Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kremasi Pun Turut Menyumbang Polusi Udara di Cina
Oleh : Redaksi
Jum'at | 27-03-2015 | 13:53 WIB
kremasi_guardian.jpg Honda-Batam
Proses kremasi. (Foto: guardian.co.uk)

BATAMTODAY.COM - DI SUATU suatu tempat ketika menarik napas dalam-dalam dan menyesap kotornya udara, terkadang pikiran kita akan melayang ke sumbernya. Demikian pula yang tampaknya terjadi di Beijing, Cina.

Buruknya polusi udara dikaitkan dengan keberadaan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara, atau armada mobil yang terus bertambah. Kini, sepertinya sumbernya bertambah satu lagi: kremasi.

Lahan pemakaman tak cukup memadai di Cina. Itulah mengapa sejumlah keluarga memilih untuk mengkremasi jenazah orang-orang terkasih. Tak hanya itu, mereka turut membakar uang-uangan yang, menurut keyakinan, bisa digunakan arwah di suatu tempat sesudah mereka pergi dari bumi.

Partikel asap kremasi barangkali terdengar tak sebanding dengan polusi udara yang bersumber dari jajaran pabrik. Di lain sisi, pemerintah daerah di Cina menghabiskan jutaan yuan demi mendorong kremasi yang lebih bersih. Demikian pemberitaan media setempat pada Rabu (25/3/2015), menyitir laporan terbaru pemerintah.

Lebih dari 10 juta orang meninggal di Cina pada 2014, menurut laporan itu. Laporan disusun Penerbit Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kementerian Urusan Masyarakat.

Pada saat yang sama, populasi Cina menua begitu cepat. Angka kematian diprediksi berlipat ganda antara 2025 dan 2030.

Masalahnya, berdasarkan laporan, terkait fasilitas kremasi. Cina memiliki 5.743 krematorium. Masing-masing memproses rata-rata 816 jenazah per tahun. Sebagian besar fasilitas cenderung usang dan tak lagi efisien. Kondisi ini memicu produksi dioksin dan senyawa polusi lain yang berlebih.

Selain tambahan dana untuk memperbaiki kualitas krematorium, pemerintah di beberapa daerah juga mendorong praktik-praktik ramah lingkungan seperti penguburan abu kremasi di bawah akar pohon, menurut kantor berita Xinhua.

Kremasi bukanlah satu-satunya target non-konvensional dalam perang polusi Cina. Pada masa lampau, aktivis lingkungan hidup meluncurkan kampanye pengendalian penyalaan kembang api serta gerai-gerai daging bakar pinggir jalan.

Menurut aktivis, keduanya menyumbang kabut asap pada langit Cina. Beberapa kajian mengungkap kalau sebagian besar polusi udara Cina bersumber dari praktik-praktik nyata, seperti asap truk berbahan bakar solar serta pembangkit listrik batu bara.

Bagaimanapun, upaya perbaikan kremasi terus berlanjut. Pemimpin gerakan ini adalah Provinsi Fujian, sebelah timur Cina. Di Fujian, pemerintah setempat mengeluarkan dana 62,5 juta yuan dalam kampanye pembersihan kremasi, menurut Xinhua. Sedangkan Provinsi Shaanxi dan Hebei menghabiskan masing-masing 20 juta yuan. (*)

Sumber: WSJ