Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Wah, Popok Bayi Jadi Penyumbang Sampah Utama di Tempat Umum di Canberra
Oleh : Redaksi
Sabtu | 23-05-2015 | 12:19 WIB
nappies.jpg Honda-Batam
Foto ilustrasi/ABC

BATAMTODAY.COM - MEMBUANG popok bayi yang kotor di pinggir jalan dan di taman-taman umum di wilayah Canberra, Australia, telah digambarkan sebagai kebiasaan buruk yang terus berlangsung.

Dalam sebuah wawancara, ketua lembaga "Keep Australia Beautiful", Peter McLean, mengatakan, sampah popok kotor adalah penyumbang terbesar ketiga bagi limbah pembuangan di ibu kota Australia, setelah bahan konstruksi dan ban. "Orang-orang melemparkan popok keluar jendela dan meninggalkan mereka di tempat parkir. Bahkan di taman, kami melihat pembuangan popok kotor tak pada tempatnya," ungkap Peter.

Ia menerangkan, "Agaknya, banyak popok kotor dibuang dari mobil karena, seperti puntung rokok, mereka bau. Kami melihat segala macam hal yang dibuang di sisi jalan raya, tetapi popok sekali pakai adalah kekhawatiran yang terus menjadi perhatian indeks sampah nasional Keep Australia Beautiful."

Di Australia, 95 persen dari orang tua menggunakan popok sekali pakai, merepresentasikan sekitar 5,6 juta popok sekali pakai yang digunakan per hari. Sementara sebagian besar sampah dibuang pada tempatnya, Peter mengatakan, popok menyumbang 25 persen dari tumpukan sampah yang dibuang di dalam dan di sekitar Canberra.

Di samping data tersebut, sebuah laporan yang diterbitkan lembaga Keep Australia Beautiful menyebut, wilayah ibu kota Australia – Canberra dan sekitarnya - memiliki tingkat pembuangan sampah popok terendah dari semua negara bagian dan teritori.

"Mereka adalah masalah dalam aliran limbah, bahkan jika mereka sangat nyaman bagi keluarga dan orang tua," ujar Peter.

Setiap tahunnya, 2 miliar popok sekali pakai masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Australia. "Sekarang, popok sekali pakai begitu menyerap bahkan varietas yang kecil menjadi relatif besar dan berat. Ada beberapa popok yang lebih ramah lingkungan daripada yang lain, tetapi masih dibutuhkan beberapa popok hingga 500 tahun ke depan untuk terurai, bahkan di TPA," utara Peter. (*)

Sumber: ABC