Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Raksasa Pulp dan Kertas di Asia Hentikan Penebangan Hutan Indonesia
Oleh : Redaksi
Sabtu | 06-06-2015 | 13:13 WIB
kondisi hutan di sumatera sebelum dan sesudah deforestasi.jpg Honda-Batam
Hutan untuk pabrik pulp di Provinsi Riau, Sumatera, Indonesia(Foto: Mongabay)

BATAMTODAY.COM - SALAH satu perusahaan bubur kertas (pulp) dan kertas terbesar di Asia, Asia Pacific Resources International Limited (APRIL), pada Rabu (3/6/2015) telah menyatakan akan berhenti mengambil sumber daya dari hutan alami di Indonesia empat tahun lebih awal dari rencana, dalam upaya untuk mengurangi penebangan hutan dan melindungi lahan gambut. Namun langkah ini disambut dengan waspada oleh kelompok-kelompok lingkungan hidup.

Perusahaan tersebut memajukan komitmen sebelumnya untuk hanya menggunakan pasokan dari perkebunannya pada 2019. Mereka juga menyatakan akan bekerja dengan kelompok-kelompok lingkungan hidup untuk menghindari pengembangan lahan gambut, memperluas wilayah konservasi dan menyelesaikan konflik sosial di atas lahannya.

"Ini merupakan langkah besar dalam perjalanan kesinambungan 15 tahun kami," ujar Presiden APRIL, Praveen Singhavi.

APRIL dan perusahaan-perusahaan sawit, pulp dan kertas lainnya telah dikritik karena tidak melakukan upaya yang cukup untuk menghentikan deforestasi dan pengrusakan lahan gambut yang kaya karbon di Indonesia. APRIL memiliki perkebunan seluas sekitar 480.000 hektar dan sekarang telah mengkonservasi sekitar 320.000 hektar wilayah hutan alami di Indonesia.

"Komitmen yang diperkuat oleh APRIL ini merupakan langkah yang menggembirakan dalam perjalanan menuju produksi yang bertanggung jawab dan berkesinambungan," ujar Aditya Bayunanda dari WWF Indonesia.

Indonesia, yang memiliki hutan tropis terbesar ketiga di dunia, telah melampaui Brazil dalam hal penebangan hutan meski ada moratorium tahun 2011 untuk melindungi kehidupan liar dan melawan perubahan iklim.

APRIL adalah bagian dari grup PT Royal Golden Eagle (RGE), yang akan memberlakukan kebijakan-kebijakan berkelanjutan, menurut direktur perusahaan Anderson Tanoto.

Kelompok lingkungan hidup, Greenpeace, menyambut langkah tersebut dan menghentikan sementara semua kampanye melawan perusahaan-perusahaan RGE. (*)

Sumber: WSJ