Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Sering Diolok-olok Oknum Guru, Siswa SD Yos Anugrah Batam Ini Mogok Sekolah
Oleh : Hadli
Senin | 23-03-2015 | 14:01 WIB
tk-sd yos anugerah batam.jpg Honda-Batam
TK-SD Yos Anugrah Batam di Bengkong. (Foto: Hadli/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Batam - Seorang siswa kelas IV SD Swasta Yos Anugrah Batam--sebut saja Budi (bukan nama sebenarnya)--sudah 10 hari tidak masuk ke sekolah karena sering di-bully orang rekan-rekannya. Budi kerap menjadi olokan akibat tindakan wali kelasnya yang sering mencemooh dan menghukumnya.

"Sudah hampir sepuluh hari ini anak saya sudah tidak mau sekolah. Katanya dia malu sekali mau masuk sekolah lagi karena selalu ditertawakan seluruh kelas V akibat olah oknum gurunya," keluh Joni (42), orang tua Budi, kepada BATAMTODAY.COM, Selasa (18/3/2015).

Joni menuturkan, dua anaknya bersekolah di situ, Budi sebagai anak pertama duduk di kelas IV sementara adiknya di kelas V. Sedang oknum guru yang sering mengolok-olok Budi yang bernisial D merupakan wali kelas V. Dia juga mengaku heran, kenapa wali murid kelas V tersebut kerap menghukum anaknya yang duduk di bangku kelas IV.

Menurut Joni, permasalahan ini bermula ketika sepeda milik seorang siswa dibawa pulang oleh Budi dan rusak. Kebetulan D ikut turun tangan menangani permasalahan tersebut. Namun, kata Joni, cara-cara yang dilakukan oleh D tidak mencerminkan sosok seorang pendidik.

"Kerusakan sepada itu sudah saya ganti (perbaiki) semua dengan alat yang baru. Tapi entah kenapa anak saya yang tengah belajar di kelas tiba-tiba dipanggil guru itu (D, red). Adiknya yang disuruh panggil. Setelah pergi ke ruangan adiknya di kelas V, guru itu mengatakan bahwa anak saya mencuri sepeda itu. Kata dia (D, red), kalau sepeda itu miliknya, anak saya sudah dipolisikan," ujar Joni.

Joni menambahkan, ada saja hal-hal yang dinilai tak beres pada anaknya. Dari persoalan sepeda, D menyentil seragam putih merah yang dikenakan anaknya yang sudah terlihat lusuh. "Katanya kepada anak saya, baju kamu ini dicuci pakai mesin atau pakai tangan. Dijawab anak saya pakai mesin. Lantas dia (D, red) sambil bertanya kepada anak kelas V, ini baju apa kain lap? Tentu anak saya ketika itu merasa malu sekali karena ditertawakan satu sekas," kata Joni.

"Apakah seperti ini cara guru mengajar, membina dan membimbing siswanya?" imbuh Joni dengan nada kesal.

Yang tak pantas, kata Joni, dari persoalan sepeda, pakaian yang lusuh, di kelas V itu oknum guru tersebut juga mengungkit-ungkit tempat tinggal dan kondisi ekonomi dirinya sebagai orang tua.

"Kamu tinggal di mana sekarang? Pindah, Pak (sebelumnya Kampung Durian), jawab anak saya. Dia (D, red) ngomong lagi, itulah orang tuamu, pindah-pindah terus. Karena banyak utang jadinya dikejar-kejar utang sama orang," kata Joni menirukan ucapan D seperti yang didengarnya dari Budi.

Joni juga mengungkapkan, sebelum peristiwa di kelas V itu, pada Sabtu tanggal 7 Maret 2015 lalu, Budi mengaku pernah dihukum sebanyak dua kali di kantor majelis guru. Bahkan D juga disebut bermain tangan kepada anaknya.

Namun saat itu Budi mengaku tidak berani menyampaikan kepada dirinya karena setiap anaknya dihukum, rotan selalu ada di samping D.

"Sebelumnya pernah kejadian, dua kali dihukum berdiri di kantor ditampar juga dua kali oleh guru itu (D, red)," katanya.

"Anak saya tidak mau sekolah. Terus terang saat itu alasannya takut. Katanya, kalau dia lagi disetrap (dihukum, red), rotan itu selalu ada di samping si guru," jelasnya.

Joni mengakui, kondisi ekonomi keluarganya memang masih dalam keadaan sulit. Apalagi ditambah keretakan hubungannya dengan istrinyaanaknya. Bahkan untuk sekolah, kedua anaknya itu ditanggung oleh sebuah yayasan sejak awal.

"Tentunya dengan kondisi keluarga kami saat ini seperti itu berdampak pada psikologis anak-anak saya. Ditambah lagi perilaku seorang guru yang saya rasa tidak mencerminkan sosok seorang guru membuat psikologis anak saya semakin tidak stabil. Karena sudah malu ia sudah tidak mau lagi ke sekolah sampai hari ini walaupun sudah saya paksakan," tuturnya.

Ia mengaku sudah berkoordinasi dengan Kepala SD Yos Anugrah. Kepala sekolah juga sudah minta maaf. Kepala sekolah juga memastikan oknum guru bersangkutan akan menghubunginya untuk meminta maaf.

"Tapi sampai saat ini dia (D, red) belum ada niat minta maaf kepada anak saya di depan kawan-kawannya agar kepercayaan diri anak saya bisa pulih kembali. Saya berencana akan melaporkan hal ini ke Dinas Pendidikan Kota Batam. Bisa juga ke polisi agar apa yang dialami anak saya tidak dialami murid lainnya," katanya.

Sementara itu, Kepala SD Yos Anugrah, Lenso Wati, mengakui bahwa oknum guru berinisial D itu telah melakukan perbuatan buruk yang tidak mencerminkan sosok seorang pendidik.

"Saya tidak tahu juga peristiwanya seperti apa karena saya tidak di tempat. Tapi saya sudah minta maaf kepada orang tua murid untuk tidak lagi mempermasalahkan hal ini," kata Wati kepada BATAMTODAY.COM melalui telepon.

Wati mengakui, seragam anak itu memang sering telihat lusuh. Barang kali saja, tambahnya, cara D memberitahukan kepada sang murid berbeda sehingga anak tidak lagi mempunyai niat untuk belajar lagi. (*)

Editor: Roelan