Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

ConocoPhillips Belum Beri Jawaban Final tentang Nasib 17 Karyawan PT Supraco Indonesia
Oleh : Nursali
Senin | 27-04-2015 | 15:44 WIB
matak_base.jpg Honda-Batam
Foto: net

BATAMTODAY.COM, Tarempa - Sejak pertemuan antara Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Kepulauan Anambas dengan Disnakertrans Provinsi Kepri, karyawan Matak Base di Kecamatan Palmatak, DPRD Provinsi Kepri dan pihak perusahaan di aula kantor Bupati Anambas pada Kamis (23/4/2015) lalu, nasib 17 karyawan PT Supraco Indonesia belum juga jelas. ConocoPhillips, yang menaungi PT Supraco Indonesia, belum memberikan jawaban final.

Pada pertemuan lalu, pihak ConocoPhillips diminta memberikan jawaban final terkait pemberhentian kontrak kerja ke-17 karyawan tersebut.

Kabid Pelatihan dan Penempatan Tenaga Kerja Disnakertrans Anambas, Samad, mengatakan, hingga saat ini pihak ConocoPhillips belum memberikan jawaban final terhadap wacana pengurangan ke-17 karyawan lokal.


Terkait putusan final nasib ke-17 buruh tersebut, Pemkab Anambas dan Pemerintah Provinsi Kepri memberi tenggat waktu hingga tanggal 30 April 2015 mendatang.

"Belum ada mereka (ConocoPhillips, red) beri jawaban. Limitnya kan sampai tanggal 30 nanti," katanya kepada BATAMTODAY.COM di ruang kerjanya, di Tarempa, Senin (27/4/2015) siang.

Dijelaskan, pihaknya telah menyembatani antara pekerja, perusahaan dan pemerintah provinsi untuk membahas kontrak kerja para karyawan yang terancam tidak diperpanjang lagi. Meskipun demikian, hal yang perlu diperhatikan ialah reaksi para pekerja tersebut jika jawaban yang diberikan oleh pihak perusahaan tidak sesuai dengan harapan para pekerja tersebut.

"Yang kita perlu cermati kan pergerakan massa para pekerja," katanya.

Menurutnya pribadi, turunnya harga minyak dunia yang dijadikan perusahaan migas tersebut untuk optimisasi (penghematan), termasuk pengurangan karyawan, sangatlah tidak tepat. Selain minyak, Anambas juga kaya akan gas.

"Kita kan semata-mata bukan minyak saja tapi gas juga. Kalau minyak turun tapi gas naik. Kenapa tak bisa mengambil kebijakan?" katanya. (*)

Editor: Roelan