Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Malaysia Airlines Akui Baterai Pemancar MH370 Habis dan Belum Diganti
Oleh : Redaksi
Selasa | 10-03-2015 | 17:21 WIB
graphics_MH370blackbox19.jpg Honda-Batam
Ilustrasi: themalaysianinsider.com

BATAMTODAY.COM, Kuala Lumpur - Malaysia Airlines mengakui bahwa mereka belum mengganti sebuah baterai yang habis di pemancar sinyal kotak hitam pesawat dengan nomor penerbangan MH370.

Laporan mengenai penyelidikan insiden hilangnya MH370 menyebutkan, baterai di pemancar sinyal yang menempel pada kotak hitam flight data recorder telah habis pada Desember 2012. Tidak ada catatan bahwa baterai itu sudah diganti.

Laporan tersebut terbit Minggu, tepat satu tahun setelah pesawat Boeing 777 itu hilang dalam penerbangan dari Kuala Lumpur ke Beijing. "Seperti yang dinyatakan dalam laporan, sistem perawatan teknik belum diperbarui dengan benar ketika baterai (pemancar) pertama kali dipasang. Ini adalah kelalaian penjadwalan perawatan," demikian pernyataan Malaysia Airlines pada Senin (9/3/2015).

Sistem perawatan semestinya memberi tahu teknisi jika ada komponen pesawat yang perlu diganti.

Laporan menyatakan bahwa keefektifan pemancar sinyal kotak hitam mungkin berkurang setelah baterai habis. Tim pencari MH370 di Samudra Hindia sempat mendeteksi sinyal lemah yang mungkin berasal dari pemancar kotak hitam, namun sinyalnya segera menghilang. Belum pernah ada konfirmasi bahwa sinyal itu memang berasal dari pesawat.

Selain masalah pemancar, laporan tersebut tidak menemukan hal-hal yang tidak biasa mengenai pilot maupun awak lain. Pesawat itu juga tercatat tidak memiliki masalah yang bisa memicu insiden.

"Kami telah memeriksa keseluruhan sistem, dan hanya ini kelainan (yang ditemukan)," kata humas maskapai via surat elektronik ke The Wall Street Journal.

"Masalah ini serius dan kami akan mengambil tindakan tegas begitu kami telah menganalisis informasi dan fakta, terutama dari perspektif protokol dan proses terkait penerbangan sipil," kata Menteri Perhubungan Malaysia, Liow Tiong Lai. (*)

Sumber: WSJ