Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Keterlambatan Jadi Tradisi Setiap Tahun

Pegawai Honorer di Dinas Pendidikan Bintan Belum Terima Gaji Sejak Januari
Oleh : Harjo
Kamis | 12-03-2015 | 15:03 WIB
ilustrasi honorer minta perhatian.jpg Honda-Batam
Foto ilustrasi/net

BATAMTODAY.COM, Tanjunguban - Pegawai honorer di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan mengeluhkan gaji mereka sebesar Rp900 ribu yang tak kunjung cair sejak Januari hingga Maret 2015. Bahkan menurut pengakuan sejumlah tenaga honorer, keterlambatan setiap awal tahun seperti ini sudah nyaris menjadi tradisi di Bintan.

"Kami sangat menyesalkan pembayaran gaji honorer yang sudah sedikit tapi justru sampai berbulan-bulan. Ini kami alami setiap tahun. Pada tahun 2015 justru sampai saat ini kami belum mendapatkan kabar kapan gaji dibayarkan," ungkap salah seorang tenaga honorer Bintan yang minta namanya tidak ditulis kepada BATAMTODAY.COM, Kamis (13/3/2015).

Dia menuturkan, pegawai honorer lainnya yang berjumlah sekitar 1.000 orang juga bernasib sama. "Saya sendiri sudah menjadi honorer lebih dari lima tahun. Gaji yang terlambat sudah terjadi setiap tahunnya. Ada saja alasan klasik yang diterima terkait pencairan anggaran," keluhnya.

Pegawai honorer lainnya, yang namanya tidak ingin ditulis, menuturkan hal yang sama. "Setiap awal tahun kita harus pinjam sana sini hanya sekadar untuk memenuhi kebutuhan. Seharusnya kalau pemerintah bijak, hal seperti ini tidak terjadi dan bisa diantisipasi sejak awal, bukan malah jadi tradisi. Padahal berapalah gaji kami ini," katanya.

Sementara itu Ketua Komisi I dan anggota Bagian Anggaran (Banggar) DPRD Bintan, Raja Miskal, menuturkan, pada tahun ini memang ada keterlambatan pembayaran akibat pengurangan dana bagi hasil (DBH). "Untuk tahun ini pembayaran gaji terlambat karena ada pengurangan DBH sehingga sejumlah kegiatan di Bintan harus dievaluasi lagi," jelasnya.

Dia berjanji akan mempertanyakan permasalahan keterlambatan pembayaran gaji tersebut dan apa solusi yang harus di jalankan sehingga permasalahan honorer tidak menjadi permasalahan klasik. Apalagi gaji yang jauh dari kebutuhan hidup layak (KHL) untuk ukuran Bintan itu menjadi satu-satunya harapan honorer dan keluarganya. (*)

Editor: Roelan