Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Apple Lestarikan Hutan dalam Upaya Lebih Ramah Lingkungan
Oleh : Redaksi
Jum'at | 17-04-2015 | 11:11 WIB

BATAMTODAY.COM - Dalam upayanya untuk menjadi lebih hijau, Apple mengatakan akan berinvestasi pada tenaga surya Tiongkok dan melestarikan hutan-hutan yang membuat kertas yang ramah lingkungan.

Upaya ini lahir di saat perusahaan raksasa teknologi tersebut mencapai tujuan mereka untuk menggunakan energi terbarukan di semua kantor dan toko retailnya di AS untuk mengurangi emisi karbon, langkah yang telah dipuji oleh berbagai organisasi lingkungan.

Apple mengumumkan fokus baru mereka terhadap penggunaan kertas dari kayu yang ditebang berdasarkan kondisi ramah lingkungan, pada hari Kamis (16/4/2015). Apple juga berjanji akan menggunakan energi terbarukan di luar negeri, tempat pabrik-pabrik Apple, dan di mana pemimpin perusahaan menilai perusahaan tersebut bisa melakukan lebih banyak untuk lingkungan.

"Penting bagi kami untuk mengatasi perubahan iklim di manapun kami berada," kata Lisa Jackson, VP Apple untuk upaya-upaya ramah lingkungan, pada Associated Press. "Bila kita berbicara tentang Tiongkok, kita berbicara tentang mitra manufaktur. Kita mencoba untuk membawa inovasi yang sama ke mitra kita. Ini awalnya."
 
Proyek tenaga surya baru di Tiongkok mempunyai kapasitas 40 megawatt, yang lebih kecil daripada beberapa proyek yang telah diumumkan di Amerika Serikat. Untuk perbandingan, Apple menghabiskan biaya sebesar $850 juta untuk mendapatkan hak hampir separuh output dari fasilitas tenaga surya 280 megawatt yang direncanakan untuk pembangunan kantor pusat Apple di Cupertino, California. Proyek tersebut akan menghasilkan cukup energi untuk kantor-kantor Apple di California, sebuah pusat komputer dan 52 toko retail.

Namun, proyek Tiongkok akan memproduksi energi lebih dari yang digunakan oleh 19 kantor korporat Apple dan 21 toko retail Apple di Tiongkok dan Hong Kong, kata Jackson. Ia menambahkan bahwa Apple menggunakan 87% energi terbarukan di kantor dan toko retail mereka di seluruh dunia. 

Walaupun demikian, angka tersebut tidak termasuk konsumsi energi yang digunakan oleh pabrik-pabrik yang mereka kontrak. Dengan proyek baru di Tiongkok, Apple mencoba memperbaiki operasionalnya sendiri.

"Sebelum kita meminta mengharuskan Apple di negara lain menggunakan energi bersih, kita ingin memastikan kita memberikan contoh bagaimana melakukannya," kata Jackson, yang juga pengurus Badan Perlindungan Lingkungan di bawah pemerintahan kurun pertama Presiden Barack Obama.

Apple dan perusahaan teknologi lainnya telah dikritik karena menggunakan bahan mengandung racun dalam proses manufaktur mereka dan pusat data yang bertenaga listrik dari batubara. Tapi langkah Apple untuk mengurangi praktek-praktek tersebut telah mendapat pujian dari kelompok-kelompok seperti Greenpeace, yang mengeluarkan pernyataan tentang proyek Tiongkok tersebut pada hari Kamis (16/4/2015).

Jackson menolak menyebutkan berapa biaya yang diinvestasikan Apple dalam proyek China tersebut, yang dibangun dengan bermitra bersama perusahaan energi AS SunPower dan empat perusahaan China. Walaupun China deikenal sangat bergantung pada batubara, pemerintahnya telah menerapkan target yang agresif untuk tenaga surya, angin dan hidroelektrik.

Sementara itu Apple menjanjikan sejumlah uang yang tidak disebutkan angkanya kepada organisasi nirlaba berbasis Virginia, Conservation Fund, untuk membeli dua lahan besar hutan di East Coast. Conservation Fund akan menjual lahan tersebut seluas 36.000 hektar hutan di Maine dan North Carolina, ke kepentingan bisnis dengan persyaratan hukum yang mengikat yang mengharuskan pemilik masa depan lahan tersebut untuk melestarikan hutan dan mengikuti prinsip-prinsip pemotongan dan penanaman ulang pohon yang ramah lingkungan.
 
Larry Selzer, CEO organisasi itu, mengatakan langkah tersebut akan melindungi hutan sambil menjaga pemilik pribadi yang membayar pajak dan menciptakan lapangan pekerjaan. Selzer mengatakan ia akan menggunakan uang yang didapat dari menjual lahan tersebut untuk membeli dan melindungi lahan tambahan.

Apple tidak akan selalu membeli pohon dari hutan tersebut, tapi Jackson mengatakan investasi tersebut akan meningkatkan pasokan serat kayu yang berkesinambungan. Ia mengatakan kedua lahan tersebut akan memproduksi sekitar separuh serat kayu non daur ulang yang digunakan oleh kemasan produk Apple tahun lalu. 

Langkah ini menjadikan Apple hampir mencapai tujuannya untuk mendapatkan produk kertas non daur ulangnya dari hutan yang berkesinambungan. Apple tidak menjelaskan berapa banyak kertas yang mereka gunakan, tapi mereka mengatakan dua pertiga kemasan kertasnya dari bahan daur ulang. Di tiga bulan terakhir tahun 2014, Apple menjual lebih dari 100 juta iPhone dan gadget lainnya, sebagian besar terbungkus di kotak kardus.

Sumber: VOA