Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Survei INES, Keterpilihan Soerya Jadi Gubernur Jauh Lebih Unggul
Oleh : Romi Chandra
Senin | 08-06-2015 | 17:10 WIB
ines.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Supervisor Technical Survey INES, Fahmi Hafel, saat konferensi pers di Hotel Harmoni, Jodoh. Soerya unggul dalam hasil survey mereka.

BATAMTODAY.COM, Batam - Menghadapi Pemilihan Gubernur (Pilgub) Provinsi Kepri di tahun 2015 ini, Indonesia Network Election Survey (INES) telah melakukan survei terhadap figur-figur yang akan maju untuk bakal calon Gubernur nantinya.

Survei ini dilakukan dengan mengambil 1.250 sampel atau responden. Dimana, yang dapat diidentifikasi sebanyak 1229, dari populasi berdasarkan DPT pada pilpres 2004 sebanyak 1.340.720 pemilih.

Dari hasil itu, figur Soerya Respationo, Wakil Gubernur Kepri, unggul sesuai hasil survei yang mencapai 31,3 persen. Kondisi ini jauh unggul dibanding pesaingnya, seperti M Sani sebesar 14,1 persen, dan Ansar Ahmad mencapai 9,7 persen.

"Untuk survei ini, kita bekerjasama dengan America Network Election Survey (ANES), dan dilakukan 27 April hingga 8 Mei lalu, dengan tingkat kepercayaan 95 persen," kata Supervisor Technical Survey INES, Fahmi Hafel, saat konferensi pers di Hotel Harmoni, Jodoh, Sabtu (6/6/2015) malam.

Sementara untuk popularitas, tiga tokoh Kepri, Soerya Respationo, M Sani dan Ismeth Abdullah, masing-masing di atas 90 persen. Sedangkan tokoh lainnya, seperti Nurdin Basirun, Ahmad Dahlan, Rudi (Wawako Batam), hanya memiliki popularitas di bawah 90 persen. Ada juga anggota DPR RI, Nyat Kadir,  Asman Abnur 2,7 persen, dan Ketua BPK RI, Harry Azhar Azis, juga di bawah 90 persen.

"Survei ini dibuat sebagai bentuk evaluasi, dan memastikan hasil ini layak, transparan dan masuk akal. Agar masyarakat mendapat informasi serta gambaran apa yang akan terjadi pada bulan Desember nanti," lanjutnya.

Jika nanti hasil survei ini tidak sesuai denga fakta sebenarnya, banyak faktor yang dapat mempengaruhi. "Sekarang mereka mengetahui tingkat keterpilihannya. Jika tidak bisa mempertahankan popularitasnya, bisa saja saat pilkada dilakukan akan berubah. Intinya yang merasa saat ini di bawah, mereka akan berusaha untuk naik. Begitu juga dengan sekarang yang ada di atas, kalau hanya puas sebatas saat sekarang, bisa saja nanti hasilnya tidak sesuai yang diinginkan," jelasnya.
 
Editor: Dodo