kemiskinan, pendidikan, kesehatan, jumlah desa-desa tertinggal yang bertolak belakang dengan tingginya angka korupsi di Indonesia.  

Apa yang kita harapkan di bulan suci ini sungguh banyak. Harapan kita di bulan puasa ini dapat memberikan semangat Ramadhan untuk kita semua memperbaiki diri sebagai bangsa guna menyelesaikan berbagai persoalan dengan semangat kebangsaan, mengangkat martabat bangsa dengan semangat kebersamaan, mensukseskan segala program pembangunan guna menjadi bangsa yang disegani dan dihormati dengan semangat persaudaraan dan gotong royong. 

Semoga Ramadhan kali ini membawa berkah bagi umat Islam Indonesia, bangsa Indonesia untuk menuju Indonesia yang lebih baik dan lebih hebat. *

*) Penulis pemerhati masalah sosial keumatan, aktif pada Kajian Arus Sosial Madani.