Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Dirawat di RSUP Kepri

Diduga Gizi Buruk, Remaja Asal Bintan Ini Hanya Bisa Terbaring Lemas
Oleh : Habibi
Kamis | 26-03-2015 | 21:00 WIB
remaja_gizi_buruk_asal_bintan.jpg Honda-Batam
Ahmad Arifin (15), warga Kalangbatang, Kelurahan Gunungkijang, Kecamatan Gunungkijang, masih tergeletak lemas di atas ranjang di Rumah Sakit Umum Provinsi Kepulauan Riau. (Foto: Habibi Kasim/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Ahmad Arifin (15), warga Kalangbatang, Kelurahan Gunungkijang, Kecamatan Gunungkijang, masih tergeletak lemas di atas ranjang di Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) Kepulauan Riau sejak Senin (13/3/2015) lalu. Remaja ini disebut menderita gizi buruk, namun kedua orang tuanya tidak menyadari bahwa penyakit yang diderita oleh Arifin tersebut berbahaya.

Anak keempat dari pasangan Sudarso dan almarhumah Satimah tersebut pernah mengalami kejang. Kejadian itu memang tak semua orang menyangka sehingga seperti keadaan sekarang ini. Tubuh Arifin mengecil, tangan dan kakinya juga sudah tak bisa lagi diluruskan lantaran volume otot kakinya sudah ikut menyusut.

Sudarso bercerita, ia sekeluarga yang tinggal di pelosok pulau Bintan itu tidak menduga bahwa kejang itu merupakan penyakit yang tergolong berbahaya bahkan bisa melayangkan nyawa manusia.

"Kami memang tak mengenal step (kejang) itu seperti apa. Tapi saat dia (Arifin) sakit, pernah dibawa ke posyandu. Selain obat dari posyandu sendiri, saya sering juga membeli obat di warung-warung," ujar Sudarso yang bekerja sebagai buruh bangunan itu saat ditemui di RSUP Kepri, Kamis (26/3/2015).

Setelah mengalami kejang, imbuh Sudarso, Arifin masih dalam kondisi seperti balita umumnya. Namun, ada hal yang membuat kondisi Arifin kurang sempurna dengan balita lainnya.

Sejak usia tiga bulan, Arifin sendiri sudah mengalami penyakit pada matanya yang sering dikenal dengan katarak. "Kini pendengarannya pun kurang normal, karena di usia tiga bulan matanya sudah katarak. Memang saya bersama almarhumah istri sudah berencana untuk melakukan operasi, tapi dari pihak medis tidak mengizinkan karena usianya yang sangat amat kecil," terang Sudarso.

Setelah mengalami hal itu, tahun ke tahun usia Arifin pun bertambah. Tetapi, ada hal yang bertolak belakang dengan perkembangannya. Usia yang seharusnya seimbang dengan kondisi fisiknya kini tidak tampak. Malah, tubuh Arifin tahun ke tahun menyusut hingga mengecil. Ibarat kulit hanya sebagai pembungkus tulang.

"Setelah mengalami penyakit kejang-kejang, memang badannya masih seimbang. Tapi seiring berjalannya waktu, badan dia mulai kurus," kata sang bapak.

Sudarso juga menuturkan, saat mengetahui badan Arifin mulai merosot, ia langsung membawa Arifin ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tanjungpinang. Arifin sendiri dirawat pada tahun 2011 lalu cukup lama.

Ia dirawat selama 18 hari. "Itu perawatan pertama, kemudian sebelum dirawat di RSUP ini. Dia sudah sekitar empat kali masuk ke rumah sakit baik di Bintan mau pun di Kota Tanjungpinang," katanya.

Dalam proses perawatan itu, kata Sudarso, banyak hal-hal yang mestinya tidak dilakukan ke Arifin. Ia mengakui bahwa sering marah kepada anaknya lantaran tidak terima dengan kondisi seperti itu. Namun, meluapkan amarah itu karena efek dari pekerjaannya yang sebagai buruh bangunan.

"Jujur, saya memang pernah marah sama dia karena memang saat itu pulang kerja, saya capek sekali. Tapi, saya juga tak pernah mencederai dia, tak pernah memukulinya," ujarnya.

Waktu terus berjalan, Sudarso sendiri binggung untuk mencari pendanaan dalam merawat Arifin. Pada awal anaknya mengalami kekurangan gizi, Pemerintah Kabupaten Bintan sering memberikan bantuan dana.

Dana tersebut, kata dia, untuk memperbaiki gizi Arifin. Namun, kata Sudarso, bantuan tersebut sudah tiga tahun belakangan tidak lagi diterima. "Bantuan itu hanya sampai pada tahun 2011 saja. Selebihnya itu tidak ada lagi," ungkapnya.

Dikatakan Sudarso, sejak 11 hari perawatan tersebut, kondisi Arifin saat ini sudah mulai membaik meski masih terbaring. Sebab, memang saat dirawat ke RSUP itu, pihak medis sendiri sudah memberikan semangat kepadanya. Semangat tersebutlah membuat keluarganya tegar setelah kehilangan sang istri pada Senin (23/3/2015) lalu.

"Pihak rumah sakit juga sudah menyatakan siap membantu anak saya itu. Karena istri saya meninggal setelah anak saya masuk ke rumah sakit ini. Dia meninggal karena sakit TBC," ujarnya.

Sudarso berharap, pemerintah bisa membantunya dalam mengatasi masalah ini. Baik dari perawatan Arifin hingga sembuh sampai ke biaya perawatannya. "Memang proses perawatan ini ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Tapi yang saya dan keluarga paling berharap anak saya bisa sembuh kembali," tuturnya.

Ia juga bersyukur, Arifin yang sebelumnya susah untuk diberikan asupan vitamin dan beberapa obat lain, kini sudah mulai membaik. "Sekarang sudah bisa makan, minum setelah diberikan obat dari dokter," ujarnya.

Sementara itu, Dewi Kumala Sari, istri Bupati Bintan, Ansar Ahmad, sempat mennjenguk Arifin di rumah sakit. Ia mengatakan, pemerintah akan memberikan bantuan kepada pihak keluarga Sudarso. Bantuan tersebut nantinya akan digunakan untuk perawatan Arifin yang masih memerlukan gizi yang maksimal.

"Kita selalu memberikan sosialisasi dan pemahaman kepada masyarakat untuk bersikap hidup sehat. Seperti Arifin sendiri, seharusnya pola makanan diberikan secara seimbang, vitamin, protein dan sebagainya harus diberikan secara baik," kata istri orang nomor satu di Kabupaten Bintan itu.

Untuk itu, kata Dewi, ke depan kader PKK akan terus menelusuri pelosok-pelosok yang sulit mendapatkan pelayanan kesehatan. "Kekurangan gizi seperti ini mungkin harus ditangani secara serius oleh pemerintah. Karena ini merupakan nasib masyarakat yang seharusnya dijaga secara intensif. Ke depan, kita berharap jangan adalagi hal-hal seperti ini," ujarnya. (*)

Editor: Roelan