Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pertanyakan Izin Trayek, Puluhan Sopir Angkutan Umum Geruduk Dishub Batam
Oleh : Romi Chandra
Rabu | 04-03-2015 | 14:37 WIB
sweaping_angkot.jpg Honda-Batam
Sebuah angkutan umum yang beroperasi dihentikan oleh rekan-rekan mereka di kawasan Simpang Jam.

BATAMTODAY.COM, Batam - Puluhan sopir angkot Bimbar dan sebagian sopir angkot Persibata Dapur 12, Sagulung, dengan menamai diri mereka Persatuan Sopir Angkot Dapur 12 (Persada 12), mendatangi Kantor Dinas Perhubungan (Dishub) Batam, sebagai aksi kekecewaan dan meminta ketegasan izin trayek angkutan kota di Batam, Rabu (4/3/2015).

Mereka mengeluhkan bus karyawan dan Metrotrans sudah mulai masuk ke daerah izin trayek yang selama ini hanya diberikan kepada Bimbar dan sebagian angkot Persibata. Bahkan, mereka juga menyayangkan sikap Dishub yang terkesan cuek dan hanya memungut tarif angkot sebesar Rp 2 ribu sekali masuk terminal.

Dalam demo tersebut, ada empat poin yang menjadi tuntutan dan dipertanyakan, yakni ketegasan Dishub dalam masalah trayek angkot Dapur 12 di Batam, izin trayek angkot Persibata, penarikan retribusi terminal Dapur 12, dan fasilitas di terminal Dapur 12.

Ketua koordinator masa Persada 12, Nur Simatupang menjelaskan, alasan mereka mempertanyakan izin trayek angkot ke Dapur 12 karena banyaknya bus karyawan serta Metrotrans yang masuk wilayah tersebut.

"Selama ini yang ada izin trayek kesana hanya Bimbar dan sebagian Persibata. Sekarang bus karyawan dan angkot carry juga sudah masuk. Bus karyawan mengambil penumpang layaknya seperti angkot. Ini yang kami tidak bisa terima," kata Nur, Rabu siang.

Menurutnya, sebagian besar izin trayek untuk angkot Persibata masa berlakunya sudah habis, namun masih banyak yang beroperasi serta menambah armada. "Bagaimana prosedur pengawasan dari Dishub sebenarnya?" tanya Nur.

Ditambahkan Samson Sihotang, Ppnasehat Persada 12, penarikan retribusi Rp 2 ribu per angkot sekali masuk dinilai tidak merata diterapkan. Petugas hanya minta ke angkot Bimbar yang punya izin trayek, sementara, Persibata lainnya dibiarkan. "Pernah kami tangkap tapi dilepaskan petugas Dishub di sana. Seakan terkesan pilih kasih," ujarnya.

Ia juga menyayangkan kondisi terminal Dapur 12 yang memprihatinkan. Padahal retribusi rutin diambil, namun tidak renovasi yang membuatnya lebih bagus. Parahnya lagi, terminal tersebut juga tidak memiliki toilet dan tempat berteduh.

"Kondisinya tidak layak diaebut terminal, karena bentuk seperti hutan dan tidak dilengkapi fasilitas yang memadai, seperti terminal yang ada di daerah lain," jelasnya.

Pantauan di lokasi, selain berunjuk rasa, para sopir ini juga melakukan sweaping di jalan depan kantor Dishub. Tujuannya, untuk memberhentikan angkot-angkot yang masih beroperasi. "Tidak yang beroperasi hari ini. Kita ingin kepastian Dishub," teriak para sopir.

Hingga pukul 13.45 WIB, para sopir masih berada di depan kantor Dishub. Sementara itu, wartawan juga belum mendapat keterangan lebih lanjut dari pihak Dishub Batam.

Kisruh soal trayek angkutan umum ini bukan kali pertama. Sebelumnya, atau tepatnya Rabu (20/8/2014) lalu,  puluhan sopir Metrotrans jurusan Mukakuning-Batuaji menggeruduk Kantor Dinas Perhubungan (Dishub) Batam. Mereka menuntut penertiban bus karyawan yang menaikkan penumpang tanpa dilengkapi izin trayek maupun KIR, Rabu (20/8/2014).

Susriko Tampubolon, koordinator aksi damai Metrotrans, meminta kepada Dishub agar seluruh angkotan khusus karyawan dihentikan dan tidak beroperasi di daerah tersebut karena tak mengantongi izin trayek.

"Kami berharap bus angkutan  khusus karyawan yang beroperasi di wilayah Batuaji sampai Mukakuning agar diberhentikan, dan tidak lagi beroperasi di daerah tersebut." ujar Susriko. (Baca: Tuntut Penertiban Trayek, Sopir Metrotrans Geruduk Kantor Dishub Batam)

Susriko juga menambahkan apabila masih ada angkutan karyawan yang beroperasi, maka para sopir Metrotrans ini akan menurunkan penumpang dengan cara paksa. "Apabila masih ada yang beroperasi, maka saya dan kawan- kawan akan menurunkan penumpang secara paksa," tegas Susriko.

Editor: Dodo